PERGILAH

21 0 0
                                    

Kobaran sinar matahari semakin terik hingga akhirnya tibalah waktu bagi para murid untuk pulang dari sekolahnya. Galang yang pikiranya masih terpenuhi dengan semua kejadian memuakan yang terjadi di sekolah hari ini terlihat masih menebak jawaban pertanyaan dalam hatinya. Setya yang berjalan bersama dengan dua temanya Galang dan Keira justru masih asik mengomel, meratap, dan menggerutu sepanjang jalan pun tanganya sibuk melambai-lambaikan surat yang terbungkus amplop putih dari sekolah.

Keira disisi lain dia tetap asik membaca sambil berjalan seperti kebiasaanya hanya saja saat ini ia tak mampu berkonsentrasi pada bukunya. Telinga di dalam naungan rambut panjangnya berusaha mengabaikan ocehan Setya yang seperti bunyi ujung terompet tukang syomai yang berjualan di pinggir jalan. Terus saja Setya mengoceh tanpa sadar bahwa tak ada yang mau mendengarkanya.

"Hari yang sangat panjang lebih panjang dari dirimu surat gak penting! Aku lebih penting darimu, banyak yang mau membayar mahal demi tanda tanganku" oceh Setya.

"Kau surat tak berguna kasihan sekali dirimu, apa yang menulismu kurang sekolah atau bagaimana? Padahal mereka tahu kau tak akan pernah mendapatkan balasan apapun! Kenapa buang-buang waktu untuk menulismu!" Terus saja ocehan Setya keluar dari mulutnya.

"Pak Alipkah yang menulismu? Buruk rupa sekali tulisanya bagai upil garing bawah meja yang abstrak, aku tak akan mau buang waktu untuk melihatmu. Kau tahu? Setelah sampai di rumahku apa yang akan jadi nasibmu? Akan kubuat kau jadi pesawat terbang dan akan kuterbangkan sampai kau jatuh ke tempat sampah! Ow maaf jangan terlalu bahagia itupun kalau kau sampai di rumahku, tapi sepertinya tong sampah di pinggir jalan bakalan menggodaku" Setya masih asik dengan dirinya sendiri.

"Ya Tuhan maukah kau berhenti Set?" protes Keira yang jengah dengan omelan Setya disepanjang jalan.

"Kenapa, aku belum sampai ke rumah kok masa kau suruh berhenti?" bingung Setya.

"Berhenti dari ocehanmu bukan dari jalanmu!" jelas Keira.

"Ya aku akan berhenti sampai surat ini tiba di tempatnya yaitu tempat sampah!" Setya tambah bersemangat karena akhirnya ada yang menyautnya.

"Kenapa kau juga tidak ikut masuk ke dalam tempat sampah sekalian!" sewot Keira.

"Tempat sampah tidak akan menerimaku, aku masih terlalu berharga" aku Setya.

"Berharga? Berapa kilo kamu? Tukang rongsok paling bayar kamu pakai kerupuk" ejek Keira.

"Pak Helmi mau bayar aku mahal kok" belanya.

"Terserah saja, paling kamu cuma buat isi museum tukang ngoceh" sentak Keira.

"Haha lihat ada gerombolan pecinta barbie!" tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan mereka.

Tidak lain ternyata seorang Dimas berjalan melewati jalan disisi mereka. Galang bahkan sampai istirahat dari lamunanya dan mengganti objek perhatian matanya pada Dimas yang tentunya tidak sendiri. Kroninya Aglies, Affan, Defhy, dan Jerry berada di sana namun justru Aglies terlihat sangat pendiam seperti ketakutan tidak seperti biasanya yang suka berbicara.

"Mau melanjutkan?" Galang memulai percakapan.

"Ayo kita selesaikan saja sekarang!" balas Dimas bersemangat.

"Ayo maju!" perintah Galang.

"Ok! Ayo kawan-kawan kita hajar lagi mereka!" Dimas menyeru namun teman-temanya hanya terdiam dan menoleh pada pimpinan mereka si Aglies untuk menunggu perintah.

"Jangan lihat Aglies dia lagi kena flu babi, lihat saja dia menunduk terus? Butuh antimo Glies?" hina Setya.

"Glies ayo kita hajar mereka!" ajak Affan.

HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang