L (>o<)

10 2 0
                                    

HARRY POV

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tenang. Tidak ada orang selain aku yang berjalan disini, tidak ada rasa takut atau khawatir sedikitpun. Berfikir positif dan mengembangkan senyum lebar di wajahku agar diriku terlihat tampan dan fresh walau tidak ada yang melihatnya.

Reputasiku sebagai osis tertampan tahun ini membuatku berbangga diri. Mungkin bagi orang-orang itu adalah hal yang tidak penting, tapi bagiku itu sangat penting. "Harry!", aku membalikkan badanku dan melihat perempuan dengan mata abu-abu pucat menghampiri ku. Emma, membenarkan posisi tasnya dan merapikan rambutnya yang acak-acakan menutupi matanya. "Apa?" kataku singkat padat dan jelas. "Ingatkan besok adalah acara pensi?" tanyanya sambil melipat kedua tangan nya didepan dadanya. "Iya, aku tau" kataku, menatapnya dari bawah sampai atas membuatku mengetahui alasan mengapa ia tidak juga mendapatkan kekasih.

Pertama, karna ia tidak bisa melupakanku. Hello! Aku ini pacar pertamanya, dan siapa sih perempuan yang bisa melupakan diriku yang tampan dan hot ini? Shafa saja yang terkenal dengan wanita ter-hot disekolah ini pun tidak bisa melupakanku. Yang kedua, karna penampilan Emma yang tidak berubah, dari sejak aku dan dia berpacaran dulu, dia tidak pernah mengubah kebiasaan nya, seperti pakaian nya yang sangat kuno, tidak pernah dandan atau make up, tidak pernah merubah sifatnya yang jutek dan galak, ia juga tidak pernah mau dekat dengan lelaki, dia tidak pernah- hadeuhhh mengapa kita malah jadi membicarakan makhluk dihadapanku ini? Sudahlah lupakan topik kita yang tadi.

"Kau benar tidak bisa ikut pensi besok?" tanyaku dengan nada kecewa, bukan apa-apa maksudku jika Emma tidak ikut membantuku menjadi panitia, lalu siapa? "Iya Harry, aku tidak bisa ikut. Lusa, kakakku akan tunangan dan aku mau tidak mau harus datang." katanya kesal, membuat kerutan di dahi nya sebagai tanda bahwa ia menyesal.

"Harus ya kau ikut ke acara tunangan itu?" tanyaku.

"Hm.. Kau tau kan terakhir kali aku bertemu keluargaku hampir 9 tahun yang lalu?" tanya Emma, aku mengangguk kan kepalaku. "Aku harus datang Harry." kata Emma, lalu ia tersenyum. Ia bersikap lumayan ramah hari ini, aku tidak tau mengapa. "Lagipula, nanti ada Liam dan yang lainnya yang akan membantu." sambungnya.

"Aku harus pergi Harry! Aku harus siap-siap untuk penerbangan ku nanti malam," katanya lalu bergerak meninggalkanku, aku mencegah nya, "bagaimana jika hari ini kau aku antar pulang?" tanyaku, ia melihatku dan berfikir sejenak. "Hm.. Harry, aku tidak bisa," katanya, lalu menunduk. Merasa tidak puas dengan jawabannya, aku memohon agar ia pulang bersamaku, bukan karna apa, aku hanya ingin memiliki hubungan baik dengannya seperti dulu, saat aku dan dia masih anak kecil dan belum mengerti apa-apa. Dia terus menolak ku dengan alasan takut bahwa Shafa akan melihatnya bersamaku, huft, dia memang tidak pernah mau membuat orang kecewa. Aku sedikit memaksa nya, aku tidak ada maksud apapun! Aku hanya ingin berteman lagi seperti dulu. Setelah dia mendengar penjelasanku, akhirnya ia mau dan kami memutuskan untuk pergi ke parkiran sekolah. Saat sudah sampai diparkiran, aku melihat Zayn. Aku tau Zayn pasti menunggu Emma, melihat tingkah laku Zayn akhir-akhir ini, sudah tidak diragukan lagi bahwa ia menyukai Emma.

Author POV

"Hai Zen!" sapa Emma dengan senyum mengembang di wajahnya. "Kau? Hm... Sedang menunggu Shafa?" tanya Emma, sebenernya jawaban yang Emma ingin dapatkan dari Zayn adalah bahwa Zayn menunggunya, eh? Apasih Emma mengapa kau berfikir seperti itu? Emma kesal dengan pikiran nya yang tidak-tidak.

"Aku menunggu mu," jawab Zayn. Deg, ada perasaan senang tersendiri ketika mendengarnya. Sebenarnya Emma rada bingung dengan dirinya sendiri akhir-akhir ini, karna ada perasaan aneh ketika ia sedang bersama Zayn. Ayoklah Emma buang jauh-jauh pikiran mu itu! "Maaf tuan Malik, ia sudah ada janji lebih dulu denganku." kata Harry, ia bukannya tidak suka jika Zayn menyukai Emma, hanya saja ia ingin memiliki waktu untuk berdua dengan Emma, walau sebentar saja. Zayn memalingkan pandangannya kesal setelah mendengar apa yang Harry ucapkan. "Aku tidak bicara padamu Harold." jawab Zayn sinis "biar Emma yang menentukan ia ingin pulang dengan siapa!" protes Zayn, ia melihat kearah Emma. Emma melihat kearah Zayn, sungguh ia ingin sekali pulang bersama Zayn, tapi ia sudah janji lebih dulu dengan Harry. "Aku pulang sendiri saja," jawab Emma, lalu berjalan meninggalkan kedua lelaki itu yang masih tidak percaya dengan jawaban Emma. Emma tidak mau ribet dan dikenal dengan cewek sok populer atau cewek centil hanya karna ia dekat dengan lelaki famous disekolah. Ia berhenti di halte, bukan untuk menunggu bus, hanya saja ia hanya ingin sendiri sekarang. Ia memikirkan bagaimana pendapat orang nanti setelah melihatnya? Ini sudah 9 tahun lamanya dan pasti sudah banyak perubahan.

Fake Words ~TB-1D (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang