~07. Un fait sur Elina.~

493 46 3
                                    

Setelah memberikan setelan kerja milik Aldevaro, Elina duduk di sofa ruangan Aldevaro sembari membaca file-file yang akan dibahas saat meeting nanti. Awalnya ia akan membacanya di tempat kerjanya tapi Aldevaro tidak mengizinkan.

"Wah Elina kau ada di ruangan Aldevaro, tumben." Elina yang mendengar suara itu pun mendongak dan tersenyum kecil.

"Dia memintaku membaca file meeting nanti dan menjelaskan padanya," ucap Elina lalu menutup file-file itu.

"Tapi Aldevaro mana?"

"Dia di toilet, kau sendiri tumben kesini tidak ada pekerjaan?" tanya Elina kepada orang yang kini sudah duduk di single sofa.

"Aku baru selesai meeting di cafe depan dan schedule selanjutnya masih lama jadi mampir dulu."

"Baiklah, aku harus membaca ulang file-file ini dan mempersiapkan meeting di luar. Aku tinggal dulu ya Reggie." ucap Elina beranjak dari tempat duduknya, ia menunduk sedikit sebelum meninggalkan ruangan Aldevaro.

Aldevaro pun keluar dari toilet dan melihat sahabatnya sudah duduk di sofa miliknya.

"Kau sudah lama?" tanya Aldevaro dan menghampiri Reggie disana.

"Baru saja, aku kesini mau memberikan beberapa informasi lagi." ucap Reggie lalu mengambil sebuah surat yang ia taruh di dalam jasnya. Aldevaro mengambil surat itu lalu membacanya.

"Apa kau yakin dengan informasi ini?" tanya Aldevaro dan diangguki oleh Reggie.

"Kapan aku membawakanmu informasi palsu huh? Ya mungkin ini masih belum sempurna tapi beberapa informasi ini kuterima dari sumber terpercaya."

"Tapi mana mungkin Reggie? Dia tidak terlihat seperti mata-mata, dia malah terlihat sebagai orang biasa." ucap Aldevaro lalu dihadiahi pukulan pelan di bahunya.

"Sejak kapan mata-mata secara gamblang menunjukkan sosoknya, kau ini kenapa bodoh sekali Aldevaro. Apa Bram menunjukkan sifat mata-mata disini sebelum kau bunuh tadi huh?" ucap Reggie membuat Aldevaro mengangguk paham.

"Tapi kenapa kita berdua baru sadar sekarang? Pantas saja dia menghilang begitu saja."

"Karena mantan teman kita itu suruhan ibumu bodoh! Dan bodohnya kita itu kenapa tidak curiga dari awal pada Derrel." Aldevaro menaruh surat itu dan menyenderkan tubuhnya disofa, ia menutup matanya dengan tangan kanannya.

"Dan kau tau Al, saat kau melakukan transaksi di hutan biasa, ada orang yang mengikutimu dan ku rasa dia bukan orang biasa karena kau tidak merasakan kehadiran dia."

"Aku merasakan kehadirannya tapi pura-pura tidak peduli, karena nanti dia malah berakhir tidak bernyawa disana." Reggie terkekeh mendengar ucapan Aldevaro, tidak biasanya dia membiarkan lawannya mengetahui kegiatan dia yang lain. 

"Lalu bagaimana dengan orang-orang suruhan ibumu, apa masih ada di kantor ini?" tanya Reggie lalu diangguki oleh Aldevaro.

"Masih ada dua, dan entah dimana dia sekarang." ucap Aldevaro lalu mengambil ponselnya dan menelfon seseorang.

'Apa sudah ada informasi?' Aldevaro mendengarkan suara seseorang dari sebrang sana dan ia hanya mengangguk mengerti. Setelah itu ia pun menutup sambungan telfonnya.

"Aku harus pergi sekarang, setengah jam lagi aku harus pergi ke Jepang. Kalau kau butuh apa-apa telfon saja." Reggie pun meninggalkan ruangan Aldevaro.

*****

Sekarang Aldevaro dan Elina tengah bertemu dengan client mereka di sebuah cafe, sama seperti biasa mereka membicarakan kerjasama antara kedua perusahaan, Elina menulis beberapa pendapat dan inti dari pembicaraan ini untuk diolah lagi serta untuk membuat arsip perusahaan.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang