Tangannya ia ketukkan ke meja beberapa kali, berusaha menyingkirkan rasa canggungnya. Sebenarnya bukan canggung lebih tepatnya kecewa dan juga marah. Wajahnya menunduk mengamati meja, walaupun itu hanyalah cara agar gadis itu tidak menatap pemuda di depannya.
Toh, pemuda itu juga tidak tertarik dengan apa yang gadis itu lakukan, ia hanya meminum minuman yang dipesannya, lagipula kenapa gadis ini memintanya kemari? Apakah ia marah kepadanya?
。-○- 。
Haikyuu : Haruichi Furudate
Pair : Kuroo Tetsuro x Reader
Story © MiyaNamiya [2018]Happy reading!
.
.
.
.Jujur saja pemuda itu--Kuroo sudah tidak tertarik dengan gadis bermanik [e/c] itu. Namun, entah kenapa dia juga tidak bisa memutuskannya, toh, gadis di depannya itu hanya diam. Jikalau gadis itu melihatnya bermesraan dengan gadis lain atau yang lain, mungkin dia akan diam.
Lagipula, gadis itu juga tidak berani dengannya, ia tahu sifat gadis yang berlabel kekasihnya itu, sangat tahu. Maka dari itu Kuroo bersantai walaupun sekarang hubungannya dengan [Name] sedang dalam keadaan kritis. Sejak [Name] melihat Kuroo bermesraan hubungan mereka semakin kritis.
Dan pada hari ini, [Name] akan mengatakannya. Sebuah pernyataan yang akan menjadi akhir dari hubungannya. Gadis bersurai [h/c] itu sudah ikhlas melepaskan, demi kebaikan dirinya sendiri. Lebih baik ia melepaskan Kuroo daripada terus disakiti olehnya.
Entah kenapa bibirnya saat ini terkatup rapat, bahkan seakan-akan tidak bisa terbuka. Padahal hanya mengucapkan beberapa kata, tapi kenapa ini sangat susah sekali? Pada saat sudah terbuka sekarang ia mengalami hal lain, seperti suaranya telah direngut paksa. Ia menggigit bibir bawahnya.
"T-tetsuro," Kuroo menoleh ke arah gadis itu sambil kebingungan. "Ada apa?"
"A-aku...," [Name] menggantungkan kalimatnya yang mengakibatkan alis pemuda bermanik hazel itu bertautan.
"A-aku ingin,"
"Ingin apa?" Kuroo bertanya.
"Kue."
'Putus'
[Name] menggertakkan giginya kesal, kenapa lisannya ini sulit sekali diajak untuk menuruti keinginan hatinya? Sudah jelas permintaan di hatinya berlawanan dengan apa yang diucapkan.
Kuroo hanya terdiam dan tersenyum tipis. "Oh, baiklah nanti akan kupesankan satu kue ke rumahmu." ucapnya.
"T-terimakasih."
'Tidak usah.'
Kuroo beranjak dari tempat duduknya--meninggalkan uang di meja tersebut. "Aku ada urusan, aku pergi lebih dulu." ujar Kuroo, [Name] hanya mengangguk.
Kadang ia tidak sanggup untuk menolaknya. Bahkan pernyataan dalam hatinya saja sudah berbeda apa yang sekarang diucapkan. Padahal tadi itu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya. Sekarang jarang sekali mereka bertemu, mungkin Kuroo sibuk dengan pacar barunya kemarin.
Atau, [Name] saja yang membuatnya seakan-akan gadis itu pacar Kuroo? Lagipula mereka hanya duduk bersama, bisa jadi gadis itu hanya teman lamanya atau kerabatnya--siapa yang tahu 'kan?
Mungkin, [Name] akan mencoba untuk mempercayai Kuroo sekali-lagi. Hanya sekali. Lebih dari itu? Mungkin saja jika hatinya 'tak kuat untuk meninggalkannya.
Miris.
Yah, lebih baik ia menunggu dan lebih memperhatikan Kuroo, ia menunggu bahwa Kuroo berkata sejujurnya dan memperhatikan jika Kuroo ada kaitannya dengan gadis itu. Oh! Apakah gadis beriris [e/c] itu menjadi posesif?
[Name] menggelengkan kepalanya, ia tidak mau dicap sebagai gadis posesif yang takut kehilangan pacarnya yang bahkan tidak memperhatikan [Name].
Ia harus berpikir jernih sekarang, dan juga harus memperhatikan setiap ucapannya, tadi ia merasa sedikit gembira karena belum saja ia mengucapkan kata putus itu. Ia terlalu cepat mengambil keputusan tanpa ada bukti yang kuat.
"[Name]-san." Seorang pemuda dengan surai hitam itu menyentuh pundak [Name]--ia menoleh yang mempertemukan kedua bola mata [e/c] dengan kedua bola mata biru laut itu.
[Name] langsung tersadar dan melihat ke bawah. "Ada apa Ryuu-kun?" tanya [Name] pada pemuda yang diketahui bernama Ryuu itu.
"Aku menyukaimu!" Seru Ryuu kepada [Name], gadis bersurai [h/c] itu tersentak saat Ryuu mengungkapkan perasaannya kepada [Name].
"E-eh tapi," [Name] menoleh ke kanan-kiri berusaha kabur. Namun, kedua lengan yang lebih besar dari gadis itu tengah menyudutkannya ke tembok. Bukannya berhenti Ryuu malah menarik kedua sudut bibirnya--seolah ia bersenang-senang dengan hal yang ia lakukan.
Mereka berdua semakin mendekat. Air di pelupuk mata sang gadis mulai tumpah, ia tidak mau seperti ini! Lagipula ia sudah memiliki Kuroo tidak ada lagi yang dicintainya selain itu.
"Ugh--." Pukulan keras mendarat di pipi kanan Ryuu, ia mendecih saat melihat Kuroo datang.
"Brengsek! Menjauh dari [Name] atau aku akan menghajarmu!" Serunya, ia menatap beringas Ryuu, seolah ia siap menghajarnya kapan saja. Ryuu hanya terdiam dan tersenyum remeh.
"Heee, jadi pahlawannya sudah datang ya, sudahlah ambil saja gadis itu aku sudah tidak tertarik dengannya." Ucapnya Ryuu berbalik mau meninggalkan tempat kejadian dengan memegang pipinya yang masih terasa sakit.
Kuroo mendecih saat Ryuu berkata seperti itu, ingin sekali ia menghajar wajah brengseknya itu. Ryuu memang terkenal di sekolahnya, karena ketampanannya dan 'tak luput juga sifat brengseknya itu. Ia sering sekali mengajak pacaran wanita sebagai mainannya.
Kuroo menatap [Name] yang kini terduduk di tembok, tubuhnya gemetar. Ia berjongkok mendekati gadis itu dan menariknya ke dalam dekapannya.
"Tenanglah aku ada di sini." Lirih Kuroo menenangkan [Name].
.
.
.
.
Kadang yang paling dibutuhkan untuk mereka berdua adalah kepercayaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afair | Kuroo Tetsuro
FanficTrigger Warning : ⚠ Suicide! ⚠ [ K U R O O T E T S U R O X R E A D E R ] Di dunia ini, tentu akan ada pengkhianatan 'kan?