💕 Ramalan

4.7K 354 37
                                    

Barangsiapa mendatangi dukun peramal dan bertanya kepadanya tentang sesuatu (lalu memercayainya) maka shalatnya selama empat puluh malam tidak akan diterima. (HR. Muslim)

🎀🎀🎀

Melakukan double job membuat kesibukan Zaidan bertambah parah. Kadang ia berangkat pagi dari rumah untuk bekerja di distributor obat, pulangnya ia harus langsung ke apotek karna masih banyak hal yang harus Zaidan urus. Termasuk diantaranya menerima barang yang memerlukan tanda tangannya, melakukan pemesanan obat, mengecek resep harian di Apotek, bahkan Zaidan masih menyempatkan waktu untuk membuka Konsultasi.

Meskipun Bu Tina bilang pada Zaidan kalau mereka bisa mengurusnya tanpa Zaidan. Zaidan tidak bisa lepas tangan begitu saja, melakukan semua itu sudah merupakan tanggung jawab Zaidan. Dan ia tidak mau melempar tanggung jawab begitu saja.

Tapi justru hal itu membuat waktu Zaidan untuk Inaya berkurang drastis. Meskipun sebenarnya Zaidan cukup lega karna Inaya mau mengerti dengan keadaannya. Walaupun acap kali merengek dan merajuk, tapi setidaknya itu bukan ancaman berarti. Inaya hanya minta setidaknya ia ingin satu Minggu sekali pergi bersama Zaidan. Ia sudah mulai bosan hanya diam dia apartemen, menonton film, membaca buku, dan pergi jalan-jalan sendirian.

Seperti contohnya hari ini. Sejak berbulan-bulan lalu semenjak trailer sebuah film diupload. Inaya sudah heboh mengajak Zaidan untuk menonton filmnya. Dan sekarang Inaya menagih janji itu. Zaidan setuju dengan syarat minuman yang akan dibeli mereka nanti adalah lemon tea. Bukan softdrink.

Meski ini bukan weekend dan libur nasional, tapi suasana mall cukup ramai. Bahkan Inaya masih bisa melihat anak-anak dengan seragam SMA berkeliaran di mall. Bukankah mereka seharusnya belum boleh masuk?

Inaya berusaha tak acuh, ia dan Zaidan terus berjalan menuju bioskop. Rencananya mereka akan nonton film animasi yang menceritakan seekor kucing bernama Neko. Neko merupakan kucing jalanan, ia dan Ibunya sudah hidup di pinggiran kota sejak lama. Hingga suatu hari ia dipungut dan diadopsi oleh seorang manusia.

Kehidupan Neko memang jadi lebih sejahtera. Makannya terjamin, bahkan setiap bulan ia rutin di ajak ke salon. Hanya saja ... Neko merindukan ibunya. Dan suatu hari, ketika ia sedang diajak jalan-jalan dengan majikannya. Ia melihat sang ibu sedang dikejar-kejar pria karena mencuri seekor ikan.

Dengar-dengar film itu cukup menguras air mata dan emosi. Karena itu Inaya memaksa Zaidan agar mau menemaninya nonton.

"Kamu tunggu di sini dulu." Inaya mengangguk patuh ketika Zaidan memintanya duduk di bangku sementara Zaidan membeli tiket.

Matanya melirik ke kanan dan kiri, tiba-tiba saja ia ingat Naufal. Dulu ia dan Naufal sering sekali pergi ke bioskop, masa-masa jahiliyah. Ah, apa kabar pemuda itu sekarang? Inaya tak pernah mendengar kabarnya lagi sejak ia menikah dengan Zaidan. Naufal terkesan menghindar.

Bahkan saat acara santunan kemarin, Naufal tidak membalas lagi pesan dari Inaya. Inaya merogoh ponsel, membuka aplikasi pesan hanya untuk melihat riwayat percakapannya dengan Naufal. Hanya dua keping pesan.

Naufal
Hai, Nay. Apa kabar?

Inaya.
Baik, Mas. Alhamdulillah. Mas Naufal sendiri?

Ironis, Naufal malah tak menyahut.

"Inaya?"

Inaya terkesiap, sontak saja ia memasukan ponsel ke dalam tas dan menoleh pada Zaidan. "Udah, Mas?"

"Kamu kenapa?"

Inaya menggeleng cepat. "Nggak apa-apa. Eh kita dapet bangku apa? Bangku D? Ah lumayan daripada dapet bangku A. Terlalu atas, Naya nggak suka."

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang