Catechism #2

1.1K 243 25
                                    

"Hyung! Bangun!"

Panggilan samar itu membangunkan Mark dari tidurnya yang entah sudah berapa lama.

Ia membuka mata lalu mengerjap beberapa kali. Matanya beradaptasi dengan cahaya yang terasa begitu terang.

Begitu ia bisa melihat dengan jelas, nampak wajah sumringah milik Chenle dan Jisung, keduanya sedang duduk bersila di samping kasur tempat ia tidur.

"Akhirnya hyung bangun!" Kata Jisung senang.

Chenle kemudian menarik tangan Mark agar ia bangkit dari posisi telentangnya, "Ayo bangun hyung, kita kan mau main!"

Tapi Mark yang masih mengumpulkan ingatannya kemudian tersentak, bukankah tadi ia melihat kaki Jisung berdarah?

"Jisung!" Teriak Mark sambil mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dengan tiba-tiba.

Jisung yang dipanggil seperti itu langsung menatap kaget hyung-nya, "Ada apa hyung?"

"Kaki kamu nggak apa-apa?" Tanya Mark khawatir sambil melihat ke arah kedua kaki adik bungsunya itu.

Jisung menatap bingung kakak tertuanya itu, "Kaki aku? Nggak lah, hyung. Sehat!"

Ia melihat dengan jelas kalau kaki Jisung tidak apa-apa, bahkan segaris lukapun tidak ada. Lalu yang tadi ia lihat itu apa?

Eh —tunggu, memangnya apa yang ia tadi lihat?

Ia lihat di mana?

Kapan?

Tadi apa yang ia tanyakan pada Jisung?

Kaki berdarah?

Kaki siapa?

Tiba-tiba ingatannya terasa samar dan perlahan memudar.

"..Hyung??"

Mark yang tenggelam dalam pikirannya sendiri sampai tidak mendengar panggilan kedua adiknya.

Ia tersentak sendiri, ia menatap Chenle dan Jisung bergantian.

Keduanya tersenyum, "Udah hyung, mungkin hyung cuma mimpi!"

Jisung mengangguk-ngangguk, "Iya, itu pasti mimpi, hyung! Tenang, aku baik-baik aja kok!"

Mark mengangguk lalu balas tersenyum lembut pada kedua adiknya.

Ya, yang penting sekarang ia bisa lihat dengan jelas bahwa adiknya baik-baik saja.

Donghyuk dan Jaemin yang sejak tadi menunggu di luar kamar akhirnya tidak sabar juga, ketiga orang di kamar lama sekali keluarnya!

Nanti film yang mau mereka tonton terlanjur mulai duluan!

"Hyung! Le! Sung! Lama banget sih!" Teriak Donghyuk heboh begitu masuk ke dalam kamar Mark.

"Lele sama Jisung kalian pasti justru ikutan tidur deket Mark hyung kan! Bukannya ngebangunin." Kata Jaemin sama hebohnya.

Chenle melempar bantal yang tadi dipakai Mark ke arah Jaemin, "ENAK AJA!"

Mark tertawa, "Ya udah, yuk lah berangkat." Katanya sambil turun dari tempat tidurnya.

Keempat adiknya kemudian mengekor keluar kamar.

Di ruang tengah, ia mendapati Renjun dan Jeno yang sedang melukis di dinding belakang TV dengan kuas-kuas besar dan cat.

Loh?

Bukankah tadi kata Donghyuk mereka mau nonton film di bioskop?

Mengapa kedua adiknya ini justru sibuk melukis?

Memangnya mereka mau pergi dengan pakaian yang sudah penuh warna-warni cat begitu?

"Kalian nggak ikut nonton?" Tanya Mark bingung.

Renjun dan Jeno kemudian berjalan mendekat ke arah hyung tertua mereka itu, kemudian Renjun meletakkan kuas yang ia pegang ke atas botol cat, "Ikutlah, hyung!"

Jeno mengangguk lalu ikut menaruh kuas yang dipegangnya ke atas botol cat yang lain.

"Kalian pergi dengan baju penuh cat?" Tanya Mark lagi.

Renjun dan Jeno kemudian menunduk untuk melihat ke arah pakaian yang mereka kenakan, "Cat di mana hyung?" Tanya Jeno.

Mark mengerjap, kemudian tersadar.

"Ah, baju kalian ternyata bersih ya? Hyung pikir karena kalian tadi sibuk ngelukis, jadi baju kalian kena banyak cipratan cat."

Jaemin kemudian merangkul Mark, "Ayolah berangkat, hyung!"

Perhatian Mark teralihkan pada adiknya itu, lalu tersenyum, "Ayo!"

Mereka berjalan santai di pinggir jalan yang menurut Mark, terasa begitu sepi. Padahal ini kan sore hari, harusnya banyak orang yang lalu lalang.

Tapi ia tak peduli, yang penting ia bisa main dengan keenam adiknya dengan santai.

Padahal ia tinggal bersama dengan mereka, setiap hari bertemu, tapi mengapa rasanya ia sangat merindukan momen ini?

Seperti sudah sangat lama sejak terakhir kali ia berjalan santai dengan semua adiknya.

Ia kemudian memperhatikan setiap adiknya yang berjalan di sekitarnya.

Chenle dan Jisung yang tidak pernah bisa dipisahkan, keduanya berjalan santai di depan Mark sambil bercanda dan saling berteriak.

Donghyuk dan Jaemin yang berjalan di samping kanannya sedang mengobrol seru, kalau Mark boleh mencuri dengar sih, mereka sedang membicarakan game terbaru yang dibeli oleh Donghyuk.

Sedangkan Renjun dan Jeno berjalan di belakangnya, sibuk mengobrol juga.

Mark menengok ke belakang, "Eh tadi kalian ngelukis apaan?"

Renjun dan Jeno mengalihkan perhatian mereka pada Mark,

"Biasa, moomin!" Kata Jeno.

Renjun menyeringai lebar, "Iya, moomin!"

Mark tertawa, "Masih aja lo suka moomin, Njun."

Renjun terkekeh.

Mark kemudian berpikir, kenapa rasanya dia seperti sudah lama tidak membicarakan moomin dengan Renjun seperti ini?

Ia kemudian menengok lagi untuk melihat ke pakaian yang dikenakan oleh Renjun dan Jeno.

Mengapa beberapa bagian pakaian mereka seperti habis terbakar? Terlihat tidak utuh dan pinggirannya hitam.

Mark panik.

"Njun, Jen, baju kalian kok??"

Keduanya menunduk untuk melihat pakaian yang mereka kenakan.

Mark berhenti melangkah, ia membalikkan badannya lalu membuka matanya lebar-lebar ke arah kedua adiknya yang sangat menyukai seni itu.

"Kalian.. habis deket-deket api sampe baju kalian terbakar kayak gini??"

"Hyung—"

Affliction - 7DreamWhere stories live. Discover now