Nggak di Perpustakaan, nggak di kelas. Semua jam kosong atau pun ada tugas adalah sama. Sebutanya adalah hari merdeka untuk kelas XII Multimedia. Seolah melajutkan hal di kelas, mereka kembali gaduh. Bahkan lebih parah lagi. Menggunakan patung mayat alias torso sebagai objeknya. Kemudian mengkombinasikannya dengan kain kafan. Yaitu dibuat pocong-pocongan hingga mirip sedemikian rupa. Lalu foto bersama layaknya jumpa fans. Kemudian diupload sosial media. Viral jadinya.
Seorang anak ada yang begitu takut dengan bentukan pocong itu. Ada juga yang girang sambil memeluk bentukan pocong itu.Beruntung perpustakaan sekolah Jo dua perempat lebih besar dari ukuran kelasnya. Jadi biarpun di sana hanya ada buku-buku materi zaman baheula yang lembaran-lembarannya mulai menguning dan lemarinya dipenuhi debu beserta sarang laba-laba, lantainya cukup bersih untuk duduk-duduk siswa sekelas.
Berbagai pose siswa ada di sana. Mulai dari yang tengkurap sambil menulis hingga duduk-duduk di sudut lemari. Ada juga yang loncat dari bangku satu ke bangku lainnya. Atau yang iseng mengobrak-abrik lemari berdebu dan menemukan sejumlah teko dan cangkir antik yang tak kalah juga tebal debunya. Adalah Jo dan Pita.
"Aduuh Jo. Pantatku sakit bener." Sejak tadi Pita mengusap-usap bokongnya yang terasa sakit. Kalau direplay kejadiannya, lumayan juga benturannya. Beruntung Pita masih bisa berdiri. Kalau dia tidak bisa berdiri, yang dikhawatirkan adalah tulang ekornya patah maka jangankan untuk berjalan, kemungkinan untuk berdiri saja akan ada hal lumpuh total yang terjadi.
Apa lagi mengingat gelar ketua yang disandang Pita dan kesibukan sehari-harinya. Dari cara berjalannya saja Pita sudah menunjukkan perubahan yang begitu kentara. Yaitu seperti nenek-nenek yang encok. Belum lagi Pita harus mondar-mandir naik turun tangga ngeprint data dilanjut melatih anak-anak kelas satu.
Pita terus-terusan meringis. Mau dipijat Jo, takutnya nanti salah urat. Bukannya sembuh malah yang ada nambah encok tuh pantat.
"Ya udah si Pit, serahin aja semuaya sama asisten kamu yang selalu mbuntut kemana-mana siapa itu namanya? Aku lupa."
"Ck! Sshh... Sarah." Ekspresi Pita semakin menunjukkan kepayahan.
"Ah iya itu dia!"
"Tapi kan Jo, itu bukan tugasnya dia."
"Ya elah Pit.. Orang mah lagi encok begitu tugas dipindah tangankan dulu ngga apa-apa kali. Kamu mah ketua harusnya memantau bukan malah sibuk sendirian. Kalo gitu enak mereka dong yang nggak nugas?"
"Tau ah. Aku udah nyaman begitu,"
Jo geleng-geleng kepala mendengar pengakuannya, "Pita... Pita. Saking nyamannya kamu sama hal-hal begitu sampe status jomblo akutmu itu nggak keurus."
Pita kembali meringis menggosok-gosok pantatnya. Sepertinya bagian dalam di antara daging dan daging pada pantat Pita mengalami cedera serius. Entah itu urat yang jadi gepeng atau tulang retak.
"Kayaknya kamu harus pulang deh," Kata Jo.
Tatapan Pita mengisyaratkan keengganan. Ya, Pita adalah tipe anak akurat yang apa-apa serba cepat saat itu juga. Jo tau arti tatapan itu. Pita belum praktik merawat jenazah jadinya dia berat mau ninggalin tugasnya.
"Oke kalau mau kamu begitu, aku bisa apa."
***
Cahaya senja menggantung. Serpihan-serpihan awan di angkasa arak-arakan bersama sekelompok burung.
Sekolahan itu telah sepi. Mulai dari lorong koridor yang terpapar cahaya senja, menuju pelosok gerbang dengan hembusan angin yang menyapa dedaunan. Hanya satu ruangan yang masih tampak ramai. Perpustakaan. Orang-orang di dalam sana seperti tidak ada lelahnya bercanda dan tertawa. Lolongan dan teriakan mereka terdengar seantero sekolah membelah kesunyian. XII Multimedia.
Tugas Pak Syafik sampai jam 12 malam.
***
Jo terkikik-kikik sendiri menatap layar ponselnya. Kuota yang tersisa tak dihiraukannya lagi asalkan kini satu video itu bisa tersimpan di galeri. Seketika story whatsapp viral video itu. Siapa pun dan dari mana pun menguploadnya. Mulai dari alumni kakak kelas, adik kelas, anak dari kelas lain, dan lain-lain. XII Multimedia. Adalah video yang menampilkan sekelompok anak lelaki yang sedang mengitari mayat dengan setelan kain kafan. Seolah-olah mereka bersedih sepeninggalnya mayat itu. Namun di antara kepiluan itu tau-tau sang mayat bergerak-gerak seperti ulat jengkal, berusaha ingin bangun dari kematiannya. Membuat orang-orang yang ada di sana ketakutan lari tunggang langgang menabrak benda-benda di sekitar mereka.
Belum lagi video lainnya ketika seorang anak dipakaikan kain kafan mirip pocong dan duduk di atas lemari perpustakaan. Lampu-lampu di sana sengaja dinyala matikan sehingga memberikan nuansa kedip-kedip. Lalu ada pula yang berfoto ria dengan pocong-pocongan dan kembali diviralkan. Hastag mereka pun beda-beda. Mulai dari persahabatan yang tak terlupakan hingga XII MM pocong day.
Jo tak kalah gentarnya. Dia juga mengupload videonya dan merasa puas atas komentar-komentar kawannya. Satu komentar yang berbeda dan membuatnya terperangah
"Hei, kain kafan jangan buat mainan."
"Kenapa?"
"Ngga papa, itu benda sakral,"
Benda sakral? Kain putih polos baju terakhir kita adalah benda sakral? Lalu Jo ingat. Peragaan temannya itu! yang pura-pura jadi pocong di atas lemari, yang pura-pura jadi pocong yang sudah meninggal. Pasti yang dinamakan sakral karena baju itu telah dipakai sebelum nyawa kita menghilang. Itu artinya...
"Bukan baju terakhir dong namanya," Gumam Jo demikian.
Tubuhnya gemetar diselimuti berbagai macam ketakutan. Namun ia berusaha menepisnya. Kain kafan hanyalah kain. Bukan hantu yang menakuti. Ya, kain kafan hanyalah kain. Entah sekadar kain atau ada maksud lain. Tidak ada yang tau.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS [Completed]
Teen FictionXII Multimedia adalah kelas biang onar diurutan kedua setelah kelas Teknik Kendaraan Ringan. Siapa pun guru yang masuk ke kelas, akan merasa terasingkan kecuali jika guru itu berani mengaum seperti harimau. Siapa pun anak kelas lain yang masuk ke sa...