💕Berhias

5.4K 398 99
                                    

Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu pernah menceritakan, Rasululah Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya, Apa ciri wanita yang paling solihah?
beliau menjawab
Yang menyenangkan suami ketika dilihat, dan mentaati suami ketika diperintah.
(HR. Ahmad 9837, Nasai 3244 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

🎀🎀🎀


Morning sickness, itu hal biasa untuk ibu hamil, benar? Itu juga yang Inaya alami hampir setiap pagi. Contohnya pagi ini, Inaya harus memuntahkan sarapan yang sudah susah payah ia makan.

Puas mengeluarkan isi perutnya, Inaya membasuh wajah di wastafel kemudian mengatur napas. Rasa mual itu masih ada, perutnya pun terus begejolak tak nyaman. Seperti ingin kembali muntah hanya saja sudah tidak ada yang bisa dimuntahkan.

Badan Inaya semakin melemas sebab kepalanya juga ikutan pening. Bibir merah muda yang biasanya mengoceh di pagi hari itu kini memucat sama seperti wajahnya.

Inaya mengusap wajah dengan handuk kemudian keluar dari kamar mandi, niatnya mau langsung rebahan di kasur. Tapi tiba-tiba hidungnya mencium sesuatu yang asing, dan membuatnya kembali mual.

"Mas Zaidan pakai parfum apa sih!" Zaidan yang semula mau memberikan air hangat langsung dibentak. "Baunya gini banget!"

"Ini kan parfum yang kamu beliin buat saya," sahut Zaidan. "Kamu juga yang nyuruh saya pakai ini tadi pagi."

Mual benar-benar tak bisa ditahan lagi. Baru tadi ke kamar mandi, Inaya sudah kembali lagi ke dalam. Ia bahkan menolak keras Zaidan yang berusaha memijat tengkuknya.

"Ganti baju aja sana!"

Kalau Inaya tidak sedang hamil, sudah pasti Zaidan akan menegurnya. Tapi sekali lagi Zaidan harus terbiasa, emosi Inaya semakin tidak stabil belakangan ini. Kalau tidak marah, ya menangis.

Baju dan celana sudah diganti, tapi Zaidan malah disuruh mandi lagi. Katanya bau parfum itu masih melekat di tubuh Zaidan. Padahal tadi subuh jelas-jelas Inaya yang menyemprotkan sendiri parfum itu ke tangan Zaidan.

Inaya berdiri di balkon guna mendapat udara segar, baru jam delapan pagi tapi ia sudah menghabiskan banyak energi. Perut Inaya masih rata diusap pelan. Apa hamil memang begini? Jujur ini pertama kalinya Inaya bicara selantang itu pada Zaidan. Inaya jadi merasa bersalah.

"Kamu masih mual?"

Zaidan sudah selesai mandi, bajunya juga sudah ganti. Bau parfum tak lagi tercium.

"Masih."

Zaidan berjalan mendekat. Meraih pinggang Inaya lalu menopangnya, ia sadar Inaya sudah lemas. Zaidan malah tidak mengerti kenapa Inaya malah berdiri di balkon bukannya duduk atau tiduran di kamar. "Ayo masuk."

Inaya menggeleng. "Naya mau di sini aja. Di dalem pengap."

Tapi Inaya sadar sesuatu. "Mas nggak kerja?"

"Saya bisa datang nanti siang."

"Jangan gitu, Mas. Jangan mentang-mentang apotek itu punya Ayah Mas jadi bisa seenaknya. Kan Mas sendiri yang bilang, Mas harus kasih contoh yang baik buat karyawan."

"Sebentar lagi saya berangkat," ucap Zaidan akhirnya. "Makan lagi ya. Tadi makanannya kan kamu muntahin."

"Makan salad aja nggak apa-apa kan?" Dan satu lagi, nafsu makan Inaya menurun. Alasannya, mual. Padahal Zaidan berharap Inaya bisa mempertahankan nafsu makannya, namun apa boleh buat. Zaidan juga tidak bisa memaksa.

"Nggak apa-apa."

***

Pada akhirnya Inaya cuma mampu menghabiskan setengah mangkuk salad. Beruntung Inaya masih mau memakan biskuit yang Zaidan berikan.

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang