Hampir mati

878 68 0
                                    

(Ini menggelikan. Ia bahkan tidak terlihat gembira dengan semua kain2 indah disekitarnya).

Bianca menggelengkan kepalanya. Ia belum pernah mengenal wanita yang tidak suka belanja. Margie belum pernah tersenyum sekalipun ketika proses pembuatan gaunnya dimulai.

Margie bertanya, "Apa gunanya? Aku tidak pergi ke manapun. Semua gaun indah ini tidak berguna..."

Bianca berkata, "Tidak. Mereka berguna. Jika kau terlihat cantik, kau akan merasa hebat."

"Aku tidak punya lekuk tubuhmu, Baroness," ejeknya dengan pedas.

Bianca menghela nafas. Margie seorang lady penggerutu.

Bianca berkata, "Ini rahasia. Aku sedang mengatur debutmu. Aku akan segera mengatur supaya kau diperkenalkan dan bergabung di Almack. Aku tahu ini sudah terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali."

Candaannya yang payah hanya membuatnya mendapatkan tatapan dingin dari adiknya. Benar 2 sulit membuatnya tersenyum.

Bianca dapat membuat pria manapun segera berada di bawah kakinya. Tapi ia tidak pernah punya hubungan baik dengan wanita manapun.

Yah, sulit mencairkan es di antara mereka. Margie adalah seorang wanita yang memiliki banyak kepahitan di dalam hatinya.

Margie akhirnya bertanya, "Sebuah debut? Untukku?"

"Ya, tentu saja. Apapun untuk adik perempuanku."

Akhirnya sebuah senyum kecil tersungging di bibirnya. Senyumannya sangat kaku seperti ia telah lupa cara untuk tersenyum.

"Sekarang mari kita poles sampai kau bersinar," kata Bianca.

Adiknya menganggukkan kepalanya. Akhirnya ia terlihat lebih antusias dalam melakukan pengepasan gaunnya.

Tiga gaun dansa terbuat dari sutra, taffetas dan beludru. Lima gaun pagi. Empat gaun malam. Sebuah gaun untuk berkuda (walaupun Margie belum tahu cara berkuda). Tentu saja korset, stocking, semua pakaian dalam yang pantas untuk seorang lady.

Sang perancang busana kegirangan menerima banyak order dari sang Baroness yang kaya raya.

Tom menunggu dengan tidak sabar di ruang tunggu. Pengalaman baru untuknya, menunggu di dalam toko perancang busana. Semua kain mahal berserakan disekitarnya. Tom akan menghabiskan gaji seumur hidupnya untuk membeli sebuah gaun di sini.

Akhirnya Tom memilih menunggu di luar toko. Rasa bosan membuatnya mengantuk.

Tom mengambil buku catatannya dan mulai menulis lagi tentang sang Baroness yang seksi. Ia sudah menuliskan banyak hal yang ia ketahui sejauh ini.

Bagaimana ia suka menikmati telur berisi daging saat makan pagi. Atau sandwich berisi daging ham dan keju.

Tom masih tidak mengerti bagaimana sang Baroness melakukannya. Ia makan sangat banyak sebagai seorang lady. Tapi tubuhnya masih saja seksi menggoda.

Kedua saudari akhirnya keluar dari toko bersama2. Margie terlihat lebih gembira saat ini.

Sebuah peluru ditembakkan dan meleset beberapa inci dari kepala Bianca. Ia terjatuh berlutut. Mengigil ketakutan. Margie cepat2 bersembunyi di balik sebuah tong kayu yang besar.

Sang penembak melarikan diri ketika Tom menembakinya. Ia balas menembak.

Tom terhindar dari peluru karena ia melompat ke kiri. Tom menembak lagi dan pelurunya mengenai kaki sang pembunuh. Ia terjatuh ke jalanan yang berlumpur.

Suara tembakan lainnya terdengar dan sebuah peluru menembus tubuh si pembunuh. Ia mati seketika.

Tom melihat sekelilingnya. Tapi ia tidak dapat melihat si penembak kedua. Tom mendekati pembunuh pertama dengan hati2. Ia lalu menarik turun cravat hitam yang menutupi wajahnya.

