Mereka asyik mengobrol dan bercanda di taman yang dihiasi dengan langit oranye senja, suasana yang tenang membuat atmosfer diantara mereka juga terasa begitu nyaman dan menyenangkan.
Mark tertawa-tawa melihat tingkah laku kekanakan Chenle dan Donghyuk yang baru saja bertengkar karena berebut satu bungkus choco chips.
"Hyung pelit!" Teriak Chenle masih kesal pada hyung-nya yang paling menyebalkan itu. Semua hyungnya menyebalkan sih, termasuk Mark hyung yang paling sabar sekalipun, tapi Donghyuk yang paling parah dari semuanya.
Donghyuk menjulurkan lidahnya ke arah Chenle sambil memeluk sebungkus choco chips hasil rampasannya dari tangan adiknya itu, "Siapa cepat dia dapat dong!"
"Kalian choco chips aja rebutan, heran gue." Kata Renjun sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gak temen sama Donghyuk hyung!" Kata Chenle lagi.
"Aku kan emang bukan temen kamu, tapi hyung kamu!" Balas Donghyuk lalu tertawa puas.
Chenle mencibir, bibirnya maju beberapa centi lalu menunduk.
Mark yang kasihan melihat salah satu dari dua adik bungsunya itupun menghampiri Chenle, ia peluk adiknya itu, "Udah Le, nanti kan bisa beli lagi choco chips-nya."
"Tapi kan itu kita bawa bareng dari rumah, hyung! Masa Donghyuk hyung pelit nggak mau bagi-bagi." Ternyata Chenle masih pingin lanjutin protesnya.
Mark menepuk-nepuk pelan kepala Chenle lembut, "Ya udah hyung suruh Donghyuk bagi ke Lele deh ya?"
Chenle mengangguk-ngangguk sambil menatap Mark berbinar, senang karena akhirnya kakak sulungnya itu bertindak. Itulah yang Chenle suka dari Mark, selalu saja ada disaat kapanpun para adiknya membutuhkan. Membuatnya semakin sayang pada laki-laki berperawakan kurus itu.
"Donghyuk! Bagi-bagi choco chips-nya sama Lele sini!" Teriak Mark pada Donghyuk yang sekarang sudah sibuk tertawa-tawa bersama Jeno entah bermain apa di ponsel mereka.
Donghyuk yang diteriaki begitu langsung mencibir, "Idih Lele nggak asyik ah mainnya ngadu-ngadu ke Mark hyung!"
"Nggak ngadu dia, hyung yang liat sendiri gimana teganya kamu sama adek sendiri."
Donghyuk mendengus, tapi akhirnya menurut juga, dia berjalan mendekat lalu membagi beberapa choco chips-nya pada si bungsu kedua.
Chenle langsung tersenyum lebar lalu memeluk Donghyuk, yang dipeluk sok risih, padahal aslinya senang juga kalau lihat Chenle atau Jisung bersikap manja padanya.
Taman tempat mereka bermain ini terdapat sungai di sampingnya, sungai yang tenang dan membuat siapapun yang melihatnya menjadi lebih rileks.
Mark menikmati pemandangan di hadapannya dengan perasaan ringan, rasanya sudah lama ia tidak merasa setenang ini.
Padahal, dia sendiri kadang sudah lupa seperti apa hari-harinya kemarin, entah sejak kapan, ia mudah sekali melupakan apa-apa saja yang dilakukannya kemarin.
Bahkan dia lupa, hari ini ia bangun tidur dengan keadaan bagaimana?
Habis bangun tidur, dia ngapain?
Sikat gigi?
Sarapan?
Dia sama sekali tidak ingat.
Tapi dia mencoba untuk tidak memusingkannya, yang penting sekarang dia menikmati sore hari bersama adik-adiknya.
Jaemin dan Jisung yang sedang mengobrol sambil sesekali saling kejar-kejaran mencuri perhatian sang sulung.
Dua adiknya itu kalau sudah klop, pasti akan seasyik itu, melupakan keadaan sekitarnya dan sibuk main berdua. Padahal sekarang mereka semua sudah besar, sudah bukan lagi anak berumur lima tahun yang senang bermain tanpa henti.
Karena asyik kejar-kejaran, Jaemin sampai tidak sadar kalau ia kini sudah di hulu sungai, sepatu yang ia gunakan menginjak pinggiran sungai yang basah, sungai dekat mereka tidak ada pembatasnya, jadi begitu mereka menginjakkan kaki di hulu sungai, maka air akan merembes begitu saja.
"Yah basah deh! Jisung nih!" Protes Jaemin yang sebal karena kaki kanannya basah, sepatunya kemasukan air.
"Kok aku sih? Kan Jaemin hyung sendiri yang larinya ke sana." Balas Jisung.
Mark tertawa-tawa saja menontonnya.
Tapi sedetik kemudian, dia tiba-tiba berdiri dari posisi duduknya di kursi taman, lalu berjalan dengan langkah lebar-lebar ke arah Jaemin.
Begitu sampai di samping adiknya itu, ia menarik lengan Jaemin kuat-kuat lalu berkata, "Bodoh!"
Jaemin dan Jisung menoleh kaget atas perilaku spontan Mark,
"Ada apa hyung?" Tanya Jisung dengan nada agak takut.Mark tersadar, ia melepaskan cengkramannya dari tangan lengan Jaemin.
"Eh, maaf, hyung cuma khawatir."
"Khawatir kenapa hyung?" Tanya Jaemin bingung.
Mark menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ia melangkah mundur beberapa langkah dengan tatapan kosong, di dalam pikirannya berputar bayangan Jaemin tercebur ke dalam sungai beraliran deras kemudian terbawa arus, Mark berteriak frustasi ketika ia tidak bisa menyelamatkan adiknya di depan kedua matanya sendiri.
Pikiran itu berputar-putar di dalam otaknya, membuatnya sakit kepala.
Ia terjatuh dengan kedua tangannya memegang kepalanya, seakan mencoba untuk bertarung dengan seluruh isi pikirannya itu.
"Hyung!!!"