Raven meninggalkan rumah Raya, Raya adalah adik dari mendiang istrinya, kemudian ia memasuki mobilnya lalu melambaikan tangannya kepada Raya serta Rin.
Mobil Raven pun meluncur menuju kantornya.
Setibanya di kantor, Raven memakirkan mobilnya di tempat parkir VIP karena ia adalah pemilik dari perusahaan redaksi koran dan majalah terkenal di negeri ini.
Dengan langkah gagahnya Raven masuk ke dalam gedung bertingkat lalu masuk ke dalam lift dan menekan tombol menuju ke lantai dua puluh.
Meski umurnya tidak muda lagi tapi wajah Raven masih terlihat tampan dan bulu-bulu halus yang terdapat di sekitar dagu serta pipinya membuat Raven semakin terlihat gagah.
"Pagi, Pak!" sapa sekretaris pribadi Raven lalu mengikuti langkah sang Bos menuju ruangannya.
"Pagi juga, Aldi."
"Pak, hari ini Bapak ada meeting dengan redaksi Cahaya pukul 10.15 WIB." jelas Aldi kepada sang Bos.
Raven duduk pada meja kerjanya lalu meminta berkas-berkas yang harus ditandatanganinya.
"Oke, persiapkan semuanya!! Nanti meeting dilaksanakan di mana?" tanya Raven sambil mengembalikan berkas yang sudah ditandatanganinya kepada Aldi.
"Iya, Pak! Nanti meeting diadakan di kantor kita."
"Buatin saya kopi dulu, kopi__"
"Kopi hitam tanpa gula. Siap, Pak! Saya permisi dulu." kata Aldi sambil berlalu menuju pintu keluar.
Raven tersenyum mendengar perkataan sekretaris mudanya.
Raven menatap bingkai foto yang terdapat pada meja kerjanya.
Eve, hari ini aku bertemu dengan gadis yang mirip sekali dengan wajahmu. Senyum serta gaya bicaranya pun persis seperti dirimu.
Oh, Eve... Apa kamu telah berenkarnasi di dalam tubuh gadis itu untuk menemaniku?? batin Raven berbicara sambil mengusap foto mending istrinya.Kemudian Raven meletakkan kembali bingkai foto itu.
Raven memulai pekerjaannya mempersiapkan meeting dengan para redaksi Cahaya.
Tokk.. Tokk.. Tokk
"Masuk...!!!" suara Raven dari dalam ruangan.
Aldi sekretaris mudanya mengantarkan secangkir kopi untuk sang Bos.
"Ini, Pak. Kopinya." Aldi meletakkan kopi tersebut di meja kerja Raven.
"Terima kasih, Al!"
Aldi lalu keluar dari ruangan sang Bos dan melanjutkan pekerjaannya kembali.
Satu jam berlalu.
Raven tidak dapat fokus menyelesaikan pekerjaannya, wajah gadia itu berputar di dalam otaknya.
Rin...
Raven pun meraih ponselnya dan segera menekan nomor ponsel Raya.
Tuttt... Tuttt... Tuttt...
"Halo, Raya?!"
"What, Rav? Ada apa nelepon?" tanya Raya di seberang telepon.
"Emh... Nanti gue mo makan siang di rumah lo, bisa?" tanya Raven ragu-ragu.
"Hah? Tumben elo mau makan siang di rumah gue, Rav??" suara Raya terkekeh.
"Kenapa? Nggak boleh, ya?"
"Jangan bilang elo mo makan siang di rumah gue karena ada 'tuh anak, Rav." Raya pun kembali terkekeh.
"Ngapain gadis itu sekarang, Aya?" tanya Raven antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
ⓂⓎ ⒹⒺⓈⓉⒾⓃⓎ ⓘⓢ ⓎⓄⓊ
Romance[21+] ~ Sebagian part diprivate. Sebelum membaca lebih lanjut, sebaiknya pikir kembali bila usia tidak memenuhi syarat. JANGAN DIBACA! ⛔ ✔ Story END dan dibukukan ✔ Tema agegap 🦋🦋🦋 B L U R B "Menikahlah denganku, Rin!! Tidak semua laki-laki seper...