HHH..HH..HHH...
Karina bangun dengan nafas terengah-engah.
"Non Karin! Alhamdulillah, Non sudah sadar!" seru bu Rainah sambil memeluk erat Karina. Karina menghembuskan nafas dalam-dalam. Ia mengedarkan pandangannya dan baru sadar bahwa dirinya berada di dalam kamar. Di tempat tidurnya.
"Kok Karin ada di sini, Bu?" tanya Karina keheranan.
"Non pingsan daritadi pagi, ibu khawatir sekali. Tadinya, kalau sampai malam belum sadar juga, saya dan suami mau bawa Non ke rumah sakit," tutur Bu Rainah.
"Pingsan?"
Bu Rainah mengangguk, "Iya, tadi saya nemuin Non terbaring di dekat pintu. Non, kenapa? Sakit?" Bu Rainah masih terlihat cemas.
"Ng-Nggak," Karina memijit keningnya. Dia mencoba mengingat apa yang telah terjadi. Lalu, tiba-tiba nafasnya terhenti ketika ia ingat apa yang telah ia alami barusan.
Lidya! Dia membunuh Ramona! DI RUMAH INI.
Karina membulatkan matanya, mulutnya masih menganga.
Sekarang, semuanya sudah terungkap! Dia tidak menyangka Lidya adalah dalang dari semua ini! Dia yang membuat Ramona terus meneror Karina selama tinggal di sini. Ramona ingin Karina mengungkap kisahnya. Kisah tragis yang selama ini Lidya tutupi dengan rapi! Ramona juga ingin membalas dendamnya. Lidya bukan hanya tega membunuhnya, tapi juga telah dengan tega membunuh anak yang ada di perut Ramona. Anak hasil hubungan gelapnya dengan David! Jiwa Ramona yang marah telah membentuk ia menjadi makhluk yang menyeramkan, dan penuh dendam.
Pantas saja Lidya langsung menjual rumah ini dengan cepat setelah dia membunuh Ramona di sini. Dia tidak ingin perbuatannya diketahui siapa pun. Dengan menjual rumahnya, dia berharap perbuatannya tidak akan terbongkar, atau kalau pun terbongkar, pasti penghuni baru rumah ini yang akan dicurigai oleh polisi. Yaitu, Rossa. Jahat dan licik sekali.
Karina harus segera menemukan jasad Ramona dan mulai menyusun strategi agar Lidya mau mengakui perbuatannya. Sekali lagi, ia tidak boleh gegabah. Dia harus berhati-hati mengungkap semuanya.
"Jam berapa sekarang?" tanya Karina sambil memicingkan mata melihat ke arah jam dinding.
"Jam 4, Non." Jawab Bu Rainah.
"Sudah sore, ibu pulang saja. Saya udah nggak apa-apa," kata Karina kepada Bu Rainah.
"Yakin, Non? Nggak apa-apa, saya bisa nginep di sini, nemenin Non Karina, kalau mau," tutur Bu Rainah.
Karina menggeleng sambil tersenyum, "Nggak perlu, Bu. Karina baik-baik aja."
Bu Rainah menghela nafas, "Baiklah kalau begitu, saya pamit ya, Non. Makanan sudah saya siapkan di meja makan. Non Karina kan belum makan sejak tadi pagi, nanti makan ya, Non?"
"Iya, Bu. Terima kasih," jawab Karina.
"Kalau ada apa-apa, Non ke rumah saya saja, ya. Tidak jauh dari sini, kok!"
Karina mengangguk.
Setelah memastikan bahwa Karina baik-baik saja. Akhirnya, Bu Rainah pun keluar kamar. Ia berlalu meninggalkan Karina.
Sekarang, Karina akan memulai aksinya...
***
Malam ini, hujan turun sangat deras. Petir sesekali menggelegar, membuat malam semakin terasa mencekam meski pun jam baru menunjukkan pukul sembilan.
Karina baru saja selesai mandi dan berganti baju.
Terlihat di sudut kamarnya ada beberapa peralatan. Ya, Karina akan membongkar tembok di kamar atas. Tembok yang terdapat jasad Ramona di sana!
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir [TAMAT]
HorrorSetelah kematian kedua orang tuanya, Karina merasa tidak memiliki siapa-siapa lagi. Dan dia tidak tahu harus bagaimana menjalani hidupnya karena harta orang tua nya pun habis untuk membayar hutang ke bank. Beruntung ia masih memiliki seorang sepupu...