🌸 01 | Lelaki Peci Hitam

1.4K 67 5
                                    

“Saat pertama melihatnya, wajah itu terlihat tampan dan memesona. Tapi begitu dia mengeluarkan suaranya, tatapan itu seolah membuatnya tampak menyeramkan.”

---🌸---

Honda Jazz Hitam yang aku tumpangi sudah berhenti di pekarangan rumah mewah. Aku tak pernah menyangka kalau Abi akan memiliki teman yang kaya raya seperti ini. Maksudku, Abi adalah orang yang sederhana, tapi teman-temannya rata-rata kaya raya semua. Setelah Abi turun lebih dulu, Ummi langsung menyusul. Kak Alma—Kakak kandungku, langsung turun dengan Kayla yang digendongnya. Aku turun paling terakhir.

Masya Allah. Harus aku akui. Rumah ini besar dan mewah seperti di teve-teve.

“Ini rumahnya, Mi?” Aku menoleh ke arah Kak Alma saat dia angkat suara lebih dulu.

“Ini beneran rumah Om Akbar, Mi?” Aku langsung menimpali.

Ummi mengulum senyumnya sambil mengangguk. “Iya, ini rumahnya,”

Aku kembali memperhatikan sekitar, sebelum ikut melangkah karena semua orang mulai melangkah meginjak teras. Bahkan, aku harus naik tiga anak tangga untuk sampai di teras ini. Setelah Abi menekan bel dua kali, pintu setinggi dua meter itu terbuka. Aku jadi bertanya-tanya, ada berapa orang yang tinggal di rumah mewah ini.

Assalamu’alaikum,” Abi memberi salam seketika.

Perempuan dengan seragam putih hitam dengan khimar putih itu tersenyum sambil menjawab salam Abi. Dia sedikit membungkuk untuk memberikan hormat.

“Selamat datang,” katanya. “Silakan masuk, tuan dan nyonya besar sudah menunggu di dalam,” sambungnya. Dia menepi dan memperilakan kamu masuk.

Abi mengangguk dan melangkah lebih dulu. Aku langsung mneyusul setelah Ummi dan Kak Alma melangkah di belakang Abi.

Masya Allah. Bahkan dalam rumah ini begitu mewah. Sekarang aku jadi bertanya-tanya tentang cara hidup mereka. Apakah glamor? Atau justru tukang pamer? Astagfirullah, aku menggeleng kecil menepis pikiran itu.

Assalamu’alaikum,” Abi bersuara lagi dengan antusias.

Wa’alaikumussalam,” Om Akbar langsung menyahut dengan antusias sebelum mereka berpelukan ala laki-laki dewasa.

Aku hanya diam berdiri sambil melirik ke sekitar, memperhatikan semua yang ada di rumah mewah ini. Sementara Kak Alma dan Ummi tampak tersenyum geli memperhatikan mereka. Ummi juga menyapa Tante Nurul sebelum cepika-cepiki khas ibu-ibu.

Kepalaku menoleh ke arah Kak Alma saat dia menyenggol lenganku dengan sengaja. Dia mendekatkan wajahnya ke arahku, tangannya ikut terangkat menutupi mulutnya.

“Om Akbar punya anak laki-laki loh,” bisiknya menggoda.

Aku menghela napas pelan sebelum kembali mengedarkan pandangan ke arah lain. Masa bodo dengan anak laki-laki Om Akbar. Tujuanku ke sini hanya untuk menemani Abi bersilaturahim, bukan mencari jodoh.

“Nah, Bar,” Aku menoleh ke arah Abi seketika. “Ini Kedua putri ane,” sambung Abi.

“Yang ini Alma, Almaida Alsya Husein,” Abi menunjuk ke arah Kak Alma. “Tapi udah menikah, nah ini anaknya, Kayla Adnan Husein,” sambung Abi bangga.

Aku mengulum senyum saat Kayla menyalimi punggung tangan Om Akbar dan Tante Nurul. Bahkan, ada percakapan kecil yang terjadi diantara mereka. Masya Allah, aku bangga dengan Kayla yang baru berumur tiga tahun ini.

“Yang ini Nisa. Annisa Asalsya Husein,” Abi menunjuk ke arahku dengan senyum bangganya, sebelum merangkulku dengan lembut. “Masih sendiri,”

Cinta AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang