Nafas mereka masih terus terengah akibat sisa rasa takut yang menghinggapi dada belum sepenuhnya sirna. Mereka saling diam beberapa saat hanya memandangi sunyinya jalan yang tengah mereka lalui. Suasana masih tetap sunyi sepi tanpa bunyi entah mengapa jalanan ini sungguh sangat kosong tiada yang melewatinya. Dalam hati Setya yang suka berpikiran aneh bahkan berkhayal jikalau jalan ini ada di kawasan teritori para pembegal.
"Kalian sadar tidak kalau jalan ini begitu sepi?" ujar Setya memecah kesunyian.
"Ya sangat sepi sejak awal kita ada di Tol" setuju Galang pada Setya.
"Di Tol?" Setya tidak begitu mengerti ucapan Galang.
"Ya di Tol. Kau sadar mana mungkin Tol bisa sesepi itu!" jelas Galang dengan nada mengerikan.
"Ya benar tapi maksudku kita harus hati-hati di jalan ini! Kenapa? Karena jalan ini sangat sepi aku takut kita sedang ditunggu para begal!" ngeri Setya dengan raut muka serius.
"Para begal? Hahaha" Keira yang mendengar ucapan Setya segera tertawa ria.
"Kenapa Kei?".
"Begal, apa mengerikanya begal? Kita baru saja melewati yang lebih buruk daripada sekedar begal! Dan kita masih selamat jadi kalau begal mau menarget kita sepertinya mereka telah salah sasaran" enteng Keira.
"Oh ya benar kita punya Galang disini" ingat Setya.
"Kalian yakin kalian sudah aman?" Galang kembali berbicara.
"Tentulah mereka sudah tertinggal" Setya mulai tenang.
"Set mereka belum mati aku yakin itu dan mereka akan mengejar kita lagi!" Galang memperingatkan.
"Kalaupun mereka mengejar lagi kita sudah jauhlah! Lagipula apa kau yakin kuda mereka juga sulit mati?" Setya masih tetap tenang.
"Oh iya benar juga. Galang apa kau pernah melihat kuda itu?" timpal Keira.
"Eh sekali tepatnya tadi malam disaat salah satu dari mereka mendatangi Batara tapi aku tidak tahu kemampuan mereka" kisah Galang.
"Yah mereka memang hebat kuda-kuda itu, mereka mampu mengejar mobil yang sudah melaju 15 meter di depan!" puji Setya pada kuda-kuda mereka.
"Kei kau sudah melihat muka mereka?" Galang kini bertanya pada Keira.
"Ya baiklah aku sekarang percaya mereka memang nyata, mereka bermuka busuk aku sudah menyaksikanya" aku Keira.
"Tepat seperti kisahku pada kalian di perpus" balas Galang.
"Yah untuk sekarang kita aman" Setya begitu lega.
Laju mobil masih tetap stabil di kecepatan sedang karena mereka berpendapat kalau musuh sudah tertinggal jadi tak perlu untuk tergesa-gesa. Namun di jalanan berbukit itu ternyata mereka tidaklah sesendiri seperti bayangan angan-angan kosong mereka. Dari jauh di atas bukit seseorang mengamati mereka laksana mata dari dalam bayangan.
Diselimuti dengan belaian kegelapan malam ia menatap dengan tajam mobil yang melaju menyusuri jalanan nan sepi. Ia sepertinya sudah mengikuti mereka dan mengincar mereka sedari tadi. Pandanganya terus menatap tajam dalam hening sampai akhirnya bibirnya bergerak lirih berkata pada entah siapa.
"Gusti aku wis nemokake bocah iku" lirihnya.
"Prige?" tanya suara yang entah darimana.
"Barang aneh kae mlaku dhewe, wadyo bolo wis ora katon" jawabnya masih menatap tajam dari jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
HITAM
AdventureGALANG SEORANG ANAK BIASA HARUS BERPACU MELAWAN TAKDIR YANG MENGHANTUINYA. DIAWALI DENGAN MIMPI TAK KUNJUNG HENTI IA MENYADARI BAHWA BATARA SEORANG PENYIHIR HITAM BERNIAT MENGKLAIM NYAWANYA. BERSAMA DUA SAHABATNYA DIA DIPAKSA MENGHADAPI PASUKAN KESA...