T. I. G. A. P. U. L. U. H. S. E. M. B. I. L. A. N.

6.6K 186 7
                                    

Satu minggu kemudian

"Rin, apa sudah tidak ada yang ketinggalan?" tanya Raven melihat istri kecilnya masih berkutat dengan tas jinjingnya.

"Sudah, nggak ada. Semuanya sudah lengkap." sahut Rin sembari membawa tas jinjing tersebut.

"Rav, jadi kan kita mampir ke makam Kak Eve dulu." tanya Rin sambil memberikan tas yang di minta oleh suaminya untuk di bawanya.

"Iya jadi, sayang. Kita ke sana dulu baru ke Bandara." jelas Raven pada sang istri.

Keduanya pun masuk ke dalam mobil dan sopir pribadi Raven meluncur menuju ke jalan.

"Rav, apa di sana kau sudah punya kerjaan?" tanya Rin penasaran.

Raven tersenyum menatap istri kecilnya dengan mata teduhnya.

"Nanti kita pikirkan lagi ya, sayang. Apa kau di sana nanti mau melanjutkan kuliah mu, Rin?" tanya Raven lembut.

Rin mengangguk mantap.

"Bagus! Nanti kita akan mencari kampus yang sesuai dengan bidang mu."

"Terima kasih, sayang."

Raven terkekeh mendengar sang istri memanggil dengan sebutan sayang.

"Tumben kau memanggil ku sayang?"

"Kenapa? Nggak mau aku panggil sayang? Ya udah nanti ku panggil Om Uban aja lagi." kata Rin menggoda suaminya.

"Hem, bandel nih istri kecil ku," ucap sembari menepuk hidung Rin pelan.

Lima belas menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tempat makam mendiang istri Raven.

Setibanya di sana, keduanya turun. Menabur bunga dan berdoa sejenak lalu berangkat menuju Bandara.

Sampai di Bandara keduanya turun lalu masuk ke dalam dan setelah Raven mengurus tiket untuk ke Jerman, keduanya pun menunggu di ruang tunggu keberangkatan.

Satu jam berlalu, pihak maskapai mengumumkan bahwa pesawat dengan nomor penerbangan ke Jerman untuk segera masuk ke dalam pesawat.

"Rav, aku takut." kata Rin memeluk mesra lengan kekar suaminya.

"Apa yang kau takutkan, sayang?"

"Entah lah, Rav. Aku merasa di sana akan terjadi sesuatu yang akan menimpa hubungan kita," ucap Rin sembari bersandar pada lengan kekar Raven.

"Jangan takut! Ada aku yang selalu melindungi mu, Rin." jawab Raven meyakinkan istrinya.

"Tidur lah! Kita sampai di sana masih lama." Raven menemani istrinya yang sedang berbaring di tempat tidur pesawat.

Raven memesan tiket pesawat first class karena jarak yang di tempuh cukup jauh, Jakarta ke Frankfurt akan di tempuh dengan waktu sekitar enam belas jam.

Raven memesan tiket pesawat first class karena jarak yang di tempuh cukup jauh, Jakarta ke Frankfurt akan di tempuh dengan waktu sekitar enam belas jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ⓂⓎ ⒹⒺⓈⓉⒾⓃⓎ ⓘⓢ ⓎⓄⓊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang