🌸 03 | Aku Jatuh Cinta

620 47 2
                                    

“Ini pernikahan pertama dan semoga jadi yang terakhir buat kita, jadi harus istimewa. Uang masih bisa dicari lagi, tapi waktu nggak akan bisa kembali.”

---🌸---

Ternyata Alfath membawaku ke sebuah butik besar yang terdapat banyak gaun pengantin di dalamnya. Aku bahkan tidak pernah menyangka, kalau Ummi dan Tante Nurul sudah menunggu kami sejak tadi. Maka dari itu, saat turun dari mobil, Ain langsung menggenggam tanganku dan Alfath sebelum menarik kami masuk dengan antusias.

“Ini pengantinnya,” kata Tante Nurul antusias begitu kami masuk.

Aku melirik ke arah Alfath yang mengangguk sekilas seolah memberi hormat. Ain langsung melepaskan tanganku dan menarik tangan Alfath ke bawah hingga lelaki itu menoleh.

“Ain mau gaun yang itu, Bang,” kata Ain dengan suara khas yang menggemaskan. Jari telunjuknya terangkat menunjuk salah satu gaun indah.

Aku mengernyit melihat gaun itu. Bukan karena memperkirakan harganya yang mahal, bukan juga karena model gaun itu aneh atau yang lainnya. Tapi karena gaun yang Ain tunjuk sangat besar dan tidak bisa digunakan Ain diusia ini. Iya, aku serius mengatakan bahwa gaun itu berukuran besar karena dirancang untuk orang dewasa.

Refleks, aku langsung berjongkok, menyamakan tinggi kami. “Gaun itu kebesaran kalo buat Ain, yang lain aja, ya,”

Ain menggeleng kecil. “Ain pilih gaun itu buat Kak Nisa, bukan buat Ain,” katanya.

Aku tersentak. Untukku? Kenapa aku? Aku mendongak saat mendengar kekehan geli dari Ummi dan Tante Nurul. Bahkan, Alfath ikut tersenyum geli sekilas.

“Kamu mau pakai itu?” tanya Alfath seketika.

Tentu saja tidak! Gaun itu terlihat besar untukku. Mungkin, bawahnya akan menyapu lantai jika aku kenakan. Tapi saat melihat mata Ain yang berbinar, seolah memintaku dengan harus untuk mengiyakannya, kepalaku mengangguk perlahan.

Sebenarnya terpaksa. Aku hanya tidak ingin Ain sedih karena aku menolak permintaan dia untuk mengenakan gaun itu. Lagipula, gaun itu cukup islami jika aku kenalan. Lengannya panjang meski bagian bawahnya juga panjang.

“Yang itu mbak,” kata Alfath enteng.

Pelayan butik mengangguk sebelum berlalu. Aku langsung berdiri seketika. Ummi dan Tante Nurul kembali memilih duduk di sofa yang tersedia, Ain juga menghampiri Tante Nurul sebelum duduk dan bersandar di sebelahnya.

“Kamu punya uang untuk persiapan pernikahan ini?” tanyaku berbisik.

Alfath menoleh, aku langsung menatap kancing kemeja atasnya karena itu tepat di depan mataku. Jantung ini kembali berdetak tak keruan hanya karena Alfath menoleh dan menatapku dingin seperti biasa.

“Punya,”

“Tapi, kayaknya gaun itu mahal,” kataku lagi berbisik.

Aku bisa merasakan kalau lelaki itu tersenyum geli sekilas lagi. “Tapi kamu suka, kan?”

“Hah?” Aku mendongak, begitu mataku bertemu sekilas, seketika mataku turun ke bibir tipisnya itu.

“Bisa diganti kok,” kataku mencicit.

Alfath mengulum senyumnya, terlihat manis dan berhasil membuatku terpesona. “Nggak usah,”

Cinta AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang