Sakura merentangkan tangannya yang terasa pegal, sudah hampir 3 jam ia hanya menunduk dan jemarinya menari-nari diatas kertas putih.Helaan nafas lelah keluar dari bibir pinknya, emeraldnya melirik jam dinding didepannya. 22.10.
" Sudah larut ternyata." Gumam Sakura.
Emeraldnya kembali tertuju pada kertas didepannya, tanganya kembali menari-nari diatas kertas.
Tangan kirinya mencoba meraih gelas diujung meja kerjanya, tanpa melihatnya Sakura menyodorkan gelas itu kemulutnya. Alisnya saling berkutat ketika merasa tidak ada cairan yang membasahi mulutnya.
" Habis?" Tanyanya pada diri sendiri.
Dengan malas Sakura bangkit dari kursi nyamanya, dengan langkah gontai ia keluar dari ruang kerjanya.
Sakura menghentikan langkahnya tepat didepan pintu pantry rumah sakit, niat untuk mengisi kembali gelasnya ia urungkan ketika tak sengaja mendengar suara seseorang dipantry.
Sakura menajamkan pendengarannya.
" Kapan kau akan mengatakannya?" Suara perempuan itu sedikit meninggi.
" Suara ini...".
" Kalau terlambat sedikit saja, pasti akan menimbulkan masalah besar!".
" Kau harus segera mengatakannya pada Sakura."
Deg.
Merasa namanya disinggung mengundang rasa curiga sekaligus khawatir bersamaan dihati Sakura.
Pikiran Sakura tiba-tiba terasa kosong, rasa haus yang menerjang tenggorokanya menguap entah kemana.
Sakura mundur beberapa langkah, pandangannya masih tertuju pada pintu coklat pantry. Dengan cepat Sakura langsung berbalik, berjalan dengan langkah lebar.
Berbagai pertanyaan mulai bergelayutan dikepalanya. Apa yang sebenarnya dia bicarakan? Kenapa dia membawa nama dirinya? Siapa orang yang ditelfonnya? . Kurang lebih seperti itu lah yang sekarang ada kepala Sakura.
" Hinata?".
.
.
.
.Aroma harum masakan menyeruak kedalam hidung mancung seorang gadis yang tengah mengucir rambut panjangnya. Sekali lagi ia melihat pantulan dirinya dicermin, senyum puas mengembang dibibir merahnya.
Ia berjalan menuruni tangga ruamhnya, ia menyunggingkan senyum tipis ketika melihat kedua orang tersayangnya.
" Ohayou..." Sapanya kepada dua orang yang telah bersiap dimeja makan.
Merasa ada yang menyapanya, wanita paruh baya itu menoleh kearah anak pertamanya. Senyum keibuan ia berikan pada anaknya.
" Ohayou Ino-chan..". Berbeda dengan anak laki-laki berambut senada dengan Ino namun lebih terang yang masih fokus dengan ponselnya.
Jemari lentik Ino memarik kursi, dengan santai Ino mulai mengambil beberapa hidangan dimeja makan.
" Tou-san dimana? Tidak ikut sarapan?" Tanya ino sambil memasukan nasi kedalam mulutnya.
Kurinei. Selaku ibu dari Ino menghentikan acara makanya dan menoleh kearah Ino.
" Tou-san sudah berangkat tadi pagi, dia harus keluar kota mengantikan Kizashi-sama sementara." Jelas Kurinei.
Ino mangut-mangut, Aquamarinenya melirik kearah Deidara yang masih saja fokus pada ponselnya. Sendok yang tadi digunakan Ino makan sekarang telah mendarat tepat didahi yang tertutup poni Deidara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's
FanficEmerald memandang kosong lurus, tak ada ekspresi diwajah pucatnya ia lebih mirip seperti mayat hidup sekarang. Onyx yang biasanya lembut sekarang memandang sendu kearah gadis pujaanya. Rasa sesak mengeruak kerelung hatinya, ia lebih baik melihat wa...