Kecemburuan.

174 43 15
                                    

Ibu pergi bersama dengan wanita hamil itu.
Ia dan Vanya berada di dalam satu ruangan.
Vanya melihat-lihat seisi kamarnya. Mengotak-atik setiap lukisan muka Mark yang gadis itu buat.

Ia tidak memperdulikan nya.
Ia berjalan menghampiri mark yang menjadi sosok boneka lagi, karena situasi saat ini adalah ada manusia asing selain dirinya. Mark itu pemalu setiap kali pikiran itu terlintas dari dirinya.
Ia merangkup tubuh boneka itu dan memeluknya dengan erat.
Vanya melihat nya dengan wajah bingung, segera ia langsung menghampirinya, dan duduk di atas kasur tepatnya di hadapan gadis itu. Vanya memperhatikan Mark dengan lekat, ia merasa takut bercampur jijik melihat boneka itu.

Sangat jelas Kalita tak menyukai ekspresi Vanya yang ia tampakkan kepada boneka kesayangan nya.

"Kalita, boneka yang kau peluk itu, milik siapa?" Lagi-lagi ia menatap Mark dengan tatapan yang sama.

"Dia, Mark. Dia milik ku!"
Ia menjawabnya dengan membalas tatapan nya itu dengan tatapan kebencian.

"Kau menyukai boneka seperti itu?" Sambungnya.

"Ya"
Jawab gadis itu singkat.

"Siapa yang membelikan boneka nya?" Tanya nya lagi dengan tatapan yang bingung.

"Ayahku"
Jawabnya.

"Bagus, aku menyukai nya, dia sangat keren dengan penampilan seperti itu"
Jawaban darinya membuat gadis itu merasakan hal yang bergejolak. Kecemburuan yang sangat terlihat jelas.

Seketika raut wajah kalita berubah menjadi kebencian terhadap nya, ia membencinya karena telah memujii Mark.
Ia hanya diam tidak menjawab Vanya.
Ia memilih untuk bungkam, dan mengeratkan pelukan nya terhadap mark.

"Kalita, boleh kah aku memeluknya?" Pintanya membuat jantung gadis itu berdebar.

Ia tak suka jika bonekanya disentuh orang lain, namun dibiarkan Mark memeluknya.
Vanya menduduki Mark tepat dihadapannya, tangannya mengelus rambut Mark. Kalita menatapnya dengan sangat benci.

Segera ia langsung mengambil Mark dengan paksa, raut wajah Vanya berubah menjadi kaget.

"Kau tahu, aku sangat menyayangi Mark maka dari itu aku sedikit cemburu. Maafkan aku"
Katanya menjelaskan.

"Kalita kau ini bisa saja, kau mengagetkan ku, ku kira kau marah" ia menampakkan
senyuman mungil dibibir itu.

"Tidak !"


•••


Fiskanya Balsten, wanita paruh baya menarik napas dalam, ketika berhenti sejenak diambang pintu, bersamaan dengan wanita hamil itu.

Ya... Fiskanya Balsten itu adalah wanita yang menjadi ibu kalita.

Bayangan nya dikaca gelap menatap balik, tampak merenung. Kali ini, pakaian nya lebih terlihat lesuh ketika pulang dari rumah sakit yang kata nya ingin memeriksa kandungan wanita hamil itu.
Dan meski tatapan nya yang sedikit letih karena sudah menghabiskan tenaga diluar sana.

"Kalita, ibu pulang."

Teguran nya yang menampakkan senyum khas pada dirinya membuat gadis itu sudah terbiasa akan dirinya.

"Ya, ibu"
Jawaban nya yang singkat dan jelas sudah sering di dengar oleh ibu.

"Vanya, Gimana harimu, sudah terbiasa oleh kalita? Sudah bermain kan?" Tanya ibu, tangan nya mengelus lembut rambut Vanya

"Iya tante, Vanya sangat bahagia. Baru pertama kenal sama kalita, vanya menyukai nya, dan mungkin aku akan betah disini sangat lama" Jawab Vanya.

Gadis itu hanya diam, memandang acuh.
Ia terlihat sangat bosan dengan situasi yang seperti ini.

"Vanya, jangan seperti itu, kita disini hanya sementara. Nanti kita akan balik kerumah lagi, dan juga ibu gak enak dong sama tante Fiska" Tukas wanita hamil itu dengan tegas.

"Tidak apa Fara, anakmu boleh berlama-lama disini, lagi juga semua ini ku lakukan supaya kalita gak kesepian lagi, dan punya teman seperti Vanya" Ucap ibu dengan antusias.

Nama mereka berawalan dari F, kalita berpikir sejenak. Tetapi tetap tidak merubah rasa ketidaksukaan ia terhadap Vanya.

"Nah ibu, aku mohon, biarlah kita berlama disini ya?" Rengek Vanya.

"Apa kau berjanji tidak akan pernah merepotkan tante Fiska dan Kalita?" Ucap wanita hamil itu.

"Janji" Jawab Vanya dengan sangat bersemangat.

'Terlalu dramatis'
Gadis itu berbicara dalam hati, ia sangat benci situasi seperti ini. Buatnya ini hanya membuang - buang waktu, ini sangat memuakkan.


•••

Jam, 00:00

Gadis itu terlihat sangat bosan pada tengah malam. Di liriknya jam bekker di atas meja,

00:01
Jam yang membuatnya sangat bosan.
Ia bangun dan meraih Mark.

"Mark..."

Tidak ada jawaban, dan reaksi Mark seakan seperti boneka biasa, tidak bergerak ataupun mengedip.

"Mark..."

Lagi dan lagi gadis itu memanggil boneka itu, hanya bungkaman yang ada pada Mark.

"Mark !!! Bangun kenapa kau mengabaikan ku, apa kau sudah tidak menyukaiku lagi!! Jawab! Jawab aku Mark"

Emosinya terpancing secara tiba tiba.
Tapi tetap saja, bentakannya, tidak membuat boneka itu terbangun, hanya sebuah tatapan datar oleh Mark.
Seperti boneka tanpa nyawa.

"Markk !!! Jika kau terus begini !!! Aku akan marah" Lagi-lagi tidak ada reaksi apapun dari boneka itu.

Seketika ia tersadar, ia mengingat suatu hal.

"Kau menyukai Vanya Mark? Jawab aku hah? Apa aku menyukai Vanya?" Tatapan nya memelototi boneka itu.

"Oh, tidak ada jawaban ya? Itu sudah mengartikan jawaban mu adalah Iya" gadis itu semakin gila.

"Kau tidak perlu menjawab apa-apa lagi Mark, kau lihat nanti Mark !! Apa yang akan aku perbuat pada Vanya yang kau sukai itu !!!"

Fuck OffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang