02. You're pretty

3K 407 46
                                    

Hari Minggu, pagi ini gue pergi ke Gereja sendirian. Ya kali gue ngajak Fajar. Dari hotel gue gak sempat pamit sama dia, karena gue tadi bangun agak kesiangan. Jadi gue langsung berangkat.

To: My Ciamik 😍

Jar, aku berangkat ya! Jangan lupa ikut kajian di masjid kemarin yak, dadah 😆

Hanya pesan singkat yang gue tuliskan untuk dia. Tapi seenggaknya gue bukan pergi tanpa jejak.

Menuju ke Gereja gue jalan kaki, sambil nyontek google maps. Soalnya pusing juga ternyata jalannya. Lalu lintasnya pun padat, namun untunglah disini gak sepanas kayak gue di Jogja. Kalau disana, jalan dikit aja keringetan gue.

Di Gereja gue berdoa dan memohon banyak permintaan kepada Tuhan. Salah satunya kebahagiaan untuk gue dan Fajar.

Doa-doa yang selalu gue panjatkan untuk hidup dan kebaikan semua orang, terutama orang-orang di sekeliling gue. Serta cinta yang mungkin nantinya akan terpisah karena beda.

Tapi dalam semua agama, kita diajarkan baik kepada sesama. Dan gak ada larangan untuk saling mendoakan bukan?

Tuhan tahu apa yang sedang hamba-Nya butuhkan. Dan gue percaya Tuhan tau bagaimana rasa gue terhadap Fajar.

Mungkin kalau gue punya pasangan satu keyakinan, sekarang kita sedang berdoa bersama di depan Tuhan. Tapi sayangnya gue sendirian.

Apa gue harus menyalahkan takdir?

Jawabannya enggak, karena gue percaya Tuhan punya skenario lebih indah dari makhluk-Nya.








"Fajar?"

Gue kaget liat Fajar yang ada di depan toko dekat Gereja gue beribadah. Dia rapi banget, terus senyum manis.

Gue menghampiri dia yang ngode biar gue mendekat.

"Udah ibadahnya?" tanyanya lembut.

Meski dia terlihat sangat ceria atau petakilan dengan teman-temannya. Tapi dia adalah orang yang bisa nge-treat orang lain dengan sangat manis.

"Udah. Kamu tadi ikutan kajian enggak?" tanya gue ke dia.

Dia ngangguk, "Makanya aku pakai baju koko nih. Ganteng gak?" tanya Fajar sambil nyengir.

Gue ngangguk, ya emang ganteng lucu gimana gitu.

Terus gue masuk mobil, dan kita diem di dalam mobil sebentar.

Masih gak nyangka kita udah bertahan 10 bulan kayak gini. Kita dekat, namun sebenarnya sangat jauh.

"Masih terasa berat?" tanya gue ke dia yang masih menatap spionnya.

Dia melirik ke gue sebentar.

"Akan selalu terasa berat, karena kita punya tujuan yang berbeda." jawabnya

"Sejak awal, kita berdua tau akhir dari cerita cinta ini, tapi— terkadang ego sungguh luar biasa bukan? Dan kamu tau Jar, dalam doaku namamu selalu aku sebut." balas gue

Lalu gue menghela napas panjang, dan mulai melengkungkan senyuman. Penyemangat untuk diri sendiri.

"Tal, coba liat aku!" pinta Fajar ke gue.

Gue mencoba untuk natap dia, tapi gue gak sanggup. Rasanya ini gue terlalu gugup buat ngomong ke hal serius bareng dia.

Iya gue takut, takut kalau semua akan terasa rumit dan berujung dengan kata pisah.

"Today, you're very pretty. And I think, I love you deeper than before. Cause everything look nothing, only you shine in my world."

Sejak kapan Fajar bisa romantis kayak gini sih?

Muji pakai bahasa Inggris lagi, kan gue makin baper.

Tuhan, maafkan jika aku berdosa.

"Ah Fajar, kamu bikin aku gak bisa ninggalin kamu. Sebel, kan besok aku harus pulang." keluh gue ke dia.

Iya besok gue harus kembali, Fajar juga harus latihan lagi. Semoga kita bisa sama-sama jaga hati.

"Bisa gak kalau gak pulang? Atau kerja sama aku aja mau?" ini Fajar ngebujuk gue ya? Biar gue gak pulang 'kan?

Gue ketawa, gemes liat dia dengan wajah sedih mau ditinggalin. LDR lagi kita, padahal kita memang selalu LDR kan ya?

"Kerja bareng kamu itu cuma bikin aku makin bucin tau gak? Yang ada kamu gak fokus." protes gue

Meskipun gue tau Fajar ngomong gitu tuh becanda. Tapi kayaknya enak ya kerja bareng pacar? Bisa bareng-bareng terus, padahal enggak bisa bersatu.

Bisakah gue melupakan hal itu sehari aja? Gue selalu ngerasa semua berat dan sulit karena pikiran gue selalu mengarah kesana.

Gue nunduk, waktu kita berpisah semakin dekat.

"Fajar?"

"Iya apa cantikku?"

Hhh, baru aja gue mau serius sama dia.

"Kalau kamu udah gak sanggup, bilang sama aku ya? Aku bakal relain kamu, aku ikhlas. Asal kamu bahagia." jelas gue.

Dia gak jawab, dia cuma megang tangan gue erat. Tolong, air mata jangan jatuh ya!

"Tapi kalau bahagianya aku itu kamu, gimana?" balas Fajar dengan penuh penekanan.

Gue tau, disini posisi kita memang sulit. Fajar dan gue sama-sama ngerti, bahwa disini kita harus berjuang masing-masing.

"Aku yakin ini hanya sementara Jar, karena cinta yang abadi itu hanya untuk Tuhan." lanjut gue

Dia ngangguk dan senyum terpaksa, maaf ya Jar.

"Aku percaya akan ada jalan dan akhir dari cerita cinta kita. Jadi kamu gak usah takut ya? Sekarang, Fajar punyanya Tal. Dan Tal punyanya Fajar." -FA

Athlete [Fajar Alfian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang