Pagi itu aku termenung sendiri sembari mengotak atik hp ku, aku cek semua akun sosial media ku tak lupa aku melihat update terbaru tentangnya, ya dia tak pernah lepas membagikan momen bahagia dengan pasangan barunya, meski semua akun sosmed diblok olehnya, tidak membuatku surut untuk mencari tahu tentangnya. Meski aku tahu perasaan sakit yang akan aku terima setelah tahu pahitnya kenyataan bahwa dia baik-baik saja tanpaku tetap saja dialah yang ingin aku ketahui kabarnya sebelum aku memulai aktifitasku.
Tidak hanya sampai disitu saja, aku terus berusaha menghubunginya mesti tidak pernah ada jawaban pasti, dia ingin pergi jauh dariku melupakan segala harapan dan rasa yang pernah ada. Dia sadar menjalin hubungan sesama jenis itu dosa besar dia lebih memilih membahagiakan keluarganya dibanding tetap menjalin hubungan dengan ku tanpa diketahui oleh siapapun. Tidak mudah memang melupakan semuanya begitu saja, menghapus rindu itu yang berat, menerima dengan lapang dada itulah jalan satu-satunya, meski kenyataannya pahit mengrogoti hati.
Tiga tahun dua bulan saling percaya saling menjaga saling menumpuk harapan yang begitu besar harus hancur dengan adanya orang baru yang lebih menjamin kehidupannya kelak dimasa yang akan datang. Berkali-kali aku pastikan siapa diriku, pantaskah aku menjadi pilihannya sedangkan aku perempuan dia juga seorang perempuan apa ini cinta yang salah, apa aku harus juga melupakan dia dan mencari yang baru seperti dirinya, setiap tidurku tak tenang meski aku mencoba berulang-ulang meyakinkan diri bahwa dia baik-baik saja tanpa adanya aku, dia bahagia tak lagi dengan ku, dia masih bisa tertawa lepas selepas pergi dariku, kenapa aku harus terpuruk dengan keadaan yang seperti ini, bukankah seharusnya aku lebih bahagia dibanding dia, dia tidak pantas aku perjuangkan bukan dia saja lebih memilih orang lain dibanding tetap denganku, kenapa aku terus memikirkannya, bodoh memang dari situlah aku mulai bangkit dan mengemas semua angan-angan semu tentangnya. Menutup buku dan menghapus semua rasa rindu yang ada, aku mulai bangkit dan mulai mencari teman disekitarku, menyibukkan diri dengan teman sebayaku, memulai hidup dengan warna baru, disitulah keceriaan ku mulai terukir perlahan-lahan namun pasti sembari melupakan dan mengubur dalam-dalam rasa kecewa.
Dari situlah semua begitu terlihat nyata, setiap hari aku memulai semua dengan rasa bahagia mengepresikan semua hal dengan percaya diri tanpa beban aku lebih berani menjadi diriku sendiri, tanpa memikirkan apa kata orang lain semua menjadi lebih indah aku menjalaninya.