Mata berwarna abu2 menatap kosong padanya. Rambut pirang. Hidung pesek. Dagu ganda. Mengingatkannya pada bosnya di kantor penerbitan. Walaupun sudah jelas pria ini jauh lebih muda dan sedikit lebih tampan dari sang bos.

Bianca berhenti dan menatap mayat yang tergeletak di jalanan. Dia adalah salah satu pria yang mencoba merayunya musim lalu. Anak keempat seorang Viscount. Bangsawan miskin.

(Mengapa ia ingin membunuhku? Aku menolaknya dengan sopan saat itu).

Tom menaruh tangannya pada pundaknya yang bergetar.

Ia berkata, "Mari pulang, Baroness. Kau perlu istirahat yang banyak saat ini."

Bianca menganggukkan kepalanya sedikit.

Margie telah melangkah keluar dari balik sebuah tong kayu besar.

Ada sebuah buku catatan tergeletak di jalanan. Tom menjatuhkannya ketika Ia mengejar si pembunuh. Margie memungutnya dan membacanya. Ia tersenyum lebar. Ini baru kotak harta karun.

Margie melangkahkan kakinya ke arah lain, berdendang nada2 gembira. Dia belum pernah sebahagia ini selama bertahun2.

*****

Tom masih menjelaskan semuanya pada seorang runner di lantai bawah. Sang Baroness masih terlalu shock untuk memberikan info. Sang runner menggaruk kepalanya. Jarang terjadi ketika seorang pria bangsawan menjadi pembunuh. Apalagi di Bond street di siang hari.

Bianca masih saja mengigil kedinginan walaupun ia terbungkus beberapa selimut tebal saat ini.

Seseorang baru saja mencoba membunuhnya. Ia bahkan tidak tahu apakah ia pernah melukai hati pria itu.

(Berapa banyak orang yang telah kusakiti di masa lalu? Berapa banyak pria yang menginginkan kematianku? Bagaimana jika ada pria2 lain yang ingin membunuhku juga?)

Tiba2 semua uangnya terasa tak berguna saat ini. Ia merasa hatinya kosong. Ia sudah hidup seperti seorang pelacur. Memuaskan hawa nafsunya. Meninggalkan dunia sebagai pelacur paling populer kalangan ton.

Bianca menggigit bibirnya. Ia akan menghubungi pengacaranya. Membuat Surat wasiat. Meninggalkan segalanya untuk adik perempuannya, Margareth Derwin.

Tom baru saja memasuki kamarnya. Sebuah mangkuk berisi susu hangat ada di tangannya.

Ia memerintahkan, "Minumlah, Baroness. Kau akan segera merasa lebih baik."

Tom pria yang baik. Bianca memutuskan untuk memasukkan namanya ke dalam Surat wasiatnya juga. Seorang pria baik sepertinya pantas mendapatkan istri yang baik juga. Seseorang yang benar2 mencintainya. Bukan seperti mendiang istrinya yang meninggalkan Tom untuk pria lain.

Ya, ia sudah bercerita tentang mendiang istrinya. Mereka biasanya bercerita sedikit setelah percintaan hebat di ranjang.

Bianca meminum susunya dengan patuh. Tom menaruh mangkuk kosong di atas meja kecil dekat ranjang.

Tom memeluknya kemudian bertanya, "Bagaimana perasaanmu, Baroness?"

Ia menjawab, "Aku perlu lebih banyak susu."

"Aku akan segera mengambilnya," kata Tom.

"Aku perlu susumu," kata Bianca sambil meraba bagian depan celananya.

Sang pengkhianat segera mengeras seketika itu juga.

Tom tersenyum sambil berkata, "Biar aku mengunci pintu dulu."

Bianca berbaring kembali ke ranjangnya. Seks hebat akan membuatnya merasa lebih baik. Selalu melakukan keajaiban pada dirinya.

Besok ia akan menghubungi pengacaranya. Hari ini ia akan menikmati hidup. Merayakan ia masih hidup. Bersama Tom.
-------------------------------------------------------
Jangan lupa untuk vote dan komentarnya:)

Romansa Victorian (Iversley)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang