Kafa dan Fara. Sohib karib dari Jakarta yang merantau ke Purwokerto untuk kegiatan studynya di Universitas Jenderal Soedirman, di fakultas pertanian. Keduanya dipisahkan oleh kos-kosan yang berbeda meski sudah terbiasa bersama.
Di sebuah ruangan 3x4 meter yang disulap menjadi ruang tamu, perempuan itu menghempas bokongnya di atas sofa. Sambil tak lepas dari ponsel yang disematkan di antara kepala dan bahu yang dimiringkan ke kiri, jari jemarinya sibuk mengetik di atas keyboard laptop dengan pandangan fokus ke layar. Konsentrasinya terbagi menjadi dua. Antara mendengarkan seseorang yang bercakap-cakap di sebrang pesawat telepon dengan teks-teks panjang yang harus benar tanpa typo.
"Hahaha... Pasti lo ketipu. Farel itu nggak punya adek, Far." Ucap seseorang di sebrang sana.
Fara memundurkan sedikit tubuhnya, "Apa lo bilang barusan? Farel nggak punya adek?"
"Iya, dia nggak punya adek. Kalo lo ketemu dia yang dikira adeknya, sebenernya dia tuh pacarnya."
Fara terbelalak, "What?! Cewek tengil berambut panjang yang suaranya kek cowok itu? Lo yakin dia pacarnya?"
"Duarius gua yakin Faraa.. Farel sendiri yang bilang."
"Tunggu... Tunggu. Kok Farel nggak bilang ke gue?"
"Yaa siapa elo siapa dia,"
"Ih Kafa! Gue serius..."
Tuut... Tuut.. Tuut...
Sambungan terputus."Sial! Malah dimatiin!" Rutuknya seraya melempar hape ke atas sofa.
Lalu ia menyandarkan tubuhnya di sana. Menatap ternit-ternit putih yang sesekali dihinggapi oleh seekor atau dua ekor cicak. Pikirannya dihantui tentang Farel. Masak iya Farel pacaran sama anak kecil?
***
Kelas XII Multimedia pecah ruah melampaui pasar kaget. Beginilah adanya jika jam kosong melanda. Semua anak di kelas XII Multimedia menyambutnya dengan suka cita. Tanpa terkecuali. Ada yang bawa musik box dan disetel volume full seperti orang hajatan, ada yang sibuk main game, ada yang sibuk nyanyi seperti di kamar mandi, ada pula yang tidur di pojokan kelas atau bahkan ada beberapa anak yang saling kejar-kejaran seperti anak TK. Ada juga yang sibuk mendokumentasikan kegiatan itu tanpa dikomando.
Dua orang anak berlarian mengitari baris demi baris bangku. Bahkan hingga menaiki meja dan mengangkat tinggi-tinggi sebuah tas yang dipegangnya, berusaha supaya tas itu tidak jatuh ke tangan pemiliknya. Sementara seorang anak yang lain terus menggapai tasnya. Di sisi lain, Joo siap menerima lemparan tas itu kapan pun temannya akan melempar.
"Joo!! Tangkap!!" Sebuah tas melayang berhasil ditangkapnya dengan sigap.
Dari arah belakang, anak tadi berganti haluan menjadi mengejar Jo yang memegang tasnya. Namun Jo keburu melemparnya ke anak lain yang siap menerimanya.
"Tangkap Rip!!" Ujarnya pada Sarip, alias Syarif.
Anak yang mengejar tas miliknya putus asa, "Ih Sarip! kembalikan tasku!"
Mengabaikan, lalu Sarip berlari, menghindari kejaran anak itu. Dan dilemparkannya tas itu pada Pita.
"Pita!!"
Braak!! Pita terjatuh merobohkan dua kursi sekaligus. Gadis itu meringis sambil mengusap-usap bokongnya yang terbentur hebat dengan lantai.
Bersamaan dengan itu, Pak Syafik, guru mapel PAI mereka memasuki ruang kelas dengan langkah lebar-lebar dan semangat patriotisme. Seketika semua yang awalnya santai padat merayap kembali ke bangku masing-masing. Sibuk mengeluarkan buku pelajarannya. Lalu pura-pura membaca.
"Ck! Ngga ngenakin orang lagi bahagia aja!" Gerutu salah satu dari mereka.
Dua tiga menit sepi senyap menguasai ruang kelas yang semula gaduh. Pak Syafik duduk di bangku guru seraya mengisi absensi di jurnal kelas. Tak berselang lama kemudian beliau berdiri di depan kelas. Sebenarnya tidak ada yang tahu maksud kedatangan Pak Syafik di kelas XII Multimedia meski kali ini ada jam pelajarannya. Banyak yang menduga beliau akan melakukan razia. Terutama razia rambut anak lelaki yang panjangnya melebihi tiga centimeter atau razia bagi anak perempuan yang memakai bedak tebal dan lipstik terlalu kentara. Tidak ada yang bisa lolos dari aturan main Pak Syafik. Sampai ada yang terlambat masuk sekolah, tumpukkan juz 'amma telah menanti di meja piket. Siap-siap menghafalkan surah an-naba di bawah teriknya matahari tepatnya di lapangan sekolah.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," Beliau mengawali, dan dijawab salam oleh seluruh warga kelas.
"Hari ini... Saya mau takziah ke rumah mantan kepala sekolah pertama di sekolah ini bersama guru-guru lainnya, jadi mapel PAI (baca : Pe A I) nanti tugas."
Sontak seisi kelas menyambutnya dengan semarak perpaduan antara tepuk tangan, instrumen meja, dan sorakan-sorakan. Pak Syafik memang sangat menghargai kebahagiaan para siswa-siswinya. Terbukti setelah sorak sorai mereda, beliau baru melanjutkan titahnya.
"Kalian praktek merawat jenazah di perpustakaan secara berkelompok, nanti divideo, dan langsung setorkan ke saya. Kemarin sudah dibagi kelompoknya ya?"
"Sudah paakk!!" Jawab warga kelas.
"Nanti videonya kumpulkan jadi satu di flashdisk. Ada yang bawa flashdisk, kan?"
"Ada!!" Jawab sebagian anak.
"Jadi, nanti prakteknya lengkap sama doa-doanya, dan dijelaskan juga sedang tahap apa, tahap apa, dan tahap apa. Trus nanti diedit. Kalian anak multimedia ya minimal bisa edit seperti cutting dan penggabungan video. Wajib dikumpulkan hari ini dan semuanya harus sudah selesai. Saya tunggu sampai jam 12 malam. Ya itu saja, sekian dari saya, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Beliau berjalan ke arah pintu namun belum dua langkah, tubuhnya kembali menghadap kepada anak-anak.
"Oh ya tambahan lagi. Pas jam pelajaran saya, jangan ada yang keluar dari perpustakaan kecuali kalau mau ke wc. Itu pun harus izin sama ketua kelas. Kalau ngga ada ketua kelas ya wakilnya. Kalau ngga ada wakilnya berarti sekretaris." Lanjut pak Syafik.
"Kalo ngga ada semua gimana pak?" tanya salah satu dari mereka. Bukan Pak Syafik yang menjawab, melainkan salah satu lagi di antara mereka.
"Kalau ngga ada semua ya bubar!! Pulang lebih awal!!"
"Huuu...." Seisi kelas kembali bersorak.
"Ingat! Jangan pada keluar ya! Nanti yang melanggar nulis Al-Baqarah sama artinya,"
"Hah!?" Lagi-lagi secara bersamaan warga kelas dibuat paduan yang sama.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS [Completed]
Teen FictionXII Multimedia adalah kelas biang onar diurutan kedua setelah kelas Teknik Kendaraan Ringan. Siapa pun guru yang masuk ke kelas, akan merasa terasingkan kecuali jika guru itu berani mengaum seperti harimau. Siapa pun anak kelas lain yang masuk ke sa...