💕Liburan

4.5K 341 80
                                    

"Mas Zaidan."

Inaya yang suka bergelayut nggak jelas di tangan Zaidan bukan pemandangan aneh lagi belakangan ini. Entah kenapa Inaya selalu nempel-nempel dekat Zaidan setiap kali Zaidan ada di rumah. Bawaan bayi, katanya sih. Tapi Zaidan jujur saja tidak keberatan. Bahkan meskipun ia harus rela mengejakan pekerjaannya dengan satu tangan. Sebab tangan satunya dimonopoli oleh Inaya.

"Apa? Kamu mau apa? Mau minta beliin apa?"

Inaya sudah cemberut duluan mendengar pertanyaan Zaidan. Kesannya Inaya mepet-mepet kalau cuma ada maunya aja. Meskipun sebenarnya iya sih, kalau tidak ada maunya, ngapain juga repot-repot bergelayut manja di tangan Zaidan begini.

"Mau jalan-jalan," ucap Inaya menyerupai gumaman sebab wajahnya ia tenggelamkan di lengan Zaidan.

"Ke mana?

"Ke Shijuku, Jepang," sahut Inaya asal.

"Iya nanti sore berangkat." Zaidan menyahut lebih asal.

Inaya mencebik. Nanti sore? Memangnya ke Jepang cuma cukup naik angkot sekali? Enak bener bilang nanti sore berangkat.

"Mas Zaidan Naya serius." Kedua tangannya kini menangkup rahang Zaidan. "Mas liatin Naya dulu. Laptopnya jangan diliatin terus, lebih cantik Naya kok daripada laptop."

Zaidan akhirnya mengalah, laptop ia singkirkan sejenak. Bersama dengan kacamata yang ia simpan di atas meja. "Mau jalan-jalan ke mana?"

"Terserah."

"Ke mall?"

"Nggak nanti kayak kemaren lagi. Ketemu peramal abal-abal. Nggak mau."

"Kafe?"

"Jalan-jalan, Mas bukan makan."

"Yaudah jalan-jalan aja di taman bawah. Jalan kan?"

"Maaas." Inaya kesal sendiri. Zaidan seperti tidak bisa diajak serius. "Jalan-jalan ke tempat wisata."

"Kebun Raya?"

"Bosen."

"Bukit pelangi?"

"Nggak mau. Banyak orang pacaran. Males."

"Danau Dora?"

"No! Banyak setannya. Angker, coret!"

"Jadi kamu maunya ke mana?" tanya Zaidan tak sabar.

"Ya terserah."

Kali ini Zaidan yang frustrasi, bilang terserah giliran dikasih usulan ditolak terus.

"Ajak Zahra sama Adiba, Mas. Seru kayaknya," usul Inaya.

"Zahra sama Adiba?"

"Iya. Bisa minta usulan tempat yang bagus buat jalan-jalan juga," sahut Inaya. "Mereka kan sering jalan-jalan. Nggak kayak kita di rumah terus."

Zaidan mengernyit. Kenapa ucapan Inaya sarat akan sindiran? Mentang-mentang Zaidan sibuk terus gitu?

"Tunggu sebentar. Saya telepon Alan dulu."

***

Azahra tersentak ketika tiba-tiba saja seseorang memeluknya dari belakang. "Mas Alan! Bikin kaget aja deh."

Alan terkekeh. "Bikin apa sih? Sibuk banget kayaknya dari pagi tadi."

Azahra tersenyum tipis lalu kembali mengaduk wajan berisi semur ayam. "Masa nggak tahu ini apa?"

"Hm." Bukannya mengendus aroma masakan Azahra, hidung Alan malah sibuk memghirup leher Azahra.

"Mas geli!" Ia melirik tangan Alan yang melingkar di bawah perut dengan sinis. "Jangan ganggu dulu. Zahra lagi masak."

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang