Rito's life (1)

22 4 20
                                    

Rito's Life (1)
-Penyesuaian-

Happy Reading, guys~
------------------------

"Rito, bangun, udah pagi!"

Gue membuka mata gue. Yak, benar, emang udah pagi. Tidur gue nyenyak semalam jadi, ya, yaudah.

Okay, karena prolog- atau perkenalan kemarin kurang jelas. Jadi gue perkenalin diri gue sendiri aja deh. Btw thanks ya reader or silent reader karena nggak ngasih saran aneh-aneh ke author gue untuk hidup gue. Kalau kalian nggak kayak gini, gue nggak tahu bakal jadi apa gue saat ini.

Nama gue Rito. Umur lima belas tahun. Gue duduk di bangku SMA kelas 10. Gue ikut ekstra mitologi. Yah, jarang-jarang ada ekstra kayak gini, kakel gue emang rada nyeleneh. Oh iya, nih ekstra masih ilegal, baru direncanain bulan lalu. Gue cuma siswa biasa yang keseret kesana aja.

Tentang kehidupan gue, biasa aja. Cuma manusia dengan keseharian layaknya manusia normal. Cuma bedanya gue lebih ganteng aja.

Cerita ini juga biasa aja, kan? Faktor gue MC-nya, nih. Awal mulanya (prolog kemarin nggak gue itung) juga b aja kan. Dibangunin tidur, pagi hari, suasana indah, reader dengan ekspresi biasa aja.

Eh- ada yang nggak biasa ding. Yang bangunin tadi bukan ibu gue. Bapak, jangan tanya deh, bukan. Kakak juga bukan. Adik? Gue anak tunggal.

Gue lagi sendirian di rumah.

Huwa! Mau nakutin gue, yak? Tapi, tenang aja kisah hidup biasa aja gue nggak akan nyampe horror, kok. Singkirkan semua fantasi liar kalian.

Jadi tadi itu alarm.

Plot twist gue kurang terasa kayak plot twist, yak?

Alarmnya pake rekaman suara ibu gue.

Nah udah plot twist, kan.

Sorry kalau plot twist ini kurang berkesan. Gaji gue disini kurang untuk buat sesuatu yang 'wah'. Lu juga gratis kan baca disini. Cuma pake kuota ae.

Cukup deh basa-basinya, gue mau pergi ke sekolah. Bisa telat kalau ngobrol sama kalian terus.

Gue memakai seragam dan membawa semua perlengkapan sekolah. Jadi deh gue yang super ganteng.

Mau tahu bagaimana kehidupan Rito di sekolah? Ayo simak kelanjutan cerita di bawah ini 😉

Di atas ini siapa yang nulis woi! Cerita ini cerita gue. Nggak boleh ada orang lain di antara kita. Ya, nggak, pembaca tercinta?

Gue udah sampai di sekolah. Angin pun mulai menghembus kemeja gue. Rambut gue juga ikut kena hembusan angin jadi kayak iklan sampo. Gue jadi keren maks.

Gue berdiri di depan gerbang. Sekolah gue kelihatan bagus juga dari depan. Pantas kalau di foto kelihatan 'wah'.

Btw tahu, nggak, kenapa dari tadi gue cuma berdiri di depan gerbang sampai habisin 2 paragraf?

Yak, gue telat. *sensor*

Apaan dih, pake sensor-sensor. Gua nggak ngomong sesuatu yang cocok buat disensor juga. Mau ngerusak image gua apa?

Ok, jadi apa yang lu lakuin kalau jadi gua?

Pulang? Ya, mungkin ini cuma bisa kalian bayangin. Kalian paling cuma bisa mikir doang tanpa ngelakuin. Apa? Lu pikir gua juga kayak kalian?

Okay, gua pulang beneran! --"

"Rito Andra Prasetya, apa yang kamu lakukan disana?"

Gua rada kaget karena tiba-tiba ada yang ngomong, padahal tadi nggak ada siapa-siapa. Tapi, gua tetap stay cool aja deh. Toh, ngapain takut, cerita kehidupan gua kan slice of life, bukan horror.

Gua yang paling ngerti diri gua sendiri.

Iya-in, napa.

IYA!
Karena kalian kayak nggak niat gitu jadi gua aja yang iya-in. Ya!

"Kamu kenapa masih disana?"

Back to the topic. Yang ngomong ke gua Kirana. Anggota osis. Tapi dia bukan anggota osis galak tsundere kayak di animasi-animasi. Dia itu lebih ngarah ke kalem

Ia pun mengerayang saku roknya untuk mengambil kunci, "mumpung belum telat banget, langsung ke kelas aja," ucapnya sembari tangannya membukakan gerbang hanya untuk gua. Ea

--Dan baik.

"Thanks," ucap gua, gua juga tersenyum sekilas.

Dia balas tersenyum. Ada sedikit rona merah di pipinya. Dia suka gua, yak? Bodo amat ah gua nggak tahu. Lagian gua juga nggak mau nih cerita jadi bergenre romantis. Bosenin.

Gua ngelanjutin perjalanan menempuh ilmu ini. Sampailah gua di pintu masuk sebuah kelas. Di ataanya ada papan dengan tulisan nama kelas gua.

Gua pun membuka pintu kelas. Dan ada suara gemeruduk yang menyambut gua. Dan ketika makhluk-makhluk pembuat suara berisik itu tahu kalau yang masuk ke kelas itu gua, mereka pun memaparkan raut wajah kesal. Idih, padahal lu pada senang, kan.

"Oh cuma Rito ternyata."

"Rito, lu ngagetin aja seh!"

"Gua kira Bu Eka. Kaget gue woi."

"Gue kira lu bolos."

Gua berjalan dengan santainya ke bangku gua. Mungkin tampang gua kerasa kek orang nggak punya salah. Salah gua apa emangnya?

"Kalian itu.. sapa gua pake ucapan selamat pagi atau apa gitu kek, bukan gini. Berisik tahu," ucap gua santai.

Alis mereka mengernyit. Siap menyampaikan ungkapan protes.

"Rito.." Ini Eila, dia senyum aneh waktu nyebut nama gua. Ngeri woi!

"Ini udah siang buat ukuran murid baru datang," lanjut Ana, teman sebangkunya Eila.

"Sadar woi! Lu itu telat!!" Yang ngegas ini Aldi. Teman sebangku dan seperjuangan gua kok galak amat.

Cklek. Pintu terbuka. Keknya pada nggak sadar karena pada sibuk ngomelin gua. Woi sadar, Bu Eka sudah datang.

"Ehem," suara deheman tapi keras. Membuat teman-teman sekelas gua pada menoleh lalu pergi ke tempat masing-masing. Bersikap rapi kek patung. Santai aja atuh.

Ah iya, Bu Eka ini termasuk tiga besar guru killer di kelas. Untung gua nggak ketahuan kalau telat. Bisa bahaya nanti.

Bu Eka mengucapkan salam dan sedikit basa-basi. Lalu tiba-tiba...

"Rito, kamu maju kerjakan PR nomor satu!" perintah Bu Eka.

Wado

Sekelas menatapku intens. Tatapannya seperti mengatakan 'hayo lu pasti belum ngerjain, kan?'

Kek yang kalian pikirin.

Tetapi, kalian salah. Gua udah ngerjain. Cuma bukunya ketinggalan aja.

Betulan ketinggalan lho ini. Gua nggak bercanda. Ingat, kan, kalau gua tadi telat.

Gua santai-santai aja, kenapa? Ya, karena nih pr cuma buat latihan, nggak dinilai. Yang penting ngerti aja. Ngerjain tapi nggak ngerti kan nggak guna.

Gua maju ke depan kelas. Tepatnya menuju papan tulis putih. Auto jadi pusat perhatian gua.

Hei! Jangan bayangin gua a i u e o di depan kek orang gob*sensor*. Gua bisa ngerjain kalau soal gini doang. Toh, ini juga cuma nomor satu. Nomor paling gampang.

"Lanjut, soal berikutnya Eila. Ayo Eila silakan maju!" Perintah Bu Eka santai.

Kalau kayak gitu berarti jawaban gua benar. Selesai deh.

Sasuga, Rito-sama.

♢♢♢ Then ♢♢♢

Kali ini sudah memasuki waktu istirahat. Dan cerita ini bersambung disini dulu aja deh. Cya

Are you need spoiler?

Life is LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang