» B e r u b a h «

7.1K 974 150
                                    

[Name] memerhatikan jalan setapak di depannya, termenung memikirkan segala hal. 

Terutama pikirannya tentang sang kekasih Kuroo Tetsuro. Bagaimana caranya ia bisa berpacaran dengannya, bagaimana bisa ia bertemu dengannya, dan tentu bagaimana caranya ia bisa jatuh sedalam ini hanya karenanya.

。-○-  。

Haikyuu : Haruichi Furudate
Pair : Kuroo Tetsuro x Reader
Story © MiyaNamiya [2018]

Happy Reading!

.
.
.
.


[Name] selalu bodoh jika ia sudah mencintai. Ia akan selalu mengalah, dan juga ia selalu ingin bersamanya walau nyawa taruhannya--bodoh memang.

Namun, ia sudah terlalu jatuh ke dalam, tidak ada bisa yang menolongnya dan sekarang, ia seperti menyiksa dirinya sendiri. Lebih memilih bertahan--cara yang aman agar tetap bersamanya.

Sudah lewat sepuluh menit sejak janji Kuroo mengajaknya kencan, tapi apa yang terjadi? Bahkan sampai sekarang pemuda bermahkota hitam itu masih belum ada batang hidungnya. Apa Kuroo dengan mudahnya melupakan janjinya?

Iris [e/c] gadis itu sibuk melirik nakal ke arah pasangan-pasangan yang lewat di depannya, bercanda-tawa dan juga segala hal manis. Itu membuatnya mengingat Kuroo--tentang bagaimana dulu ia memerlakukannya dengan sangat manis. Ah, ia sangat ingin kembali ke masa-masa itu.

"[Name], kemarilah!" Pinta Kuroo dengan senyuman yang bertengger manis di wajah tampannya. [Name] menatap Kuroo bingung dan akhirnya mendekati pemuda yang tengah duduk bersila di depan televisi itu.

"Ada apa?" tanya [Name].

"Duduklah di pangkuanku," jawabnya dengan senyuman yang sama. [Name] merona, wajahnya sudah tomat yang siap panen.

"E-eh kenapa?"

"Sudahlah." Tangan besar menarik tangan yang lebih mungil itu sehingga pemiliknya jatuh ke pangkuan. Kuroo tersenyum sedangkan [Name] masih dengan wajah memerahnya. Tangan Kuroo memeluk tubuh mungil kekasihnya itu.

Kepalanya ia taruh di pundak [Name]. "Hangat 'kan?" bisiknya sededuktif mungkin.

"[Name]?" Sapa seorang pemuda dengan konsol game yang ada di genggamannya.

Gadis itu menoleh. "E-eh Kenma?!" Kenma masih terfokus pada layar gamenya itu. Ia berjalan mendekati [Name] dan duduk di sampingnya.

"Kenma tidak berubah ya." [Name] terkekeh melihat Kenma yang masih sama seperti saat SMA. Kenma hanya mengangguk.

"Sedang apa kau di sini?" tanyanya pada [Name] yang masih saja duduk dengan termenung sejak tadi. Sebenarnya Kenma sudah mengawasi [Name] sejak tadi, gadis itu termenung sepertinya sedang menunggu seseorang. Dan akhirnya ia mendatanginya juga.

"Menunggunya," jawab [Name] dengan tersenyum tipis, sudah terlalu lama ia berada di sini termenung.

Kenma mengernyit. "Kuroo?" gadis itu mengangguk. Kenma mendecih saat melihat permainan di konsol game telah berakhir, [Name] melirik ke arah layar dan mendapati tulisan game over, ia terkekeh pelan. Pemuda bersurai gradasi itu menghela napas, dan memasukkan konsol gamenya ke saku jaket yang tengah ia pakai.

"Kau masih bersamanya?" tanya Kenma, ia penasaran tentang hubungan [Name] dan juga Kuroo, lagipula Kuroo sekarang sudah tidak seperti yang mereka kenal, ia telah berubah. Dan jika Kenma jujur, Kuroo adalah laki-laki brengsek yang menjadi sahabatnya itu.

[Name] mengangguk menjawab pertanyaan Kenma. Kenma menghela napas. "Lebih baik kau tinggal'kan dia," iris mata [e/c] itu melotot ke arah Kenma, "dia sudah berubah [Name], kau sudah tidak mengenal sosoknya sekarang," ujarnya, pemuda itu berkata sejujurnya, ia berkata seperti ini untuk menyelamatkan gadis ini, walaupun sudah terlambat.

[Name] menggeleng pelan, ia tersenyum tipis mendengar ucapan Kenma, ucapan pemuda itu benar. Namun, ia tidak bisa.

"Aku... tidak sanggup." Dirinya meringis, sungguh sekarang ia telah dibutakan oleh cinta.

"Kenapa?" Iris emas bertabrakan dengan iris [e/c]. Kenma tahu Kuroo yang sekarang tidak cocok dengan gadis sebaik [Name], yang ia kenal [Name] adalah sosok yang paling sabar menghadapi Kuroo.

"Karena aku mencintainya." Pemuda beriris emas itu mengigit bibirnya, ia memang sudah terlambat. Entah sejak kapan Kenma mulai menaruh perhatian terhadap [Name] dan [Name] menganggap Kenma layaknya saudara sendiri. Kenma tidak mencintai [Name]. Namun, ia menganggap [Name] adalah orang yang paling penting di hidupnya.

"Aku akan pergi, aku percaya dia tidak akan ke sini [Name], maka dari itu pulanglah." Pemuda dengan surai gradasi itu berdiri meninggalkan [Name] sendiri.

Ia yakin gadis itu akan sepenuhnya hancur ketika melihat kenyataannya, selama ini [Name] hanya berusaha untuk tidak melihatnya atau mungkin menghindarinya, ia terlalu yakin kepada Kuroo. Kenma tertawa pada dirinya sendiri. Sekali lagi ia sudah terlambat.

[Name] masih tetap di sana, menunggu sang kekasih dengan penuh kepercayaan, ia sepenuhnya yakin Kuroo akan datang. Beberapa kali gadis cantik itu menelpon atau mengirim pesan ke Kuroo tetapi belum juga ada tanda pesan atau telponnya itu dibalas. Padahal ia sangat menantikan kencan ini. Irisnya melirik ke jam tangan yang dipakainya, sudah berjam-jam ia menunggunya.

Keraguan mulai menyergapnya, apakah ia harus menunggu atau pulang?

Bunyi notifikasi pesan dari handphonenya berbunyi, [Name] menatap handphonenya itu lekat-lekat, memang benar apa yang dikatakan oleh Kenma. Dia 'tak akan datang ke sini.

Kedua bola mata gadis itu memanas, ingin rasanya ia menangis, tapi ia tahan ini masih di tempat umum. Ucapan Kenma masih juga terngiang di kepalanya.

[Name] langsung berlari menjauhi tempat tadi, sambil menahan bulir air mata yang ingin keluar.

Maaf [Name], aku tidak bisa kencan denganmu, aku ada urusan.
-Kuroo Tetsuro

.
.
.
.

Pernyataan penolakan yang dikirimkan oleh Kuroo dan ditambah dengan ucapan Kenma yang masih terngiang di kepalanya yang membuatnya kecewa terhadap laki-laki itu. Kuroo Tetsuro.

Afair | Kuroo TetsuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang