Prolog (4)

677 72 0
                                    

"Kenapa wajah mu seperti itu?" tanya eomma saat melihat Aera hanya memainkan sosis di piringnya dengan garpu.

Setelah puas beteriak dan berguling-guling di atas kasur gadis itu turun untuk makan malam. Ayahnya yang baru pulang kerja sempat bingung dengan sikap putrinya itu. Aera hanya terus menghela napas sambil memasukan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

Setelah selesai makan dan membantu ibunya mencuci piring gadis itu kembali ke kamarnya. Aera melemparkan tubuhnya ke atas kasur dan mengangkat sebuah kartu.

 Aera melemparkan tubuhnya ke atas kasur dan mengangkat sebuah kartu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa yang kali ini harus berakhir begitu cepat." katanya sambil memandangi gambar pada kartu itu.

Aera bangkit6 berdiri lalu berjalan ke meja belajarnya. Gadis itu memandangi tiga kartu yang tersisa. Ia bingung apa harus mencobanya lagi atau menunda hingga besok. Aera mengangkat sebuah kartu berwarna merah.

V'V'V

Cheese Bread

'V'

Photograph

'V'

Running Track

V'V'V

Setelah beberapa saat menimang-nimang, Aera mengambil botol berwarna merah. "Baiklah, kali ini aku akan fokus, tidak akan kemana pun selain mengikuti siapapun yang muncul dari kartu ini."

Dengan cepat Aera menegak minuman itu dan menutup mata. Ia menenggelamkan wajahanya di atas meja. Kamarnya yang semulanya sunyi kini berubah. Aera dapat mendengar suara beberapa anak riuh rendah.

"Hei, Aroha, ayo bangun."

Gadis itu diam beberapa saat berusaha mengenali suara yang memanggilnya. Gaeun? Aera mengangkat kepalanya dan benar gadis itu duduk sambil memandangnya.

"Ada apa?"

"Ada apa? Kau yang bilang padaku minta di bangunkan sebelum jam istirahat."

"Oh begitu ya? Um boleh ku tanya untuk apa? Aku sedikit lupa." kata Aera dikuti tawa kecil.

"Kau ini masih setengah sadar ya? Kau yang bilang padaku mau berlari untuk membeli roti keju tepat ketika bel berbunyi."

Roti keju? "Oh iya! Dimana aku bisa membelinya?"

Wajah gadis itu berubah datar. "Di seberang jalan depan sekolah. Sepertinyanya aku harus memukulmu untuk membantu mu sadar."

Aera dengan cepat melindungi kepalanya. "Su-sudah. Aku sudah sadar."

Gaeun kemudian berbalik menghadap papan tulis. Aera melihat jam pada dinding ruang kelas itu. Masih lima menit lagi sebelum bel berbunyi. Aera kemudian menepuk bahu gadis di depannya. "Apa aku pernah cerita soal foto atau lapangan lari?"

Gaeun memasang wajah bingung sebelum menjawab. "Kalau foto sepertinya tentang tugas club fotografi kemarin. Aku tidak tahu apapun kalau soal lapangan lari."

Aera menggangguk lalu kemudian kembali membuka mulutnya namun Gaeun memotong kalimat gadis itu lebih cepat. "Kalau kau mau bertanya soal tugas fotografi, kemarin kau bilang harus mengumpulkan foto matahari terbenam untuk pameran minggu depan."

"Wah kau bisa membaca pikiran ku?" kata Aera kagum.

"Kau ini apa? Punya ingatan seperti Dory?" kata Gaeun memukul kepala temannya pelan.

Aera baru saja akan membalas gadis itu namun bel istirahat berbunyi. "Ah Rotinya." kata gadis itu lalu melesat keluar kelas.

Aera berlari menyusuri lorong. Ia mulai mengutuki ruangan kelasnya yang terletak di lantai tiga gedung paling belakang dari pintu gerbang sekolah. Nafasnya mulai habis ketika sampai di depan jalan. Gadis itu hanya perlu menunggu lampu merah untuk menyebrang. Aera mulai bertanya-tanya dalam hati apa roti itu sangatlah penting.

Gadis itu mengambil ancang-ancang ketika lampu penyebrangan berubah hijau. Aera dapat melihat dari jauh roti keju dalam mesin koin itu hanya tersisa satu membuatnya semangkin mempercepat langkahnya. Tepat ketika ia hampir sampai sebuah bayangan melesat melatinya.

Seorang namja mengambil posisi lebih cepat berdiri di depan mesin itu. Aera di buat melonggo dengan tubuh namja tinggi itu. Namja itu berlari sangat cepat. Aera ingat betul tidak ada siapapun di belakangnya tadi saat ia menunggu lampu merah.

Namja itu memasukan selembar uang lalu menekan tombol pada mesin. Sebuah roti bergerak dan jatuh ke dasar mesin lalu menunduk dan mengambilnya. Aera membulatkan matanya ketika menyadari roti itu adalah roti yang diincarnya.

"Roti keju terakhir ku!" seru gadis itu membuat sang namja kaget dan berbalik.

Moonbin!? Aera nyaris jatuh ke belakang sangking terkejutnya namun tangan namja itu dengan cepat menahan tubuh Aera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moonbin!? Aera nyaris jatuh ke belakang sangking terkejutnya namun tangan namja itu dengan cepat menahan tubuh Aera.

"Gwenchana?"

Aera cepat-cepat mengangguk dan berdiri. Ia merasa malu dan tidak bisa menatap wajah Moonbin. Padangannya beralih pada roti keju di tangan namja itu.

"Oh kau ingin ini? Untuk mu saja." Namja itu meraih tangan Aera dan memberikan roti di tangannya. Moonbin memperhatikan sesaat nama pada seragam Aera. "Aroha? Nama yang bagus."

"Eh ti-tidak usah. Kau yang sampai lebih dulu jadi..."

"Tidak apa, aku makan yang lain saja." Moonbin membeli roti rasa coklat lalu melambai sambil tersenyum. "Sampai jumpa lagi Aroha."

Aera mememandangi punggung namja yang berlari itu. Namja itu berlari dengan cepat. Bahkan dia hanya membutuhkan waktu tiga detik untuk menyebrang jalan sebelum lampu penyebrangan berubah merah.

Gadis itu kemudian tersadar dengan roti keju yang ada di tangannya. "Semua berkat roti ini!" seru Aera senang. "Baiklah aku tinggal mengikuti sisa petunjuknya dan ini akan menjadi cerita yang indah."

oOo

ASTRO X AROHA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang