Clear

441 72 7
                                    

"Santai aja, Lan. They won't judge you, I believe!" Kata Rian sambil terus menatap lurus jalanan.

Entah kesambet apa aku kemudian setuju untuk datang ke acara keluarga Rian hari ini. Sepele sebenarnya, aku hanya ingin menjelaskan kalau aku bukan penyebab rusaknya hubungan Rian dan Nanda. Cuma itu.

"I am just... worried. I have a bad feeling this morning, like... a code that today won't turn out good as we expected.." kataku.

"I don't expect anything because I know it will be a good day. You do, that's why you look so worried"

"Ya kan yang dituduh jadi pihak ketiga itu aku, Kakak sih bisa enak tenang-tenang aja." Semprotku emosi.

"That's why you're coming today, right? Buat ngejelasin kalau itu gak benar? Jadi apa lagi yang harus kamu khawatirin?"

"Iya sih... Tapi.."

"Stop it there.. No more buts.. Everything's gonna be just fine."

Khas lelaki banget sih Si Om Minyak ini, semua serba mudah dalam bayangannya, semua serba "take it easy, let it flows aja". Sebenarnya sih iri sama yang bisa mikir kayak gitu, kebiasaan burukku suka overthinking tentang segala hal dan akibatnya yaaa banyak kesempatan yang gak aku ambil karena kelamaan mikir.

Intro lagu Careless Whisper mengalun dari ponsel Rian.

"Tolong angkat Lan, Si Meuthia itu, loudspeaker-in aja".

Meuthia itu adik Rian satu-satunya, sekarang sedang hamil empat bulan katanya. Aku dan Thia hanya berbeda beberapa bulan saja usianya, tapi nasibnya sepertinya lebih bahagia dalam hal jodoh dibanding aku.

"Assalamu'alaikum, Bang"

"Wa'alaikumussalam, kenapa Cut Dek?"

Rian memanggil Thia dengan panggilan Cut Dek, katanya sih panggilan sayang ke adik gitu.

"Abang, di mana?"

"Masih di jalan ini, tadi kena macet sedikit. Paling lima belas menit lagi sampai lah. Ada yang mau dititip atau gimana?"

"Ada Nanda sama keluarganya di rumah. Thia belum tau mereka ngomongin apa, tapi Thia takut mereka ngomong macam-macam. Abang cepat datanglah!"

Aduh.. Kekhawatiran Thia ada benarnya juga, kalau mereka cerita tentang perpisahan Rian versi mereka lebih dulu, akan cukup sulit bagi kami meluruskan semuanya. Thia tau semua cerita tentang kami, tapi aku mengerti jika Thia pasti merasa bukan bagiannya untuk ikut campur dalam masalah ini.

"Iya. Sebentar lagi sampai."

"Ini di-loudspeaker ya Bang?"

"Iya."

"Kak Lan, nanti apapun yang mereka bilang, Kak Lan harus tau kalau ada yang percaya sama Kak Lan ya.. Cut percaya sama Abang dan Kak Lan"

"Terimakasih ya, Thia."

"Panggil Cut ajalah.. hehehe.. Ya udah, Cut tunggu ya.. Hati-hati nyetirnya, Bang!"

"Iya.." lalu sambungan telepon dimatikan.

Aku bukannya merasa tenang tapi malah semakin tidak karuan perasaannya. Entahlah.. feeling ini terlalu kuat untuk aku abaikan. Aku begitu yakin bahwa pasti akan ada sesuatu yang terjadi hari ini.

🍁🍁🍁🍁

"Ooooh.. Jadi sudah berani ya Rian bawa si jalang ini datang ke acara keluarga. Bercerai saja belum tapi sudah ditenteng kemana-mana.." kata seorang wanita bersasak tinggi khas sosialita yang aku yakin adalah ibu dari Nanda berdasarkan kemiripan wajahnya.

WellyLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang