Tiga belas

134 34 14
                                    

"Kalita..."

Lirih seorang gadis yang sekarang menjadi tatapan kejam oleh wanita dihadapan nya.

Wanita bertatapan tajam, raut muka yang kusam, wajah yang penuh dengan kebencian, dan tangan kanan mungilnya yang mampu menggenggam erat pisau.

Dia hanya diam dengan memancarkan tatapan yang sama, dan belum berubah sedemikian.

Wanita itu hanya melewati gadis yang ada dihadapan nya.
Gaya yang dilakukan wanita itu seperti halnya wanita sombong.

Tanpa menoleh kearah gadis yang mulai terisak dan membanjiri wajah yang tanpa polesan bedak.

(Sreng.. Sreng.. Sreng..)
Suara asahan sebuah pisau.

Pisau yang digenggamnya sudah demikian runcing, dan mampu membuat tulang-belulang hancur di tangan nya.

"Kalita.. Berhentilah mengasah pisau itu."

Suara lirih gadis itu sudah menjadi tidak jelas karena suara isakan yang keluar dari getaran bibirnya, membuat Omongan nya tidak begitu jelas.

Seketika terhentinya suara asahan pisau itu.

Wanita kejam itu pun melangkah, mengarah ke gadis yang kini bergemetar.

"Kenapa?"
Suara nya yang santai membuat gadis didepan matanya, berkaca-kaca.

"Kalita"
Gadis itu langsung memeluk wanita dihadapan nya dengan kasih.

"Untuk apa adegan ini?"
Suaranya berubah menjadi menakutkan.

Gadis yang memeluknya erat kini melepaskan pelukan nya dengan cepat.

"Kau tahu Vanya? Aku sangat menunggu moment-moment ini"
Katanya dengan melangkahkan kakinya menuju rak piring.

(Trangg..)

Dia memecahkan satu piring kaca berwarna putih kapas.
Gadis yang memeluknya tadi, sungguh sangat terkejut.

Dia meraih satu serpihan besar piring yang ia pecah kan.

"Kau tahu, ini untuk apa?"
Dia melangkah kan kaki nya menuju gadis, sambil memegang sebilah pisau ditangan kanan nya, dan sebuah serpihan piring kaca ditangan kirinya.

(SREEEEEET...)
Serpihan kaca yang sangat runcing itu membuat goresan yang sangat dalam, di pipi milik gadis.

"Aaaaaaacccccchhhhhhhhhhhh"
Teriakan yang sangat nyaring keluar dari mulut gadis.

Darah segar mengalir deras membanjiri wajahnya, lalu mengalir ke tubuhnya, kemudian kelantai.

"Begitulah caraku memberitahukan kepadamu cara permainan ku"
Dia tersenyum kecut kearah pemilik muka yang hancur itu.

Dan.. pemilik muka yang penuh dengan darah itu melangkah mundur ketakutan dengan seorang wanita berhati iblis dihadapan nya.

"Ka..uu.. Jahhaatt.. Ka..uu.. bu.. kaann Kalita.."
Suaranya yang terbata-bata menahan rasa sakit di pipinya, darah nya terus saja berceceran.

Wanita itu murka, lalu berjalan dengan cepat kearah gadis yang malang itu.

(Seekk..)
Dijambaknya langsung gadis dihadapan nya.
Membuat gadis yang penuh dengan darah itu merintih kesakitan yang sangat mendalam.

"Aaaaaaaaaacccccchhhhhhhh.. Saa..kkiiitt.. Aammppuunn.. ku.. moo.. hoonn.. le..pass..kann"

Dia nangis sedemikian keras, tapi tak satupun yang menolong nya, bagaimana tidak? Rumah nya yang tak bertetangga itu. Bagaimana ada yang mau menolongnya, satu manusia pun tidak ada.

Hanya mereka berdua.

"Jika kau mau aku berhenti melakukan nya, mulai hari ini menjauh lah dariku, jangan pernah mendekat denganku, dan satu hal lagi, berhenti mengganggu Mark. Karena Mark milik ku dan akan tetap milik ku" Ancamnya dengan menatap tajam ke arah gadis.

"Mark... Han.. nyaa.. sebuah.. bo..ne..ka, mengapa kau tega melakukan ini kepada ku.. hanya demi boneka yang tidak ber..nyawa itu.." Jawabnya semakin terisak.

"Jangan membantah ku, dan jangan menyebut Mark sebagai boneka, jika kau mengulangi nya lagi, akan ku buat nama Mark di kening mu, memakai pisau ku, MENGERTI !!"

Ancaman nya yang sengaja meletakkan ujung pisau di kening milik gadis ,, yang mampu membuat gadis itu bungkam.

#To Be Continued..

Fuck OffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang