💕Penyesalan

5.3K 368 52
                                    

Naufal berdiri di balkon sambil menatap jalanan. Beberapa saat yang lalu, Ayahnya memberitahu Naufal kalau mereka diundang oleh Wijaya ke acara syukuran atas kehamilan menantunya. Naufal bahkan baru tahu jika ayahnya dan Wijaya merupakan rekan kerja. Tapi yang Naufal yakin, ayahnya pasti tidak tahu jika menantu dari rekan kerjanya itu adalah gadis yang sama. Yang datang ke kantornya setahun lalu, bertanya dimana keberadaan Naufal.

Naufal baru saja menolak ajakan Hanggoro dengan alasan ia tak enak badan. Naufal yakin Inaya tidak mau melihatnya, setelah kejadian setahun yang lalu Naufal belum bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Inaya selalu menghindar, mungkin kata-kata Inaya benar. Bahwa mulai saat itu sampai kapanpun, Naufal akan terlihat menjadi pria brengsek di mata Inaya.

Ponsel dirogoh dari saku celana. Naufal mengirimkannya tiga buah pesan pada Inaya.

Yang pertama

Selanjutnya Naufal mengirim lagi pesan.

Nay, aku minta maaf atas kejadian dulu. Aku bener-bener menyesal, tolong maafin aku.

Terakhir Naufal mengirim lagi sebuah pesan.

Kalau ternyata yang baca ini kamu,
Zaidan. Hapus aja pesan kedua saya. Tapi tolong bantu saya untuk dapat maafnya Naya. Saya nggak tenang hidup dalam rasa bersalah ini.

°
°
°

Sedikit warning untuk part ini. Ini agak panjang, nggak. panjang banget malah, karna ceritanya aja tembus angka 4,5K kata parah kan 😅

Iya-iya ini karna Ao terlalu nafsu nulisnya. Tapi itu karena adegan di part ini cukup banyak. Ditambah, di tengah-tengah nanti Ao sisipkan sedikit kutipan dari buku 'Destilasi Alkena' karya Wira Nagara. Ada yang tahu bukunya? Atau jangan-jangan kalian korban kegalauan dari buku itu? Hehe

Dari pada panjang lebar, yuk langsung baca ^^



Inaya menatap paper bag berisi buku-buku yang baru saja ia beli. Ia langsung saja keluar dari toko buku kemudian berdiri di pinggir jalan guna mencari angkutan umum. Namun tak lama kemudian segerombolan pemuda dengan warna baju yang sama lewat di jalanan sambil membawa bendera berlambang salah satu klub sepak bola di indonesia.

Mata Inaya melirik gerombolan itu, belum juga ia menemukan angkutan umum. Banyak orang berlarian dari arah kiri menuju padanya. Semua orang terlihat ketakutan, rupanya gerombolan anak muda tadi bukan cuma lewat. Melainkan sengaja melintas untuk tawuran.

Kaki Inaya melangkah menjauh dari sumber keributan. Jantungnya berdegup kencang. Inaya panik, mau lari ragu. Diam sama saja cari mati. Berjalan cepat pun seperti tak berguna. Ia melihat berapa batu mulai dilempar tak tentu arah. Terpaksa, daripada mati konyol. Lebih baik lari.

Sebuah mobil hitam tiba-tiba berhenti di depan Inaya. Kacanya terbuka. "Masuk!"

"Ta-tapi—"

"MASUK!"

Tangan Inaya yang gemetar membuka pintu kemudian duduk di samping kursi kemudi. Mobil berjalan cepat, melintasi jalanan hingga menjauh dari kericuhan.

Degupan jantung Inaya mulai mereda. Tapi sekarang ia malah gugup. "Naya turun di sini aja."

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang