[15] Membalas Hadiah Dari Amoeba

7.1K 453 27
                                    

Rissa berdiri, mereka membentuk lingkaran lalu berpegangan tangan. Rissa langsung meneleportkan mereka semua.

"Ini dimana?" tanya Stev saat mereka sudah sampai ditempat tujuan.

"Markas," ucap Rissa datar.

Ia langsung berjalan menuju sofa yang berada diruangan itu. "Duduk, gue pengen ngomong."

Mereka semua duduk dihadapan Rissa sambil memasang ekspresi seperti bertanya-tanya. Rissa menghela napas pelan, ia menutup matanya sebentar lalu membukanya lagi.

"Dia mengincar ayahanda, ibunda dan teman-teman Kita. Termasuk bunda Rose..." ucap Rissa.

Stev tercengang. "Dia mengincar ibu juga?" tanya Stev, rahangnya mengeras dan tatapannya mulai menajam.

"Beraninya dia," desis Stev.

"Lebih tepatnya mereka Stev," batin Rissa mengoreksi.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan?" tanya Fiki mulai serius.

"Kita akan membalasnya.." ucap Rissa sambil menyeringai, "Bukan hanya dia yang bisa memberikan sebuah hadiah.. Kita juga bisa."

Vino menyeringai. "Sepertinya kita akan sedikit bersenang-senang," ucap Vino.

"Bukan sedikit sayang, tapi kita memang akan bersenang-senang," ucap Rissa.

"Kapan kita akan mulai?" tanya Raldi sambil menyeringai kecil, tetapi Rissa melihatnya.

Rissa tersenyum licik, "Sekarang."

Rissa POV

Aku tersenyum licik, "Sekarang."

Lalu aku mulai memberitahukan rencanaku untuk membalas hadiah dari amoeba itu.

Kenapa aku menyebutnya amoeba? Karena ia mempunyai kekuatan yang bisa membelah dirinya, aku juga mempunyainya--nobody ask Ris.

Aku menjelaskan rencana ku kepada mereka semua dengan terperinci, mereka hanya menganggukkan kepala mereka jika mengerti.

"Ada yang punya saran atau keluhan?" tanyaku saat sudah selesai menjelaskan rencanaku.

"Tidak ada sepertinya rencanamu sempurna," ucap Vino sambil tersenyum puas.

"Ok. Jika tidak ada yang perlu dibahas lagi, kita akan mulai menjalankan rencana. Alat komunikasi yang gue kasih masih ada kan Ki? Di?" tanyaku.
"Iya masih ada," jawab mereka serempak.

Aku tidak perlu repot-repot memberi alat komunikasi untuk Stev karena ia bisa telepati.

Lalu aku memberikan sebuah jam tangan untuk mereka semua. "Buat apa?" tanya Stev.

"Teleport," ucapku singkat.

Mereka hanya diam, aku tau kalau mereka semua bingung. Aku menghela napas pelan. "Tinggal sebutkan dimana tujuan yang ingin kalian tuju."

"Ok," ucap mereka serempak.

Aku langsung pergi dengan teleportasi meninggalkan mereka untuk mulai melaksanakan rencana ku.

Tunggu saja kau amoeba jelek.

Rissa POV end

Ditempat lain.

"Rissa sudah pergi, sebaiknya kita mulai bergerak juga," ucap Raldi.

Vino, Fiki dan Stev mengangguk. Vino memejamkan matanya dan menggumamkan tempat yang ingin ia tuju.

Saat Vino membuka matanya, ia sudah berada ditempat lain. Ia langsung bergerak untuk melancarkan aksinya.

Setelah beberapa menit...

"Selesai," ucap Vino senang. Ia kembali menutup matanya sambil menggumamkan tempat yang ingin ia tuju.

"Rissa," ucap Vino.

Rissa langsung membalikkan badannya menghadap kearah Vino. "Udah selesai?" tanya Rissa.

"Iya," ucap Vino seraya mencium pipi Rissa.

Tak lama kemudian Stev datang. "Udah selesai?" tanya Rissa lagi.

Stev hanya menganggukkan kepalanya, Rissa terdiam. Ia menghela napas pelan. "Stev..." panggil Rissa.

Stev memandang Rissa datar sambil menaikkan sebelah alisnya. "Aku tahu kita baru bertemu kemarin tapi... Cobalah untuk lebih banyak berkomunikasi dengan kita berdua, bagaimanapun kita bertiga kembar.." ucap Rissa.

Stev terdiam. "sepertinya tidak buruk juga," batin Stev.

Stev tersenyum lembut, ia tersenyum lalu mengusap puncuk kepala Rissa lembut. "Akan ku coba... Adik," ucapnya.

Rissa tersenyum. "Aku tidak diusap?" tanya Vino sambil memanyunkan bibirnya, ia cemberut. Sangat tidak cocok dengan imagenya yang terkenal dingin dimanapun.

Stev terkekeh, ia mengusap puncuk kepapa Vino juga. "Ternyata kalian manja ya.." goda Stev.

"STEV!!" pekik mereka berdua kesal.

Stev hanya terkikik geli. "Aduh kalian lucu sekali adik kembar.."

"Kamu juga kembaran kita Stev!" ucap Rissa tidak terima, ia menyilangkan kedua tangannya di depan perut.

"Iya deh.. Aku kalah.." ucap Stev sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Semoga kebahagian ini tidak hilang," batin Rissa lirih.

"Ya.. Kebahagiaan ini tidak akan hilang Ris.. Mungkin hanya akan terlupakan sementara. Tapi aku berjanji Ris, kebahagiaan ini akan bertambah dimasa depan.." batin seseorang yang melihat kebersamaan mereka dengan pandangan iri, lalu ia tersenyum sendu dan menghilang begitu saja.

TBC

She's a PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang