Part I - Toko Buku

51 43 39
                                    

Sisyl's Point of View (POV)

Hai. Namaku Sisyl Imanuella. Aku baru saja lulus SMA dan dalam beberapa hari lagi aku akan menjalani kehidupanku yang baru di dunia perkuliahan.

Hari ini rencananya aku mau pergi ke toko buku untuk membeli binder dan peralatan tulis lainnya. Bisa dibilang, aku cukup antusias untuk kuliah. Abangku, David, menertawaiku barusan karena aku bilang kalau aku mau pergi beli alat-alat tulis.

"Hahaha," kata David. "Ngapain sih, Syl, beli-beli binder? Kayak kamu bakal nyatet aja,"

"Yee, emangnya Sisyl kayak Abang?! Kuliah yang bener bang, jangan ngulang melulu," kataku sambil mencibir David.

"Udah, ah, aku pergi dulu. Dah Abang!" Kataku sambil menutup pintu rumah.

Aku mengeluarkan ponsel ku dan membuka aplikasi taxi online untuk mengecek taxi nya sudah sampai dimana. Nah, itu dia taxinya! Aku segera bergegas masuk ke dalam taxi.

"Sesuai aplikasi ya, kak?" Tanya supirnya.

"Iya, mas. Nanti lewat jalan pintas aja ya, nanti saya arahin," kataku dan dibalas anggukan oleh supirnya.

————————————

Aku sampai di salah satu Mall di Jakarta. Aku langsung melangkahkan kaki ku menaiki eskalator dan mencari toko buku.

Nah, itu dia.

Aku berjalan masuk ke toko buku dan mencari barang-barang yang aku butuhkan yaitu binder, pulpen, pensil mekanik, tip ex, dan juga stabilo. Setelah barang-barang tersebut udah di dalam keranjang belanja ku, aku langsung pergi ke rak yang lain, yaitu rak novel.

Aku sangat suka membaca novel. Meskipun sekarang banyak sekali novel di aplikasi, tapi aku juga masih sering membeli novel dalam bentuk buku di toko buku.

Aku menemukan novel yang sampulnya sangat menarik perhatianku. Tinggal satu buku. Aku ingin mengambilnya, tapi ada tangan lain yang juga ingin mengambilnya.

"Maaf, saya duluan," ujarku pelan dan sopan kepada laki-laki itu.

"Ye mbak nya gak liat apa, gue udah disini dari tadi, jadi gue duluan," ujar cowok itu, nyolot.

Aku menatap cowok itu dengan tatapan kesal. Ku kembalikan novel yang sudah aku pegang ke tempatnya semula. Dan aku bergegas pergi dari tempat itu.

Asli, nyebelin! Tapi unik juga, ya? Jaman sekarang masih ada cowok yang suka baca novel. Novel romance pula.

Aku lanjut ke kasir, ingin membayar belanjaanku. Cowok nyebelin itu juga ikut mengantri dibelakangku. Hhh. Saat aku memberikan barang-barangku di kasir, aku merasakan cowok itu berjalan ke arahku dan berdiri sejajar disampingku. Ia menaruh novel yang ia dapatkan tadi didepanku.

Aku menoleh heran. Mau apa ini orang?

"Nitip," katanya. "Nih duitnya, gue males ngantri, kembaliannya buat lo aja," Lanjutnya sambil memberikan satu lembar uang pecahan 100 ribu-an.

"Gue tunggu di lobby utama ya, gue mau ngerokok," kata cowok itu lagi.

Apa-apaan? Nitip? Dia gak bisa sabar sedikit apa ya? Baru saja aku mau tolak, tapi dia sudah meninggalkan uangnya di atas meja dan menungguku di lobby utama. Hhh benar-benar menyebalkan!

Selesai aku membayar, aku segera pergi ke lobby utama untuk bertemu dengan cowok itu. Aku mencari di setiap sudut lobby, tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Ah apa mungkin dia masih merokok ya? Tapi, merokok dimana?

Aku menunggu sekitar satu jam dan cowok itu belum muncul juga. Aku mulai capek dan kesal. Maunya apa sih itu orang? Aku sudah menghabiskan satu matcha frappucinno yang aku beli tadi di Moonbucks sambil menunggu dia. Tapi dia kemana?

Ah, sudahlah. Aku ambil aja nih novel. Lagian, siapa suruh dia meninggalkan novelnya begitu saja? Toh, aku juga ingin baca novel ini.

Aku memasukkan novel itu kedalam kantong plastik yang berisikan barang-barangku. Kemudian, aku mengambil ponselku dan memesan taxi online untuk pulang.

To be continued...

SisylTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang