Rito's Life (2)

32 3 38
                                    

Rito Life's (2)
Happy Ending?

Jadi saat ini kita memasuki waktu-waktu dimana terjadinya perubahan suasana yang drastis. Masa dimana murid mengeluarkan sisi reseknya. Suaranya juga kek kresek bergoyang.

Okay. Three, two, one... Go!
Perjuangan akan dimulai.

Rito berjalan keluar kelas.

Lalu berlari.

Terus berlari, terus berlari.

Dari sana mulai tercium aroma lezat yang menggoda. Aroma itu mempunyai power untuk membuat seseorang terlena.

Ultra lucky! Sepertinya Rito masih belum kehabisan. Stoknya masih banyak walau peminatnya jauh lebih banyak. Tapi, ya, sekolah ini tahu etika. Sebelum membeli tentunya mereka antre. Makanya Rito yg memiliki ukuran tubuh kalangan menengah ke bawah untuk pria tidak kalah dengan yang memiliki tubuh besar bak anak raksasa.

Semua murid disamaratakan disini!

Tapi, naasnya saat antrean sudah tiba pada Rito. Ia kehabisan roti.

Malang sekali dia, yang mulia!

***

Stop. Cukup sampe disini lu sakitin gua.

((Cya xD))

Gua tahu kalau pasti jadinya gini kalau si auth yang nyeritain kehidupan gua ini. Makanya gua lebih suka kalau gua sendiri yang nyeritain.

ADA MASALAH?!

Nggak ada? Great.

Back to story. Jadi disinilah gua, di sebuah kantin ditemani oleh banyak murid maupun mbak-mbak penjual makanan.

Secara formalitas gua emang udah kehabisan Super Spesial Roti (SSR) minggu ini. No problem. Gua kan orang dalam.

"Misi mbak.. Pesenanku udah disediain?"

Mbak-mbak kantin itu merupakan salah satu relasi gua. Jadi, gua orang dalam disini.

"Oh, Rito.. ini pesananmu. Silakan dinikmati," ucapnya dengan ramah tamah. Ditangannya ada sebuah plastik isinya SSR dua. Nggak sia-sia gua begadang demi roti ini.

"Tapi, ya, nggak perlu nyepam tengah malam gitu. Mbak kan jadi keganggu tidurnya. Udahlah, selanjutnya bakal disediain yang khusus untuk Rito kok," ucap mbaknya.

Rezeki anak sholeh ya gini.

"Sip, makasih mbak," ucap gue bahagia.

"Tapi, kalau sampai pulang sekolah Rito nggak datang ya buat orang lain," peringatan dari mbak.

"Aye aye captain."

•••

Gue jalan-jalan di koridor sambil nyanyi-nyanyi lagu kesukaan gue.

"This is best day ever! Best day ever!" Sampai juga reef-nya.

Bruk

Eh gua nabrak orang, ya?

"Kalau jalan hati-hati!" Bentaknya sambil natap tajam gue.

Tampangnya kayak preman njir. Takut gua. Kayaknya kakel. Karena gua punya sopan santun mending gua minta maaf.

"Maaf, kak," ucap gue.

"Y," jawab tuh kakel lalu pergi gitu aja.

Kok kesal ya?

Setelah perjalanan panjang itu, gue pun sampai di kelas gue. Kelasku istanaku.

"Wahai semua prajurit gue!" Sapa gue ketika masuk kelas.

Dan gue cuma dilirik sekilas. Tidak ditanggapi.

Mau nangid, boleh?

°°°

Akhirnya kita pulang sekolah pemirsa!

"Berjalan di pantai dudu~" gue bersenandung.

Hawa-hawa pulang itu emang kenikmatan yang haqiqi. Tidak akan kubiarkan PR mengganggu kenikmatan ini!

Gue melewati jalan pulang seperti biasa. Gue lebih pilih jalan kaki. Kenapa? Karena pengen aja.

Tapi kok ada bunyi gemrudak di gang-gang itu yak? Apa ada kucing gelud? Nggak bisa dibiarin nih, kasihan.

Gue pun melirik suasana di gang itu. Bukan kucing ternyata. Itu kan kakel yang gua tabrak tadi. Bareng sama tiga orang yang nggak gua kenal.

Suasana ini.. gua nggak ikut-ikutan ah. Kalau pun ikutan, gua juga nggak bisa apa-apa. Toh, kehidupan gua nanti jadi nggak biasa lagi.

Gua pun berjalan menjauh dari gang itu. Kita dirasa cukup jauh, gua pun ngambil hp gua.

Walau gua nggak bisa apa-apa kalau disana, tapi diemin gitu aja bukan pilihan yang tepat, kan?

Gua pun menekan telpon pada nomor seseorang.

Beep beep-- tet

"Halo.. Eh om Fandi, ada bocah yg lagi gelud di gang depan indomar*t, dekat rumah om kan itu," lapor gua.

Om Fandi itu kerja sebagai kepala kepolisian. Bela diri? Jangan ditanya.

"Kenapa ndak lu sendiri yang ngelerai, Rit. Lu kan bisa, kalau mau," ucap yang disana.

"Ogah, om. Gue mau pulang," ucap gue.

"Y," jawab om Fandi lalu memutus sambungan.

Oh, my world..

□□□

"Rito, selamat datang!"

Itu yang gua dapatkan ketika masuk rumah. Ada tiupan terompet juga.

"Apa ini, ma, pa?" Tanya gua karena pelakunya itu ortu gua sendiri.

"Ya, sambutan untukmu karena baru pulang," jawab mereka dengan polos.

Gua sedikit kesal. Ya, karena banyak senangnya.

"Yang baru pulang itu mama sama papa. Rito udah disini dari kemarin-kemarin," ucap gue.

"Tapi, kan mama sama papa pulang lebih dulu dari kamu pulang," ucap mama disusul dengan anggukan papa.

Y deh. Terserah..

"Rito pulang, ma, pa.." ucap gua tanpa sadar gua tersenyum.

End

Rito : Yak, minggu depan mungkin ganti cast baru. Jangan kangen sama gue.

Author : kata siapa?

Rito : MC-nya mungkin ganti yang gua tabrak tadi.

Author : wei! Jangan ngasih spoiler. Apalagi yang belum tentu kebenarannya.

Rito : Jaga kesehatan, Reader tercinta.

Author : (Mind : masih mau nistain Rito)

Rito : (Mind : kayak bisa aja)

Author : (Mind : Ini kita ngobrol pake pikiran, telepati?)

Rito : (Mind : bukan ini ketikan.)

Cya!

Life is LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang