BAB 3 ( PDKT YG GAGAL)

73 9 0
                                    

"Kegagalan bukan berarti harus mundur, tapi adalah langakah untuk bertempur"

(Amira_Story)

****

Suara azan subuh berkumandang indah, menandakan semua umat muslim bergegas melaksanakan kewajiban lima waktu. Begitupun yang dilakukan Amira, Setelah selesai melaksanakan sholat subuh Amira membantu menyiapkan sarapan pagi.

Dilain sisi terlihat seorang pemuda sedang menyiapkan keperluan sekolahnya, siapa lagi jika bukan Fajar. Tadi, selepas sholat subuh ia menyempatkan diri mengulang pelajaran yang di ajarkan kemarin, walau dia sudah paham bahkan sudah sangat paham. Fajar memang tergolong laki-laki yang cerdas, ditambah dengan parasnya yang tampan. Siapa yang tidak tergila-gila dengan seorang Fajar Lukman Aji. Pemuda yang mudah bergaul, ramah, tampan dan cerdas merupakan paketan komplit yang di gilai kaum hawa.
Namun, dengan semua yang dia miliki, Fajar tak pernah sombong apalagi bersikap angkuh.

****
" Amira... " Teriak seseorang dari arah belakang. Membuat sang empu menoleh ke belakang.

"Nadya," ucap Amira saat tau bahwa yang memanggilnya adalah Nadya.

" Wehehe... kau sibuk tidak hari ini" Tanya Nadya

"Hem, hari ini tidak ada pesanan Nad. Kayaknya ngak sibuk sih," ucap Amira sambil merapikan pot-pot bunga yang akan ia tanami nanti.

"Yes! Kalau begitu tunggu apa lagi," ucap Nadya girang

"Kenapa?" Tanya Amira heran.

" Hari ini temani aku ya Am, pokoknya harus! Wehehe... maksa aku," ucap Nadya sambil menarik tangan Amira.

" Kemana?" Tanya Amira bingung.

"Udah ah! Ikut aja," ucap Nadya tak sabaran.

***
" Nad, untuk apa kita kesini" Tanya Amira setelah sampai. Amira mengamati dengan teliti bangunan yang terlihat kokoh itu, "SMA 1 PELITA" nama yang tertera di sana. Amira merasa bingung sekarang, untuk apa Nadya membawanya kemari. Beribu pertanyaan hinggap di kepalanya.

"Udah, kamu tenang aja. Ngak macam-macam kok. Cuma satu macam saja," ucap Nadya mengulum senyum.

"Ayok kita masuk"

"Tapi Nad.."

"Udah, kamu percaya aja sama aku," ucap Nadya memotong perkataan Amira.
Lantas mereka memasuki area sekolah itu, dalam peejalanan tak henti-hentinya Amira bertanya dan sesekali menengok ke kanan dan ke kiri.
Ini memang jamnya masuk kelas, jadi wajar saja jika tak banyak yang terlihat. Namun jujur saja, Amira merasa risih karena sejak tadi mereka berdua menjadi pusat perhatian.

" Nad, ngapain kita ke ruang kepsek" tanya Amira setelah berhenti di salah satu ruangan yang tertera "Ruang kepala sekolah" . Amira bertambah bingung sekarang, sungguh dia di landa kebingungan yang luar biasa.

"Nad. Ngapain kita kesini?" Tanya Amira sekali lagi. Pasalnya sedari tadi Nadya tak menjawab pertanyaanya.

"Yuk masuk! Ada sesuatu yang menantimu," ucap Nadya menggiring Amira memasuki ruangan kepala sekolah tersebut.

***

Langkah kaki itu terlihat tergesa-gesa, tumpukan buku terlihat di tangannya. Sangat jelas ia tengah kerepotan sekarang.
Buku-buku yang ia bawa sedikit menggangu pengelihatannya.
Hingga ia tak melihat seseorang yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya.

"Brukkk... "

Buku-buku yang tadi ia pengang berserakan seketika. Ah! Kesialan berpihak padanya.

"Maaf kan saya. Saya tak sengaja," ucap seseorang yang tadi bertabrakan denganya.

"Ah, tak a.. Amira"

Ia orang yang meminta maaf adalah Amira, yang baru saja keluar dari ruangan kepsek. Amira tadi sedang menunggu Nadya, yang pergi ke toilet. Tapi, sampai sekarang tak kunjung datang. Maka ia memutuskan untuk mencari Nadya, belum banyak kakinya melangkah Amira tak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang repot dengan buku-buku yang ia bawa. Hingga buku-buku itu berserakan.

"Kamu ngapain di sini?" Tanya orang tadi bertabrakan dengan Amira.

"Eh, Saya tadi ada keperluan. Sekali lagi, maaf ya Fajar saya telah menyusahkanmu," ucap Amira menunduk.

"Bukan salah kamu kok, aku aja tadi yang ngak liat," ucap Fajar tersenyum lembut.
Fajar? Ia seseorang itu adalah Fajar. Yang kini tengah menatap Amira dengan senyuman khasnya, namun yang di tatap hanya menunduk.

" Astaga. Bukunya," ucap Amira dan memungut buku-buku yang berserakan.

"Sini biar aku aja," ucap Fajar berjongkok dan mengambil alih memungut buku-buku tadi. Setelah selesai Fajar dan Amira lantas berdiri.

"Maaf ya sekali lagi," ucap Amira yang entah ke berapa kali.

"Bukan salah kamu, jangan minta maaf lagi. Oh, iya kamu kesini bareng siapa? Tanya Fajar yang terus saja memandang Amira dengan sayang.

"Saya tadi bareng teman. Tapi ke toilet," ucap Amira setia menundukkan kepala.

"Aku makin gemes deh"

"Hah,kenapa?" Tanya Amira yang kini mendongakkan wajahnya.

"Eh. Ngak papa kok," ucap Fajar kikuk. mengapa juga ia sampai keceplosan.

"Mending kita duduk di situ aja dulu. Sambil menunggu teman mu itu datang," ucap Fajar menunjuk taman yang tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

" Eh, ngak usah. Kamu kan repot, lagian temen saja juga mungkin sebentar lagi sampai," ucap Amira lembut dan tersenyum tulus. Senyuman yang mampu membius Fajar seketika. Lihat saja! Fajar seperti orang gila yang tak henti -hentinya tersenyum.

"Udah ngak papa. ayuk! Ngak boleh nolak sama rizki," ucap Fajar garing. Namun akhirnya di turuti Amira.

" Kamu udah lama disini?" Tanya Fajar setelah mereka duduk di kursi taman sekolah ini.

"Em. Ngak terlalu sih," ucap Amira lembut

"Lumayan yah bisa PDKT"

"Hah." Ucap Amira bengong. Pasalnya ia mendengar samar-samar ucapan Fajar tadi.

"Eh, enggak. Itu tadi ada lalat," ucap Fajar sambil cengingiran. Entah kenapa, ia suka keceplosan saat bersama Amira. Untung suaranya kecil, jadi Amira tak mendengar ucapanya.
Dan ia merutuki dirinya sendiri, kenapa ia terlihat sangat bodoh ketika berhadapan dengan Amira. Sungguh! Fajar telah terjatuh terlalu dalam dalam pesona Amira.

"Oh seperti itu," ucap Amira yang hanya ber-oh ria saja.

"Oh, iya Am. Kamu..."

"Amira, rupanya kamu disini. Aku binggung tadi, aku kira kamu kenapa- kenapa," ucapan Nadya yang tiba-tiba di muncul, menghentikan fajar yang ingin lebih tau tentang Amira. Ah! Nadya datang di saat yang tidak tepat. Membuat Fajar dibuat tercengang.

"Maaf ya Nad. Membuatmu mencari. Ya sudah, ayuk kita pulang," ucap Amira berdiri.

"Fajar, saja pulang dulu ya," ucap Amira pada Fajar yang kini tengah menatapnya

"Iya. Hati-hati ya Amira! Atau mau aku antar?

"Makasih, tapi maaf kami bawa motor kok," ucap Amira sopan.

"Assalamu' alaikum"

"Wa'alaikumsalam," ucap Fajar yang kini tengah menatap kepergian Amira.
Ah! PDKT yang gagal. Itu yang ia lapalkan dalam hatinya. Tapi ia akan terus berusaha, mendekat dan akan mendekat.
Hatinya telah termiliki Amira, mana mungkin ia akan melepaskan begitu saja. Fajar sungguh mencintai Amira tulus! Dan bertekad menjadikan Amira istrinya dan ibu bagi anak anaknya kelak.

"Amira Izzatul Humaira, tunggu aku. Aku akan memilikimu segera," ucap Fajar mengulas senyum.

****

TBC.....

Makasih bagi yang udah baca^_^

Jangan Lupa vote ya teman- teman!
Komennya Juga. Wkwk ^_^

AmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang