Chapter 14

108 14 8
                                    

  ---
Matahari tenggelam itu seperti masa kecil, dipandang dengan heran bukan hanya karena indah tapi karena ia datang sebentar.

-Rindu Senja-

***


Senja memakai helm full facenya siap untuk pulang kerumah.

"Jaket lo kemana ja?" tanya Topan, Senja menatap Topan sebentar.

"Perlu tau?" ucap Senja, Topan hanya mendengus.

Kilat terbahak sedangkan Cahyo terkekeh pelan, Senja sudah menyalakan motor sportnya.

Motor Senja sudah pergi meninggalkan kawan-kawannya. Topan sedari tadi belum menggunakan helm full facenya.

"Gece badai, lu mau ikut gak?" ajak Kilat.

"Mau kemana emang?"

"Ke rumah Cahyo" jawab Kilat. Cahyo langsung menoleh cepat ke arah Kilat.
Sebenarnya Cahyo ingin pergi ke rumah sakit ingin menjenguk Gita, kekasihnya yang sedang koma akibat kecelakaan bersama dengan Rain.

"Kapan-kapan aja mainnya" ucap Cahyo, Kilat mendelik ke arah Cahyo dengan raut wajah bingung.

"Lo pengen nengokin Gita?" tanya Topan, Cahyo mengangguk.

Kilat mendesah pasrah, "Yauda lain kali aja. Btw semoga Gita cepet sadar dan semoga cepet sembuh"

Cahyo tersenyum tipis, "Thanks"

Cahyo memakai helm full facenya, lalu membuka kaca helmnya tersebut. "Gue duluan"

Kilat dan Topan mengangguk, lalu motor sport berwarna hijau itu melesat pergi meninggalkan sekolah.

"Kesian Senja sama Cahyo" gumam Topan.

"Yang gak pasti tuh Cahyo, Gita udah koma selama lima bulan tapi belum ada perubahan" jelas Kilat.

⭕⭕⭕

"Assalamualaikum" ucap Rindu sambil membuka sepatunya diambang pintu.

"Waalaikumsalam" jawab mama Rindu-Fitri yang sedang duduk diruang televisi sambil menyemil makanan ringan yang ada didalam toples.

Rindu berjalan ke dapur. Cuaca panas membuat kerongkongan Rindu kering. Rindu mengambil gelas dan menuangkan air putih.

"Heh! ini lantai udah gue pel kenapa di injek?!" omel seseorang yang tepat dibelakang Rindu,  alis Rindu mengekerut. bukannya mamanya ada diruang televisi?

Rindu menoleh kebelakang, mata Rindu melotot kaget, lalu beberapa saat tertawa terbahak-bahak.

"Gak usah ketawa!" bentak Venus. Tetapi Rindu tetap tertawa tidak tahan melihat kakaknya yang berpakaian seperti pembantu dengan celemek bergambar kerropi dibadannya, jangan lupa tangannya yang kokoh terdapat pel-pel an.

Saking Rindu tidak bisa berhenti tawa, sampai berjongkok-jongkok sambil memegang perutnya.

"Aduh gue gak kuat liat lo kak" ucap Rindu dengan terkekeh.

Venus mengendus pasrah.

Kan pasti bakal kek gini!-batin Venus.

"Mama kata Venus juga apa. Pasti bakal diketawain" rengek Venus.

"Lagian kamar tuh yang bersih, jangan kotor kaya kandang hewan! sampah dimana-dimana! itu hukuman buat kamu Venus!" teriak mamanya.

Venus hanya memasang muka melas, kalau tau akan seperti ini, lebih baik Venus gak begadang semalam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rindu SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang