Terlena.

259 55 10
                                    

Ia tak punya alasan sedikit pun untuk takut berbaring dikamar ini, disamping mark, dengan suara suara bising anak-anak diluar sana. Tetapi tidak dengan mimpi itu.
Mimpi-mimpi yang menerornya, kecuali kalau itu bukan mimpi lagi.
Mereka lebih hidup dari sekedar mimpi.

Mimpi tentang wajah, hanya wajah.
Ia tidak mengenal mereka namun terkadang ia merasa mengenali wajah itu tetapi seolah-olah mereka tidak mau dikenali sekarang.

Itu terjadi pada saat ia terbangun karena ia tidak yakin apa itu benar. Mereka bukan wajah yang sesungguhnya. Mereka tidak berdaging. Mereka lebih seperti hantu tapi memiliki bentuk. Mereka berwarna tetapi tidak padat. Mereka hanya mirip manusia. Namun tidak bernyawa. Jiwa yang mati. Hanya itu.

Gadis itu tak pernah takut, jika ia takut karena wajah itu, mestinya ia enggan pergi tidur, tapi terkadang ia ingin sekali tidur tanpa menemukan wujud itu diberbagai sudut, namun rasa penasaran nya yang tinggi membuatnya ia ingin terus di mimpikan dan selalu berharap untuk menemukan jawabannya.

Ada sebuah kunci disuatu tempat dalam pikiran nya, yang akan membuka pintu dan memberitahu arti dari mimpi ini yang muncul. Kenapa bukan yang lain? Hal apa tentang mereka yang telah ditandai dalam fikiran nya?

Ia melihat mark dengan jelas sekarang,
Sepanjang hari. Saat pikiran nya menerawang. Pikiran bahwa di alam kesadarannya, mencetak wajah mark yang sering ditemui dalam mimpi, sehingga ia melihat wajah itu hidup, sampai wujud itu mempertegas diri mereka sendiri, dia meninggalkannya dalam keadaan bodoh dan gemetar.

Seperti orang tua yang mengingat nama-nama namun tidak mampu mengucapkan nya.

Ia gemetar dalam diam.
Hanya itu yang dapat ia lakukan.
Terkadang ia sering berjalan dalam tidur.
Ibu sering menceritakan nya saat ia terbangun.

Ibu bilang ia pergi ke gudang belakang saat jam 03:00 pagi. Esoknya ia menemukan bantalan kosong di atas meja, ia melihat sebarisan tulisan tangan.
Ia membawanya ke jendela dan melihat sesuatu yang ditulis sebelum nya, 'Aku takut...?'

•••

"Aku takut, aku takut"

Kalita Jangesta membuka matanya, menatap sesosok boneka yang disamping tempat tidurnya. Sosok itu terbaring lemah, seperti mayat hidup, bibir nya gemetar, raut wajah nya yang pucat pasih.

Kalita terbangun dari mimpi buruknya untuk yang kesekian kalinya ia bermimpi buruk.

"Mengapa, mengapa mimpi itu terus menghantui ku."

Rasanya seperti nyata.
Seperti ada sesuatu yang harus ia temui dalam mimpi itu.

"Mark, hentikan semua omong kosong ini. Sekarang katakan kau mau apa dari ku, kau tau. Aku sangat ketakutan, kau seperti hantu dalam mimpi ku"

Ia terdiam sesaat lalu memeluk Mark dengan erat, Ia menciumi pipinya, dan menikmati pelukannya bersama Mark.

'Istri..'

Ada seseorang yang berbisik ditelinganya. Tepat arah telinganya, nafas nya hangat.
Seketika ia tersadar. Mark berbicara dan bernafas. Ia langsung menatap Mark lekat lekat, memastikan nya berulang kali.

'Istriku'

Kalimat nya terulang, dan ia mendengarnya sekali lagi, sekarang ini benar, sungguh nyata. Bibirnya bergerak, matanya mengedip, dan hidung nya bernafas.

(Biarlah.. aku menjadi suamimu)
-Mark.

Ia terkejut, menyaksikan secara langsung, dan secara mata kepala nya sendiri. Bahwa Mark hidup..

"Mungkin aku ini hanya berhalusinasi, bukan nyata, dan ini tidak benar-benar ada, Mark ku mohon. kau diam lah, dan semoga ini hanya halu ku"

Racau nya mulai tidak jelas, setiap kalimat yang terucap langsung oleh bibirnya secara spontan, ia merasa aneh takut dan gelisah, semua bercampur aduk dibenak ini.
Ia langsung menoleh kearah Mark, secara perlahan.

Degh!

Jantungnya berhenti sesaat kemudian segera berdegup kembali, ia melihat hal yang sangat ganjil, bokena itu hidup, ia mengedipkan mata seperti manusia, dan perut nya berdenyut menandakan ia benar benar bernapas.

Seukir senyuman terlihat sangat jelas di bibir Mark. Mark menatap gadis itu lekat, tatapan yang ia pancarkan sangatlah misterius.

"Ma-mark?"
Ucapanya terbata-bata.

"Hello"

Dadanya semakin lemas, napas gadis itu tak beraturan. Ia senang karena Mark bisa hidup, namun disisi lain ia sangat takut
Jika kalau mimpi itu benar-benar menjadi nyata,

Ia gemetar, tatapan nya membulat ketika Mark menghampirinya, benar-benar menghampirinya.
Sangat dekat. Batang hidung mereka bersentuhan.

Tatapan mereka bertemu.
Mark menarik tangan nya, hingga ia jatuh kepelukan nya.
Ia tidak berontak, seperti meresakan adanya kenyamanan. Mark memeluk nya sangat erat, hingga tubuhnya yang mungil dibuatnya terbenam oleh tubuh yang lumayan besar. Boneka itu sungguh berbeda dalam wujud yang hidup.

Sekarang,
Ia merasakan dada Mark yang semula empuk karena terbuat dari kapuk-kapuk lembut, sekarang menjadi lebih bidang, keras dan berotot.

Dadanya berdegup sangat kencang.
Napas Mark membuatnya terlena.
Entah harus berapa lama ia berlama-lama di pelukan nya.

Tapi, jika harus gadis itu melepaskan pelukan nya terlebih dahulu.

'Aku tidak akan pernah memulainya'.

Bibirnya melintas langsung tepat di bibir gadis itu, rasanya sangat hangat mampu membuat kalita terlena hanya dengan sebuah boneka.

Ciuman pertama nya diambil oleh Mark, boneka konyol yang mungkin terlihat menyeramkan saat bernyawa.

"Kenapa diam, kau tidak suka aku?" Tatapan Mark menjadi sinis membuat kalita menjadi semakin takut

"Mark?"
Ia mulai waspada, ia melepaskan pelukan nya. Mark hanya memandanginya heran.

"Satu hal yang harus kamu tahu kalita !! Kau dan aku ditakdirkan bersama. Dan, akan ku buat kau mengikuti alur ceritaku"

Mark mencium kening nya dengan lembut.

Fuck OffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang