Awal Mula

3.1K 254 17
                                    

Cerita ini tersedia juga di Innovel/Dreame dengan judul 'rahasia indah sang presdir'

Bagi yang punya aplikasinya, bisa cuss langsung baca kesana. Sejauh ini masih Gratiss yaa. Dan tentunya dengan bab yang lebih banyak dari wattpad.

Selamat membaca...

***

"Sekarang aku tanya, Disaat aku membutuhkanmu, kamu ada dimana?” pada akhirnya Shabina berteriak frustrasi.

“…”

“Saat pemakaman Ibu pun, kamu gak datang Dit. Apa pekerjaanmu sesibuk itu, hingga chat ku pun kamu abaikan.”

“…”

“Kamu tahu, apa yang aku katakan setiap kali mengutuk keadaan ini?”

“Gak tahu dan gak mau tahu,” Radit menjawab dingin.

Shabina tidak mengindahkan, karena tatapannya sudah kembali menerawang dengan wajah sendu. “Andai Radit ada, mungkin keadaannya tidak akan seburuk ini.”

“Aku bilang gak mau tahu, Sha. Kenapa sih kamu ini? Toh semuanya sudah terjadi ‘kan.”

Shabina mengerjap, masih tidak percaya Radit bisa mengatakan hal itu. Tadinya ia berpikir, Radit akan sedikit tersentuh dengan semua ungkapan isi hatinya. “Kalau gak mau tahu setidaknya kamu gak perlu menghakimiku seperti tadi.”

“Yaudah—yaudah. Terserah! Aku udah gak mau ikut campur permasalahanmu lagi. Lebih baik aku segera pergi dari sini.”

“Dia udah tua. Kemungkinan besar dia udah punya cucu,” penjelasan Shabina berhasil menghentikan Radit yang akan keluar dari ruang pemeriksaan.

Terlihatlah Radit yang kembali melangkah mendekati ranjang dengan berujar, “gak ada sangkut pautnya sama punya cucu atau enggak, Shabina. Poin utamanya dia harus bertanggung jawab. Kamu mau anakmu lahir tanpa seorang Ayah? Kamu mau mengurus biaya persalinan yang semakin kesini semakin mahal? Apa yang akan kamu katakan ketika anakmu menanyakan tentang Ayahnya nanti? Bingung ‘kan?”

Shabina meringis menyadari kebenaran dalam setiap ucapan Radit.

“Jadi sekarang please. Ingat sebanyak yang kamu bisa, biar aku bisa membantumu.”

Shabina menurut, memaksakan diri mengingat kembali insiden menjijikan itu dengan memejamkan mata. Seiring berjalannya waktu, sebuah suara menggema, memenuhi isi kepala. ‘Sakha tunggu! Itu bukan Karina!’

Mata Shabina terbuka, terlihatlah Radit yang tengah cemas menantinya.

“Gimana?”

“Mungkin namanya Sakha.”

“Sakha?” tanya Radit dengan nada terkejut. “Kamu yakin?”

“Gak seratus persen yakin sih.”

“Ciri-cirinya? Maksudku, usia atau penampilannya gitu-gitu. Kamu bisa coba mengingatnya lagi?”

“Wajahnya keriput, rambutnya beruban, senyumnya menyeramkan dan—“ penjelasan Shabina terhenti oleh dering ponsel yang berasal dari saku celana Radit.

Beautiful Secret [[REVISI]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang