Galang tersungkur kelantai setelah ia menuruti instingnya untuk menghindar dari orang dibelakangnya. Dan benar saja tepat disaat Galang menghindar sebuah sayatan pedang menyambar tepat dimana Galang tadi berdiri. Sebenarnya siapakah yang ada dibelakangnya sedari tadi? Apakah itu bukanlah Setya? Berarti siapakah yang ia terus ajak bicara? Mulailah ia menyesal tidak melihatnya dari cermin.
Galang berbalik menghadapkan muka basahnya kepada orang yang telah menyerangnya. Betapa kagetnya dia saat menemukan orang berjubah hitam berdiri tegak dengan sebilah pedang tergenggam erat ditanganya. Dan tanpa perlu banyak pengamatan Galang sudah bisa melihat warna pedang yang hampir memotong tubuhnya. Tak lain tak bukan itu adalah pedang berwarna hitam yang serasi dengan jubah pemakainya.
"Kau!" geram Galang sembari berusaha bangkit dari lantai.
"Bocah iki! Iyo bocah iki!" bisik lirih si jubah hitam.
"Kau salah satu dari mereka! Iya mukamu busuk!" yakin Galang sembari menatap muka lawanya.
"Gusti dhawuh, yen paduka Gusti pingin bocah iki urip-urip!" dia masih berbisik tanpa melihat Galang.
"Apa katamu?" tanya Galang tak mengerti.
"Yo Gusti pingin bocah iki urip! Tapi aku luwe!" masih saja ia berbisik sendiri.
"Hei aku dengar omonganmu! Apa maumu?" bentak Galang.
"Tapi aku rak perlu mejahi bocah iki, aku mung kudu nggowo bocah iki!" senangnya.
"Kau bicara apa? Hei jawab aku!" bentak Galang lagi.
"Aku mung kudhu? Kudhu? Eh kudhu? Iyo...haiyo..iyooo potong tracake wae!" bisiknya yang kali ini mulai memandang Galang.
"Hei buruk rupa kau bicara apa?" Galang mulai khawatir.
"Ojo wedhi bocah, Gondes wong apik!!! Bocah bagus ojo wedhi karo Gondes!!! Gondes bocah apik!" kali ini dia mulai mendekati Galang dengan lirih.
"Hei tetaplah disitu!" ancam Galang.
"Ohhh iku kalunge! Iyo ora keleru iku kalunge! Iyo iki bocahe! Gusti Batara bakal remen karo Gondes!" girangnya.
Mendengar kata Gusti Batara Galang langsung sumringah ia yakin ia tak salah lagi ini antek dari Batara. Galang yakin ia bisa memanfaatkanya untuk medapatkan informasi dari lawanya kali ini. Galang mencoba menarik nafas sebentar dan berpikir kata apa yang harus ia pakai sampai akhirnya iapun mulai berbicara.
"Eh aku Galang kamu?" tanya Galang pada lawanya.
"Aku Galang? Galang layangan?" bingungnya.
"Layangan? Eh bukan bukan, eh ora ora bukan. Aku Galang kamu?" ulang Galang.
"Kowe Galang?" tanyanya.
"Iya aku Galang, kamu?" senang Galang sembari menunjuk dirinya.
"Kamu?" bingung si busuk dengan gerakan tangan Galang yang menunjuknya.
"Eh maksudku, eh kowe sopo?" ralat Galang.
"Oh aku sopo?" girangnya.
"Ya ya siapa kamu? Eh kowe sopo?" Galang terbata dengan bahasa Jawanya yang buruk.
"Gondes! Aku Gondes!" jawab bangga si buruk rupa sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Eh Gondes iyakan? Begini dimana Batara saat ini?" tanya Galang.
"Opo?" dia tak mengerti.
"Maksudku eh Batara ning dimana?" bingung Galang.
"Eh Batara ning keraton!" jawabnya dengan muka mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
HITAM
AdventureGALANG SEORANG ANAK BIASA HARUS BERPACU MELAWAN TAKDIR YANG MENGHANTUINYA. DIAWALI DENGAN MIMPI TAK KUNJUNG HENTI IA MENYADARI BAHWA BATARA SEORANG PENYIHIR HITAM BERNIAT MENGKLAIM NYAWANYA. BERSAMA DUA SAHABATNYA DIA DIPAKSA MENGHADAPI PASUKAN KESA...