"Jangan tanyakan sejak kapan kamu mendukungnya, tapi tanyakan sampai kapan kamu akan mendukungnya."
Enka, gadis remaja dengan setelan baju putih dan bawahan hitam sedang asik berlari-lari kecil di halaman rumahnya.Sejak kecil Enka memang suka dengan dunia olahraga, walaupun tidak semua olahraga ia sukai namun ia cukup simpatik dengan beberapa olahraga.
Tidak terkecuali bulutangkis dan sepak bola. Jika di tanya apa kesukaanya maka ia akan menjawab bermain bulutangkis dan menonton sepak bola.
Kenapa hanya menonton?
Iya karena dia perempuan.Sewaktu kecil dulu ia juga pernah jatuh hati bermain bola. Hampir setiap sore ia bermain di lapangan bersama teman masa kecilnya.
Bermain di tanah lapang memang sangatlah asik. Banyak sekali kenangan yang ia buat disana.
Kala itu tak banyak yang ia tahu, ia hanya tahu gol jika bola masuk ke gawang, hansball jika tangan menyentuh bola, pelanggaran jika ada pemain jatuh.
Tidak ada suara supporter yang meramaikannya, hanya teriakan antar pemain yang katanya curang.
Tidak ada kata kesebelasan, karena yang mereka tahu hanya kebersamaan.
Bukan 90 menit waktu mengakhiri permainan, tetapi adzan maghrib lah sebagai penanda peluit panjang.
Namun lambat laun teman masa kecilnya telah pergi, waktu yang mengubahnya menjadi seperti sekarang. Tak ada kehangatan seperti dalu lagi. Perlahan semuanya hilang bagaikan ditelan bumi.
Kini ia hanya suka menonton sepak bola tanpa harus bermain lagi. Ia hanya penonton depan layar televisi.
Namun kesetiaanya tidak dapat dipungkiri. Apalagi dengan club sepak bola asal Inggris, Manchester United. Sampai tengah malampun rela ia lakukan demi menonton club kesayangannya bertanding.
Selain itu, sebenarnya ia juga ingin sekali melihat timnas Indonesia bertanding secara langsung di stadion. Tapi apalah daya, rumahnya itu jauh dari kota."Enka, besok mamah mau ke rumah tante Diana, kamu mau ikut nggak?"
"Tante Diana yang mana mah?" Tanyaku yang masih bingung.
"Tante Diana anaknya Pak War, yang baru nikah bulan lalu."
"Oh tante yang itu to, emangnya mau ngapain jauh-jauh kesana."
"Kamu gimana si, makannya sering main-main ke rumah sodara dong, jangan diem di rumah aja. Tante Diana kan habis pindah ke kota ikut suaminya."
"Hah, ke kota? Aku ikut ya mah."
Ucap Enka dengan sangat gembira, lalu bergegas pergi ke kamar ntah untuk apa.Perjalanan dari rumahnya ke rumah tante Diana cukup melelahkan. Bahkan Enka sampai tertidur di mobil. Oleh karena itu tidak heran jika sesampainya di rumah tante Diana Enka langsung pingsan, alias tumbang saat melihat kasur dan bantal.
Tujuan utamanya datang ke kota ini yaitu agar ia bisa menonton pertandingan bola secara langsung.
Ia pun nekad pergi tanpa izin orang tua, bersama dengan 2 orang temannya yaitu Revi dan Nuna yang ia kenal di sosial media.Mereka bertiga rela pergi mengantri tiket, berdesak-desakan dan panas-panasan demi menonton timnas bertanding. Awalnya mereka saling balas membalas di komentar, namun siapa sangka kini mereka menjadi akrab dan berteman baik.
Walaupun baru pertama kali bertemu, namun mereka sudah seperti sahabat dekat.Mungkin memang benar, jika kita berteman dengan orang berhobby sama maka akan lebih menyenangkan.
Next?
Vote dan komen ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua karena Sepak Bola (SKSB)
Teen FictionKetikan peluit panjang pertama telah dibunyikan, ketika itu juga 11 pemain harus berjuang di lapangan. Hanya 90 menit waktu yang mereka punya, untuk meraih kemenangan atau justru kekalahan. 90 menit memang waktu yang panjang bagi mereka yang unggul...