Mark?

269 57 19
                                    

"Kalian akan mengerti,
Bagaimana rasanya diposisi aku!"
-Kalita.

"Aaahhh, Sakit mark, kumohon hentikan, Ini sangat menyakitkan.." Rintih kalita dengan suara isakan yang memilukan.

Bugh!

Gadis itu terjatuh, ia merasakan ada benda keras yang menghantam tubuhnya.
Tatkala ia membuka matanya, dengan sekilas kesadaran. Penglihatan nya seperti samar - samar.

Ia tidak memahami semua ini yang telah terjadi begitu saja. Ia mengusap mata perlahan untuk melihat lebih jelas,
Tatkala, ia membuka mata.
Tubuhnya sudah berada di lantai, dengan posisi berbaring.
Dilirik nya jam bekker yang diatas meja, jarum jam itu menunjuk pukul 09.00,
Sudah pagi.

'Jadi semalam aku hanya bermimpi?'

Ia beranjak dari lantai, berusaha untuk bangun, dan menghampiri mark.
Dilihat mark yang masih terbaring di tempat tidurnya, bahkan belum pindah posisi sama sekali.

'Jadi benar, semalam itu hanyalah mimpi tapi, mengapa rasanya seperti nyata?' ia bergumam.

Seketika ia langsung memeluk mark.

"Mark, kau tahu tidak. Aku baru saja memimpikan mu didalam mimpiku, kau sangat kejam mark. Tapi, kau tidak mungkin sekejam itu kan? Suaranya menjadi pilu kembali.

Ia menangis terisak, ia sangat takut jika kalau apa yang ada di mimpinya itu adalah nyata

Ia memeluk mark dengan sangat erat, seketika ia mendengar suara ketukan pintu.

Ia segera bangkit dari kasur, dan menghampiri pintu, di buka nya perlahan, terlihat seseorang diambang pintu ialah ibu.

"Kalita, boleh ibu masuk?" Kata ibu nya dengan wajah yang sedikit murung

Diraihnya tangan ibu untuk masuk kekamar.
Ia kembali menutup pintu kamarnya dengan rapat, lalu menguncinya kembali.
Ia melihat ibu yang langsung duduk di atas tempat tidurnya, tepat berada disamping mark.

Tersungging senyuman manis di bibir gadis itu. Ia mengambil kursi dan menggeretnya kehadapan ibu. Ia meletakan kursi itu ke hadapan ibu, kemudian ia duduk."

"Kalita," Ibu memulai pembicaraan.

"Iya bu"

"Sekarang kamu bebas sayang"
Suaranya terlihat ragu untuk mengucap.

"Ibu?" Kalita terlihat kebingungan atas ucapan ibunya.

"Sekarang kau boleh bermain diluar, dan kau boleh menghabiskan waktu diluar, kau sudah remaja umurmu sudah mau 18 tahun" jawaban ibu membuat kalita terdiam.

Ia melihat ibu yang sedang melirik mark, entah pandangan apa yang tersorot di wajah ibu. Yang jelas raut wajah itu seperti orang yang lesuh, dan terlihat setitik air keluar dari pinggir sudut matanya.

"Kalita, sekarang kau boleh lebih banyak menghabiskan waktu diluar. Karena ibu juga selalu jarang ada dirumah, maka untuk itu, kamu bebas mau kemanapun, tapi ingat jaga diri mu baik - baik, jangan sampe kau tersentuh oleh laki - laki, laki - laki diluar sana jahat kalita, ibu tidak mau kau kenapa - napa" Ibu menegaskan.

"Apa ibu yakin, membiarkan ku bebas?"
Ucap kalita dengan nada memelan.

"Tentu, karena ibu percaya kamu. Kamu pasti bisa jaga diri diluar sana" Ibu tersenyum kemudian mengecup kening kalita.

Kalita menjadi diam kembali, ia memikirkan. Pertama kali ia merasakan cium hangat dari ibu nya. Yang memberikan banyak arti bagi dirinya.

Selama ini ibu tidak pernah mau berbicara banyak padanya, tapi baru kali ini ibu mau berbicara banyak, dan mengecup keningnya.

Tak lama kemudian ibu pergi dari kamar kalita.

Ia kembali memeluk mark, kemudian dikecup nya kening mark.

"Mark."

Suasana seisi kamar rasanya mulai ganjil,
Seketika bulu kuduk nya mulai berdiri tak beraturan, ia melihat mark untuk mencoba menenangkan diri, tapi entah kenapa boneka itu juga memiliki aura yang aneh.

Bibirnya yang semula berbentuk senyuman, kini berubah menjadi senyum miring yang menampakkan gigi bertaring, mata itu juga berubah yang semula bulat berwarna biru langit, kini berubah menjadi tatapan sinis dengan warna hitam legam
Dan jahitan mark semula terlihat bersih, sekarang perlahan demi perlahan mengeluarkan setetes demi setetes darah segar.

Ia terkejut dengan reflek ia melempar mark ke lantai.


"Mark, ku mohon jangan menakut - nakuti ku, kumohon rubahlah raut wajah mu seperti semula. Aku tidak ingin kau seperti ini" ia mulai terisak sembari menatap Mark yang terkapar di lantai.

Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya,
Semua waktu berjalan begitu saja, ia tidak mengerti apa sebenarnya yang ia rasakan.
Ia gemetar dan keringat dingin.

Sesaat ia menghela nafas secara kasar, kemudian ia berpikir dengan logika, diliriknya jendela yang terbuka. Matahari menyorot masuk ke dalam kamar itu.

Matanya beralih melihat jam bekker yang ada di atas meja, jam itu tepat pukul 12:30, yang berarti masih tengah hari. Ia menarik nafas dalam kemudian membuangnya perlahan. Ia memandang Mark.

"Mark?"
I

a menatap mark sembari menampakan senyuman manis.


Ia baru tersadar, sekarang tatapan mark, dan senyuman mark kembali seperti semula. Dan rasa - rasa ke ganjilan yang ia rasakan semuanya telah lenyap begitu saja, seakan hanya sebuah angin lalu.

Ia segera menarik tangan Mark, dan memastikan nya secara dekat. Ia semakin yakin bahwa tadi hanya ilusi yang ia rasakan.

Ia menoleh kearah jendela, menatap jendela itu lekat - lekat menerobos kehidupan luar sana, suara - suara burung berkicau, rumput - rumput serta dedaunan bergemerisik seakan memanggilnya untuk bermain diluar sana.

Dan niat nya, untuk keluar rumah semakin menjadi. Ia semakin bertekat untuk keluar rumah dan membawa mark untuk bermain dengannya diluar sana, menikmati indahnya bunga, menikmati setiap rintikan hujan. Lalu menyaksikan secara langsung kehidupan luar.

Bugh!

Lamunan nya berhenti, tatkala suara benda jatuh yang terdengar langung secara samar, ia menoleh ke bawah lantai, dan seketika ia merasa heran, benda yang terjatuh. Dan bunyi suara itu. Tidak lain adalah,

"Mark, Mengapa kau bisa terjatuh?" Ia langsung meloncati kasur kemudian memeluknya

Ia menatapnya Mark,

"Mark, aku menjatuhkan mu."
"Mark, aku mengantuk."
"Kau jangan kemana-mana tetap lah disampingku"

Ia terus saja berbicara tanpa rasa lelah, namun tak lama bibirnya mengatup. Ia mulai merapatkan matanya. Tangan nya masih sibuk memeluk Mark walaupun ia sudah tertidur.

Fuck OffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang