Manik hazel seorang pemuda menatap datar sang gadis yang tengah menyantap makan malamnya. Untuk yang pertama kalinya.
Hambar, rasanya sangat hambar.
Yang disajikan adalah makanan kelas atas, tapi kenapa lidahnya terasa tidak bisa mengungkapkan rasa. Tidak ada rasanya, manis atau pahit. Hanya hambar yang tersisa.
。-○- 。
Haikyuu : Haruichi Furudate
Pair : Kuroo Tetsuro x Reader
Story © MiyaNamiya [2018]Happy reading!
.
.
.
.Iris gadis itu menatap hidangan di depannya dengan datar, malam ini terasa sangat sunyi, bahkan hampir 'tak ada yang membuka sebuah percakapan, seolah bibir mereka sudah dibekap rapat sehingga tidak bisa mengucapkan sepatah-kata sekalipun.
"Tetsuro." Sang gadis membuka percakapan. Sungguh ia sangat ingin pulang daripada harus seperti ini.
Tetsuro--pemuda itu menoleh ke arah sang gadis--[Full Name].
"Bagaimana makanannya?" Tanya Kuroo Tetsuro kepada sang kekasih.
"Enak."
Bohong, gadis itu berbohong sebenarnya tidak ada yang ia rasakan. Entah apa yang terjadi pada malam ini. Mereka ada di sana, tapi tidak dengan pikirannya yang sudah di tempat lain. Hanya keheningan dan juga dentingan jarum jam yang menemani.
Restoran bergaya klasik itu menjadi saksi bisu. Mereka berdua yang tengah membisu, di tengah-tengah hiruk-pikuk kota Tokyo malam hari.
˚-◎-˚
"Um, terimakasih telah mengajakku makan malam," ucap sang gadis--[Name] yang bersurai [h/c] dengan iris [e/c], tubuhnya terbalut gaun cantik berwarna [f/c] membuatnya tampak begitu anggun.
Kuroo hanya menanggapinya dengan anggukan kecil, ia masih sibuk menyetir mobil mewahnya.
Canda tawa terdengar di jalanan kota Tokyo. Seorang gadis setengah berlari membuat pemuda yang berada di depannya ikut berlari--untung saja jalanan kota sedang sepi.
"Hey!" Pemuda itu--Kuroo mempercepat langkahnya dan menarik tangan sang gadis yang membuatnya berhenti. Gadis itu masih dengan tawa di wajahnya. Tangannya menggenggam sebuah bungkus burger yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya saat ia ditarik oleh Kuroo.
"[Name], berikan!" pinta Kuroo dengan sedikit merengek. Gadis itu--[Name] hanya menggelengkan kepalanya. Bibir mungilnya masih saja menampakkan sebuah senyuman. Sungguh saat ini adalah hari yang paling menyenangkan! Kuroo menatap [Name], perutnya masih belum diisi apa pun. Kuroo mencoba mendesak [Name] dengan menghimpit tubuh gadis itu ke tembok. Bibirnya terlukis membentuk senyuman jahil. Sontak [Name] melotot.
"Tetsuro, menjauhlah!" perintah [Name].
"Tidak."
[Name] mendecakkan lidahnya kesal, senyumannya tadi sudah luntur tergantikan dengan wajah sebal sang gadis. "Berikan, atau aku akan menciummu di sini," tutur Kuroo yang masih menampakkan senyuman jahilnya itu.
[Name] menghela napas. "Lepaskan aku dulu," ucap [Name]. Kuroo dengan mudahnya menuruti keinginan sang kekasih. Namun, siapa sangka gadis itu langsung berlari menjauhi Kuroo.
"[Name]!"
[Name] hanya tersenyum penuh kemenangan, tapi saat ia mau menoleh ke belakang, ia tidak tahu ada batu di depannya sehingga ia terjatuh. Kuroo tertawa melihat itu. [Name] mengerucutkan bibirnya sebal, bukannya ditolong atau apa, tapi ditertawakan. Tangannya mengambil burger yang 'tak jauh darinya dan melemparkan ke arah Kuroo.
"Makan itu burger!"
Kuroo menangkap burger dengan wajah masam, ia melangkahkan kakinya menuju tempat [Name] berada.
"Bisa berdiri?" tanya Kuroo, [Name] mencoba berdiri, tapi kakinya terlalu nyeri untuk digerakkan--ia menggelengkan kepalanya. Kuroo menghela napas--ia jongkok di depan [Name].
"Naiklah." Kuroo memberikan burger itu dulu ke [Name], [Name] dengan ragu menuruti keinginan Kuroo.
"Jangan bergerak, ini akan menjadi perjalanan menuju rumah paling lama!" serunya. Kumpulan momen yang sederhana. Namun manis menurut [Name].
"Sudah sampai." Laki-laki itu berucap, manik hazelnya menatap sang gadis yang duduk di sebelahnya, berusaha mengisyaratkan untuk turun.
Gadis itu hanya terdiam dan menuruti keinginan Kuroo, ia turun dari mobil mewah sang kekasih tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mobil mewah itu langsung melaju menjauhi [Name].
[Name] hanya tersenyum masam. "Bahkan dia tidak mengucapkan sesuatu." lirihnya.
"Sudah sampai!" Seru Kuroo ketika melihat rumah di depannya.
"[Name]... ." Mendengar 'tak ada jawaban dari sang kekasih, Kuroo mengerutkan keningnya. Ia melihat gadis itu dengan ekor matanya. Kuroo menghela napas. Ia melangkah masuk ke arah rumah [Name].
Sebelumnya ia sudah meminta izin kepada kakaknya untuk membawanya asalkan tidak melakukan apa-apa pada [Name]. Kuroo hanya mengiyakan perkataan kakaknya. Toh, dia juga takut dengan kakaknya.
Kuroo meletakkan tubuh mungil [Name] ke atas kasur, sungguh tubuhnya seringan kapas, apa gadis itu sering berdiet? Ia tersenyum, mengelus surai sang gadis dan akhirnya mencium dahi sang gadis--tenang saja masih aman.
"Oyasuminasai," ucapnya pada malam itu.
Gadis itu terdiam beberapa detik sampai akhirnya mobil mewah itu tidak terlihat dalam pandangannya. Ia hanya selalu mengingatkan dirinya sendiri untuk bertahan, walau ia tahu, ia sudah tidak dipertahankan lagi.
.
.
.
.Kenapa malam ini terasa hambar? Kemana canda tawa yang keluar dari mereka berdua? Telah hilang? Lenyap? Atau sudah tergantikan dengan yang lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
Afair | Kuroo Tetsuro
Fiksi PenggemarTrigger Warning : ⚠ Suicide! ⚠ [ K U R O O T E T S U R O X R E A D E R ] Di dunia ini, tentu akan ada pengkhianatan 'kan?