Bagian : 4
"lima... Empat... Tiga... Dua... Yuhuu waktunya pulang"
Hari ini berjalan begitu lambat bahkan aku menghitung setiap detik nya menunggu waktu pulang tiba, mungkin karena aku terlalu antusias dengan liburan ku lantas aku bergegas membereskan barang barangku dan beranjak untuk menyimpan jass lab yang sudah ku lepas dan ku lipat ke dalam loker.
Namun sebelum aku sempat menaruh jass lab ku, seseorang membuat dahi ku berkerut karena tidak biasanya dia mampir ke laboratorium sebelum pulang dan apa apaan ekspresi nya itu?
Aghhh...
Aku mengerang dalam hati, sudah bisa menebak berita buruk apa yang akan aku dapatkan dari seseorang yang saat ini berdiri di hadapan ku dengan wajah lesu.
"kenapa pak?"
Ucapku kepada seseorang yang berada di hadapan ku yaitu pak Aji.
"sorry nih Sar, kayaknya liburan kamu harus di tunda dulu" ucapnya dengan wajah lesu.
Apa ?
Aku mengerutkan sebelah alisku
"maksud Bapak?"
"senin audit dari Singapura mau ke sini"
Katakan bahwa pendengaran ku bermasalah, tadi apa katanya? Audit?
"What? Gila. Gak ada yang lebih mendadak dari ini pak? Dan maksudnya saya harus menunda liburan itu karna besok saya harus masuk kerja, begitu pak? Demi apapun kenapa bapak baru bilang sekarang, ini udah jam pulang pak"
"saya juga baru diberi tahu Pak Adrian barusan Sar, bukan cuma kamu besok yang harus masuk tapi Rama dan anak produksi juga. Kamu tahu sendiri lah Audit Singapura kayak apa"
Aku memutar bola mataku malas, tentu saja aku tahu bagaimana mereka. Selalu menuntut kesempurnaan dan tidak menerima sedikit kesalahan pun, bahkan aku masih mengingat dengan jelas dua tahun lalu saat mereka mencocokan laporan dengan keadaan di lapangan. Waktu itu aku menulis 55 Erlenmeyer di dalam laporan tapi saat di hitung ternyata hanya ada 54, demi apapun mereka membesar besarkan masalah itu bahkan mengatai ku tidak becus bekerja.
Rasanya aku ingin mengumpat dengan kasar saat aku temukan satu Erlenmeyer ternyata di pakai menaruh sampel oleh orang produksi, entah siapa itu karena tidak ada yang mengaku dan gara gara kecerobohan nya itu aku yang menjadi sasaran nya.
Ahhh kenapa minggu ini sangat menyebalkan bagiku,tak bisakah aku sedikit menikmati hariku.
Semesta seakan berkonsfirasi untuk membuat kepala ku benar benar terasa ingin pecah, oke aku berlebihan tapi coba kalian bayangkan ada di posisi ku, bagaimana perasaan kalian saat semangat liburan sudah menggebu tiba-tiba mendapat berita tidak mengenakan yang mengharuskan kalian menunda liburan itu,menyebalkan bukan?
Setelah memberikan informasi yang bahkan aku menyesal mendengar nya itu lantas Pak Aji pamit kembali ke kantor nya dan mungkin sekarang sudah pulang, begitu pun dengan anak anak pkl tadi setelah meminta tanda tangan di journal kemudian mereka pamit pulang.
Dan di sini lah aku kembali memakai jass lab dan mulai membereskan laboratorium kemudian mendata semua alat yang berada di sana karena aku harus menyelesaikan laporan hari ini juga jika tidak ingin liburan ku tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian
Short Story"Aku pernah berjanji untuk menunggu, maka kewajiban ku adalah menepati, sebab menepati janji adalah keharusan" Aku beranjak kemudian Ku lepaskan senyuman terakhir untuk nya, sebelum bendungan sungai sungai air mataku hancur. Dan dia di sana melakuka...