~22. Confesser un sentiment d'amour.~

463 37 2
                                    

Setelah diberondongi pertanyaan oleh Andre, Aldevaro memilih pergi dari perusahaan itu karena jika ia tetap bertahan maka Andre akan memberikannya pertanyaan yang lebih banyak lagi. Di perjalanan ia menyalakan wearless dan menelfon seseorang.

'Halo'

'....'

'Aku menjemputmu di markas atau kita bertemu di apartemenmu saja?'

'....'

'Oh oke, kirimkan lokasimu.'

'....'

'See ya.'

Aldevaro menaruh ponselnya di samping kiri stir, lalu ia menekan beberapa tombol di sana untuk mentransfer lokasi dari ponselnya menuju Mobil. Setelah connect   denah lokasi pun muncul di layar kecil mobilnya. Aldevaro pun mengendarai mobilnya sesuai dengan petunjuk arahnya.

Tidak butuh waktu lama, ia memberhentikan laju mobil itu. Kaca mobilnya ia turunkan.

"Hey, masuklah." ucap Aldevaro kepada Elina yang berdiri di sisi jalan, Elina pun berjalan memutari mobil dan membuka pintu mobil. Saat mendengar suara pintu mobil itu tertutup, Aldevaro menyalakan mesin mobilnya lalu melajukan kembali mobil itu.

"Bagaimana dengan urusanmu? Sudah selesai?" tanya Aldevaro memecah keheningan diantara mereka.

"Sudah, Aku dan Joshua sudah menyelesaikan urusan itu." jawab Elina dengan pandangan masih ia edarkan di jalanan.

"Kata Joshua kau mau resign dari Agent? Kenapa?"

"Entahlah, mungkin waktuku untuk menjadi Agent sudah selesai aku harus membangun kembali hari-hari ku dengan aktivitas seperti biasa, tidak terjun lagi ke dalam masalah." ucap Elina dan diangguki oleh Aldevaro, Elina memicingkan pandangannya ke tangan kiri Aldevaro yang dilapisi kain kassa yang diikat asal

"Tanganmu kenapa Al?" tanya Elina.

"Hanya tergores pisau tadi, tidak usah menatap dengan mematikan begitu El." ucap Aldevaro yang sedikit berbohong, karena ia belum bisa memberitahu Elina jika luka itu adalah untuk mengetahui alat baru yang perusahaan bayangannya itu buat.

"Kau bawa P3K?" tanya Elina dan diangguki oleh Aldevaro, ia menunjuk ke arah dashboard mobilnya. Elina pun membuka dashboard itu dan mengambil P3K. "Hentikan dulu laju mobilnya, lukamu harus diobati. Tidak asal-asalan seperti itu, bukannya sembuh malah tambah parah luka itu."

Aldevaro hanya bisa menurut, ia menepikan mobilnya lalu membiarkan tangan kirinya kini diobati kembali oleh Elina. Aldevaro tersenyum kecil melihat Elina yang telaten membersihkan lukanya dan memberikannya obat lagi, ia tidak merasakan sakit sedikit pun.

"Thankyou El," ucap Aldevaro lalu melihat tangannya yang sudah diobati dan ditutupi perban, kelihatan lebih baik daripada tadi.

"Kau mau mengajakku kemana?" tanya Elina sembari menaruh tempat obat-obatan itu di dashboard, Aldevaro menjalankan mobilnya lalu terlihat wajahnya seperti sedang berpikir.

"Menurutmu kemana?" tanya Aldevaro.

"Oh ayolah Al, kau belum tahu kemana tujuan kita sekarang?" jawab Elina dengan terkejut karena ia entah akan dibawa kemana oleh pria disampingnya itu.

"Jangan panik El, hahaha kita akan pergi ke suatu tempat pastinya." ucap Aldevaro yang kini fokus dengan jalanan, Elina memilih untuk diam karena percuma ia bertanya lagi pasti tidak akan dijawab oleh pria itu.

***

Aldevaro dan Elina kini sampai di tempat tujuan mereka, saat keluar dari mobil dan berjalan mengikuti Aldevaro. Elina tidak bisa berkata-kata lidahnya kelu entah kenapa, mereka kini sampai di sebuah pantai yang sepi dan mereka tengah berjalan di sebuah jalan yang dikelilingi lilin.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang