» H a n c u r «

5.9K 958 97
                                    

Kedua kakinya melangkah dengan cepat, tidak tahu arah tujuannya ke mana, yang terpenting adalah ia harus menenangkan dirinya. Air matanya tidak mau berhenti, terus saja mengalir deras membasahi pipinya.

Semua pasang mata menatapnya aneh. Namun, [Name] sama sekali tidak memperdulikannya. Ia memperlambatkan langkah kakinya dan berjalan seperti biasa. Kedua tangannya ia gunakan untuk mengelap sisa-sisa air mata yang tadi membasahi pipi gadis cantik itu.

。-○- 。

Haikyuu : Haruichi Furudate
Pair : Kuroo Tetsuro x Reader
Story © MiyaNamiya [2018]

Happy reading!

.
.
.
.


Hal yang ia takut'kan sudah ia lihat, walaupun gadis itu sudah berusaha menghindarinya. Namun, entah kenapa malah menemuinya secara tidak sengaja. Semua pertahanan yang ia buat telah hancur, selama bertahun-tahun ia hanya menahannya, berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri, tapi sekarang telah hancur.

Langkahnya berhenti, [Name] telah sampai di tempat yang ia datangi jika ada masalah. Dekat tebing dengan pemandangan matahari terbenam, warna jingga mulai menghiasi angkasa. Ia selalu berada di sini, saat ada masalah, atau yang lain.

Saat ia berada di sini, ia bebas. Ia bebas untuk menangis, dan mengungkapkan semuanya, matahari terbenam itu 'tak jarang menjadi saksi bisu atas semuanya.

[Name] kembali terisak, ia mendudukkan pantatnya di alas rumput hijau, wajahnya ia tenggelamkan, tangannya memeluk erat kedua kakinya. Untung saja tempat ini jarang didatangi orang sehingga tidak ada yang melihatnya menangis.

Semua itu salahnya. Kekasih brengseknya itu telah mengkhianatinya. Bagai ditusuk panah berkali-kali, dan kini ia telah hancur. Memang benar perkataan Kenma tentang dirinya. Seharusnya ia tidak dibutakan dengan kebohongan yang bernama 'cinta' itu.

Manis di awal. Namun, belum tentu juga di akhir.

Apakah, afeksi yang diberikan Kuroo hanyalah suatu kebohongan belaka?

Brengsek memang.

[Name] berlari menjauhi taman, entah kenapa ia merasa dipermainkan. Air di pelupuk mata lolos, langsung ia usap, tidak gadis itu tidaklah lemah. Ia berusaha untuk tetap tegar.

Iris [e/c]nya melirik ke arah jalanan kota Tokyo yang selalu ramai, baik itu pejalan kaki atau transportasi.

Ia berhenti di minimarket untuk membeli titipan dari kakaknya. Kakaknya begitu pemalas sehingga [Name] selalu membelikan segala hal yang diperlukan oleh kakaknya itu.

Membelikan titipan kakaknya serta bahan makanan yang sudah menipis di kulkasnya. Padahal baru saja ia membeli sekitar lima hari lalu, tapi sudah habis karena teman kakaknya itu datang ke rumahnya.

Iris [e/c]nya sedang sibuk meneliti sayuran, mencari yang paling segar dari yang lain. Kaca transparan itu ia tatap, melihat pemandangan di luar. Mobil-mobil yang berlalu-lalang serta pejalan kaki yang hendak menyeberang.

Namun, ada satu yang menarik perhatian [Name]. Cafe yang baru saja dibangun di depan minimarket. Mungkin kapan-kapan ia akan mengajak Kuroo ke sana bersamanya.

Cafe dengan gaya klasik itu sudah dipadati oleh banyak orang.

Irisnya melebar, ia tidak salah bukan? Di cafe itu terdapat seorang pemuda dengan surai hitam, ia sangat kenal pemuda itu. Manik hazelnya itu tengah menatap gadis di depannya. Senyum jenaka 'tak luput dari bibirnya.

Sang gadis hanya tersenyum malu-malu. Surai coklat panjang digerai dengan iris hitam, gadis di depan Kuroo baru saja mendapat berbagai gombalan darinya.

Mata [Name] memanas. Ia menunggu sejak lama, sedangkan Kuroo sedang asik bermesraan dengan gadis yang lain? [Name] langsung keluar dari minimarket--tidak jadi membeli bahan serta titipan.

Sekali lagi ia menghindar darinya. Ia mencoba untuk menerima segala tentangnya. Namun, tidak untuk kali ini, amarahnya sudah di ubun-ubun 'tak sabar untuk diluapkan kepada seseorang.

Telah lama ia tahan semuanya, mungkin nanti menjadi saat yang tepat untuk ia ungkapkan langsung.

Kejadian tadi masih terus saja berputar di otaknya layaknya sebuah film. Singkat, tapi sungguh pahit. Mentalnya terlalu lemah untuk ke sana dan meminta penjelasan.

Ia takut dijauhi, ia takut dibenci, ia takut ditinggalkan, walaupun semuanya akan terjadi.

Benar kata Kenma. Kuroo yang sekarang bukanlah yang dulu. Dulu ia memerhatikannya, selalu menurutinya--[Name] bukanlah gadis matre yang hanya melihat laki-laki berdasarkan ketebalan dompetnya. Memang Kuroo termasuk golongan kalangan atas. Namun, [Name] mencintainya dengan tulus, tanpa maksud apapun.

Namun, sekarang... ia merasa tidak dipedulikan, apakah ia sudah bosan bersama [Name]? Kalau memang bosan kenapa tidak bicara saja?

Seolah terus saja memberi harapan, walaupun dirinya sendiri sudah 'tak lagi bisa bersama. Bahkan lebih memilih gadis yang lainnya. Setidaknya [Name] ingin Kuroo mengungkapkan sejujurnya, apakah ia sudah bosan dengan hubungan ini? Memang hubungan mereka satu bulan ini terasa monoton dan tidak ada kemajuan, tidak seperti yang dulu.

.
.
.
.


Jika kau sudah bosan terhadap hubungan ini, lebih baik langsung nyatakan. Jangan memberikan terlalu banyak harapan, maka itu akan semakin menyakitkan.

Afair | Kuroo TetsuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang