5

94.5K 6.6K 74
                                    


Happy Reading🤍

Malam ini seusai sholat isya Dee kembali memikirkan jalan hidupnya yang penuh cobaan ini. Dee bertanya-tanya apakah di dunia ini tidak ada lagi orang yang hidup dengan perasaan? Atau semua orang hanya memikirkan ego dan kepentingan masing-masing?

Semua yang Arka katakan tadi siang, begitu menyakitkan bagi Dee. Dee kira Arka akan meminta maaf, setidaknya itu cukup bagi Dee. Dan Dee akan mempertimbangkan untuk memberitahu Arka tentang kehamilannya. Jika Arka menolak dia akan memutuskan benar-benar pergi dari kota ini.

Tapi yang dikatakan Arka sungguh menyakitkan.

"Saya butuh keturunan, dan cuma kamu wanita yang menurut saya pantas untuk memberikan anak kepada saya." Dee hanya mematung mendengar ucapan Arka.

"Berapapun kamu mau, saya akan bayar. Kita juga bisa periksa dulu kondisi kamu, kalau memang kamu hamil saya pasti akan tanggungjawab. Setidaknya kamu nggak akan malu, juga nggak akan kekurangan biaya untuk membesarkan anakmu sendirian, karena saya tahu kamu bukan tipe orang yang akan menghilangkan nyawa yang nggak berdosa." lanjut Arka.

Anakmu? Malu katanya?

Sekarang kemarahan itu muncul. Dee sangat marah pada Arka, menatap Arka nyalang. "Maaf Bapak Arka yang terhormat. Tapi saya bukan wanita yang menjajakan tubuhnya pada laki-laki yang setelah ditiduri lalu dibayar. Ingat di sini, Bapak yang memperkosa saya saat sedang mabuk. Jadi walaupun saya hamil, saya nggak akan mengemis pada Bapak untuk bertanggungjawab atas bayi yang saya kandung. Dan juga maaf, saya nggak bisa jadi istri dari orang yang nggak punya perasaan seperti Bapak. Yang menganggap uang bisa membeli segalanya." ujar Dee marah dengan air mata yang membasahi wajahnya.

Sungguh Dee merasa bahwa harga dirinya sebagai wanita sudah diinjak-injak oleh Arka. Sudah tidak ada gunanya lagi dia di sini, Dee harus segera pergi sebelum Arka mengetahui kalau dia hamil. Dee tidak mau anaknya diambil oleh Arka nantinya.

Sementara Arka masih mematung mendengar semua penuturan Dee. Melihat air mata Dee, rasa bersalah mulai menglingkupinya. Harusnya dari awal dia tidak termakan nafsu dan malah memperkosa Dee.

"Kalau sudah nggak ada lagi yang mau dibicarakan, saya permisi Pak. Besok akan saya kirim surat pengunduran diri saya ke kantor ini. Saya permisi, assalamualaikum." sebelum mendapat jawaban Dee segera pergi dari ruangan yang mengerikan itu. Cukup sudah dia diperlakukan seperti ini.

Dee akan membesarkan anaknya sendiri.

***

Duduk di sudut kamar apartemennya, Arka kembali memikirkan perkataan Dianza yang menohok hatinya. Apa dia terlalu keterlaluan pada Dianza? Tapi dia merasa tidak ada yang berlebihan, karena semua wanita yang baru saja diambil kesuciannya secara paksa pasti akan mengemis untuk meminta pertanggungjawaban pada si pria.

Kecuali Dianza, bodoh! batinnya merutukinya.

Ya. Dianza memang berbeda. Sejak pertama melihat wanita itupun Arka sudah mengakuinya. Karena itulah Arka langsung mencap Dianza sebagai miliknya. Dan mengambil kesucian wanita itu secara paksa.

Sudah satu bulan setelah malam kelam itu, apakah Dianza hamil? Dilihat dari pertemuan mereka tadi siang, wajahnya kelihatan pucat, apalagi tadi dia sempat muntah. Apakah itu tanda-tanda kalau Dianza hamil, tapi kenapa Dianza tidak memberi tahu Arka? Atau Dianza belum sadar kalau dia tengah hamil? Besok Arka harus memastikan itu, apakah Dianza hamil anaknya atau tidak.

Anaknya. Rasa hangat menyusup kedalam hati Arka saat ia memikirkan tentang anak. Akan ada yang memanggilnya dengan panggilan papa,ayah, atau abi? Ntahlah rasanya menyenangkan. Tanpa sadar senyum tipis tercipta di wajah Arka.

Tapi Arka kembali ditampar oleh kenyataan bahwa besok Dianza akan mengirimkan surat pengunduran dirinya. Tidak. Wanita itu tidak boleh berhenti dari pekerjaannya, dan pergi menghindari Arka. Dia tak akan membiarkan itu terjadi. Dia harus menemui Dianza malam ini juga, sebelum wanita itu benar-benar pergi. Tapi kemana Arka harus mencari Dianza?

CV Dianza. Segera Arka mengambil tas kerjanya yang tergeletak di atas meja kerjanya. Mengeluarkan map-map yang ada di sana, mencari map biru yang diberikan Kinan padanya tadi. Setelah mendapatkannya, Arka membaca dengan seksama semua riwayat hidup Dianza. Dia merasa kagum pada wanita itu, wanita yang kuat, pantang menyerah, dan menyayangi keluarganya. Diusia yang masih sangat muda Dianza sudah merantau sendirian ke Jakarta.

Setelah membaca riwayat hidup Dianza, Arka segera pergi ke alamat yang terdapat di CV itu. Alamat dimana  Dianza tinggal di Jakarta. Segera Arka membelah kota yang malam ini tidak terlalu ramai menuju rumah wanita masa depannya.

***

Sambil mengelus perut telanjangnya yang masih rata, Dee melantunkan sholawat nabi untuk anaknya, juga untuknya sendiri agar hatinya lebih tenang. Kalau Dee terlalu memikirkan kejadian tadi siang, pasti dia akan stress dan itu sangat berbahaya untuk bayinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul setangah sebelas malam, tapi Dee masih belum bisa tidur. Entah kenapa Dee ingin sekali memakan nasi goreng kambing, membayangkannya saja membuat liurnya serasa mau menetes.

Apa ini ngidam? Padahal tadi setelah sholat isya, Dee sudah makan nasi putih dengan dua potong ayam goreng balado dan kangkung terasi satu piring penuh. Bahkan sebelum hamil Dee tidak akan kuat menghabiskan makanan sebanyak itu. Sudah dua minggu ini, setelah morningsicknessnya berkurang, nafsu makannya jadi bertambah. Mungkin bawaan bayi.

"Sayang pengen Umi gendut ya?" tanya Dee pada bayinya, seraya mengusap perut telanjangnya.

"Sekarang malah kamu lagi pengen nasi goreng kambing, tapi Umi takut keluar rumah sendirian. Gimana dong? Besok aja nggak mau sayang?" tanyanya lagi. Seakan sedang bernego dengan bayinya.

Terdengar ada yang mengetuk pintunya. Tidak biasanya ada orang yang bertamu malam-malam begini ke kosannya. Apa ibu kosannya? Tapi kan Dee sudah membayar uang sewa bulan ini.

Sekali lagi ketukan itu terdengar, Dee menurunkan bajunya dan manyambar jilbab instannya lalu memakainya dengan cepat. Berjalan kearah pintu dan memutar kuncinya.

Dee mematung melihat sosok pria tampan yang berdiri di depannya. Kenapa dia baru sadar sekarang bahwa pria ini sangat tampan, ditambah dengan pakaian casual yang dikenakannya. Padahal penerangan di halamannya tidak terlalu terang, tapi tak mengurangi pesona pria ini.

"Dianza?" panggil pria itu. Membuyarkan khayalan Dee. Segera Dee mengalihkan pandangannya dari pria itu dan beristigfar.

"Boleh saya masuk?" tanya pria itu lagi.

Satu ide muncul di otak Dee. Kamu masih pengen nasi goreng kambing kan sayang? Oke. Sebentar lagi pesenan kamu datang, sabar ya? batinnya kembali berbicara kepada bayinya.

"Boleh. Asalkan beliin dulu nasi goreng kambing sekarang. Abis itu baru boleh masuk." ujar Dee, lalu kembali menutup pintu sebelum sempat mendengar jawaban pria itu yang sedang melongo menatap pintu yang tertutup. Entah mendapat kebaranian dari mana, Dee tidak memikirkan. Yang penting ngidamnya terpenuhi.

"Ngerjain Abi kamu ternyata seru juga ya, sayang?" bisiknya terkekeh pada bayinya sambil mengelus perutnya lembut.

***

Vote dan komennya jangan lupaa yaa🤗

You're the One [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang