03. Pesan misterius

37 3 4
                                    

Seorang siswa laki - laki dengan rambut hitam sebahu dan poni panjang menutupi matanya, memasuki perkarangan rumah. Dia berhenti tepat di depan pintu. Matanya tertuju pada sebuah surat yang di letakan di lantai. Tanpa berpikir dia mengambil surat itu dan membawanya masuk kedalam rumah.

" Aku pulang," ucapnya dengan suara datar.

Tidak ada jawaban. Rumah itu gelap. Di letakannya tas dan surat di atas sofa ruang tamu.

Siswa itu berjalan mendekati kulkas. Di ambil sebotol air minum. Di teguknya air dengan cepat, sampai tetes terakhir. Tanganya meraih Saklar lampu yang berada tepat di samping kulkas. lampu ruangan dapur menyala.

rumah itu kecil, tidak ada bilik pemisah. Dapur dan ruang tamu terhubung. Hanya dua buah ruang yang di tutupi dengan tirai. tapi saklar lampu masing - masing terpisah.

perabotan dirumah itu sudah usang. Sofa coklat tua yang sudah mulai terkulupas. meja kayu yang sudah tua. Perabotan disana juga sudah penuh debu serta beberapa sarang laba - laba.

siswa itu berjalan kembali ke ruang tamu dan menyalakan lampu. Di ambilnya Tasnya dan mengeluarkan beberapa benda. Buku pelajaran, sebuah buku novel berjudul the shadow dengan sampul hitam. Sebuah pisau lipat berwarna silver dengan ukiran naga di ganggangnya. Sebuah bungkusan roti besar, yang di carinya, akhirnya di temukan. Dia mengigit roti itu sambil memeriksa ponsel, sebuah pesan singkat terlihat di layarnya.

Ayah akan pulang telat malam ini, ambil saja beberapa uang di laci kerja ayah.

JANGAN MENYENTUH APAPUN .

Dia menyadarkan tubuhnya di sofa.Di gigitnya sepotong demi sepotong roti di gengamanya. Saat hendak mengambil buku novel, dia melihat surat yang tadi dia temukan.

Sebuah nama tertulis jelas dan besar di amplop surat tersebut.

APOLLO

Apollo membalik surat itu tapi tidak di temukan pos surat dan nama pengirim.

Surat apa ini?

***
Jam bedertak perlahan, anak jarum mengarahkan pukul 10 : 30 tepat.

suara televisi berbunyi. cahayanya bersinar terang dalam ruang gelap. tidak ada siapapun di ruang tamu, kursi sofa itu kosong, dengan beberapa toples biskut yang tergeletak.

Di balik tirai di salah satu ruang, terlihat sebuah meja kayu kecil dengan kertas - kertas berantakan, di atas dan sekitarnya. Apollo berdiri di tengah ruangan, dengan sebuah telepon genggam ditelinga.

Ayah, ayo angkat ayah. Apollo berguman di dalam hati. Tidak ada jawaban, hanya suara operator menjengkelkan yang terdengar. Dimatikan panggilan telpon genggam itu. Apollo menekan tombol memanggil kembali, dengan tulisan di layar telepon kumis cerewet.

Entah sudah berapa kali Apollo melakukan panggilan tapi tidak ada jawaban.

BRAAKK.... hentakan keras di atas meja kayu, membuat beberapa kertas terbang. Emosi apollo meledak, hentakan keras tangan apollo di atas meja tidak membuat emosinya hilang.

SIAL...

"Apa maksud semua ini?" di remasnya erat beberapa kertas di dekat tangannya.

***
Tok... tok...

" Akvan buka pintunya nak, ayo makan dulu," ucap seorang wanita paru baya.

Tidak ada suara, tidak ada jawaban.
wanita itu menghela nafas.

" nak ada apa?, cerita sama ibu?" suara ibu akvan terlihat cemas.
Tidak ada jawaban juga.

" ibu taruh makanannya disini ya," ibu itu menaruh makanannya tepat di depan pintu. Sebuah piring dengan lauk ikan bakar dan soap kentang.

Ibu akvan berjalan pergi, di lihatnya sekali lagi kamar anaknya. Wajahnya tampak lesu dan sedih.

Di dalam kamar. Akvan meringkuk di sudut ranjang. Kamar itu gelap, hanya beberapa cahaya bulan yang menerobos masuk.

Akvan masih mengunakan seragam sekolahnya, di menenggelamkan wajahnya di antara tangan dan lututnya.

hening tidak ada suara di ruangan itu. alunan lagu THIS GAME memecah keheningan. Suara itu berasal dari telepon genggam di dekat Akvan.

Alunan itu terus mengalun, membuat Akvan akhirnya bergerak. Akvan menatap layar ponselnya. 1 pesan dan 2 panggilan tak terkjawab

Akvan ini gw, Chandra. gw tau lo pasti gk bakal mau ngangkat telpon gw, tapi gw rasa lo perlu tau.
hasil penyeledikan sudah keluar, tv sudah penuh dengan berita itu. gw yakin lo gk nonton, hasilnya

FREEDY BUNUH DIRI.

Mata Akvan membesar, di tatapnya ponsel itu cukup lama. disandarkan tubuhnya di dinding, kepalanya mendongak ke atas.

Sebuah senyum kecil terlihat di wajahnya.

***

Diantara tumpukan kertas di lantai, sebuah surat terlihat disana.

SELAMAT

PERMAINAN DI MULAI.

HIDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang