A Name Tag

119 9 0
                                    

Sudah dua hari Karina menginap di rumah Rossa. Ia menemani Rossa menjaga anaknya yang sakit. Sekarang dia bisa bernafas lega, Fathir sudah sembuh. Hari ini pun dia sudah masuk sekolah. Karina bisa pulang ke rumahnya dengan tenang.

Saat ini, Karina sudah berada di dalam taksi menuju rumahnya. Setelah drama perpisahan di rumah Rossa tadi yang menyebabkan Myra menangis kepingin ikut, akhirnya Karina berhasil membujuk keponakannya itu agar berhenti menangis. Dia mengatakan akan sering datang ke rumahnya. Masih terbayang di benak Karina senyuman Myra dibalik wajahnya yang sembab, manis. Dia akan sangat merindukan keponakannya itu.

"Ke kiri atau kanan, Mbak?" tanya sopir taksi sambil melihat Karina dari kaca kecil di atas kepalanya. Karina berjengit kaget.

"Eeh, ke kanan, Pak!" jawabnya.

"Baik," kata Pak Sopir. Ia menjalankan mobilnya perlahan. Mereka sudah memasuki daerah rumah Karina. Sekitar tiga menit kemudian mereka sampai di sebuah rumah yang besar.

Karina turun sambil membawa tasnya setelah ia membayar ongkos taksi. Perlahan taksi itu pun berjalan meninggalkannya. Menyusuri jalan yang sepi dan menuju jalan raya.

Karina masih diam terpaku memandang rumahnya. Seketika ia teringat kembali malam terakhir ia tidur di rumah ini sebelum dia menginap di rumah Rossa.

Dia mengerjap ketika tiba-tiba makhluk menakutkan itu tergambar jelas di benaknya.

"Eeh, Non Karina sudah pulang!" seru Bu Rainah yang sedang menyapu halaman dan melihat Karina dari balik pintu gerbang. Ia langsung menghampiri Karina dan membukakan pintu untuknya.

"Makasih, Bu," ujar Karina.

Keduanya masuk ke dalam rumah.

"Gimana keadaan Fathir, Non?" tanya Bu Rainah ketika mereka sampai di ruang tengah.

"Sudah baikan, Bu. Hari ini juga sudah mulai masuk sekolah," jawab Karina seraya meletakkan tasnya di kursi.

"Syukur lah kalau gitu. Ini tas nya saya bawa ke kamar, ya, Non?"

Karina mengangguk.

Bu Rainah berlalu sambil menenteng tas Karina yang besar.

Karina mengedarkan pandangan. Lalu, melihat Pak Kardi yang sedang sibuk memotong rumput di halaman belakang.

"Pak Kardi sudah mulai bekerja lagi, Bu?" tanya Karina dengan suara yang agak keras agar di dengar Bu Rainah. Bu Rainah yang selesai menyimpan tas di kamar Karina, langsung menutup pintu kamar dan menoleh ke arah Karina.

"Sudah, Non, sudah dari kemarin." jawabnya.

"Syukur lah kalau sudah sembuh," ujar Karina.

"Iya, Non. Saya permisi ke dapur dulu."

"Iya, Bu."

Karina memandang Bu Rainah yang berjalan ke arah dapur. Semenit kemudian Karina berjalan menuju kamarnya. Ia hendak berganti baju dan membereskan isi tas nya yang penuh dengan baju kotor.

Selesai ganti baju, Karina keluar kamar dengan menenteng beberapa lembar baju kotornya.

"Bu," Karina memanggil Bu Rainah seraya memasukkan baju kotor ke dalam mesin cuci. Bu Rainah berjengit kaget,

"Eh,i-iya, Non?" dia menoleh.

"Saya pengin ngobrol sama Pak Kardi, boleh?" tanya Karina. Dia teringat waktu itu Bu Rainah mengatakan bahwa Pak Kardi bisa merasakan aura di rumah ini tidak bagus, ia ingin tau kejelasannya. Pasalnya, sekarang Karina merasakan hal yang sama. Ia perlu mengobrol dengan Pak Kardi.

Selir [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang