Nona Pita, Nona Jo dan Aden Zayn

42 1 0
                                    

"Warta pagi. Menyelidik kasus mayat beberapa hari yang lalu di sebuah sekolah, Jendral Ahmad, Polisi Purwokerto mengungkap, bahwa mayat diduga terjadi karena kasus pembunuhan sadis yang dilakukan oleh sang ahli. Hal ini terbukti dari sayatan-sayatan yang rapi tanpa meninggalkan sidik jari dan pemotongan daging yang sesuai dengan seratnya. Meskipun demikian, hingga saat ini polisi belum menemukan siapa pelakunya. Saya Purwanto, melaporkan dari Purwokerto."

PET!

Seketika televisi di ruangan itu dimatikan, menyisakan udara dingin yang bergelayut bersama rintik hujan.

***
Arak-arakan awan mengantarkan siapa pun ke tempat tujuan. Nampaknya pagi ini tidak secerah biasanya. Terlihat dari kanan-kiri jalan berlubang yang mulai tergenang air.

"Mas, dari kemarin kamu kemana aja? Padahal aku pengen diajarin matematika," Ucap Pita ketika pagi itu diantar oleh Putra Haris. Leo.

Tak ada jawaban. Mobil itu memasuki area parkir sekolahan. Romannya kurang sedap dipandang. Sepertinya Leo memang sedang tidak baik-baik saja.

Pita membuka pintu mobil sebelum pada akhirnya ia berucap terima kasih pada Leo yang telah mengantarnya meski tak ada balasan lain selain muka datar.

Cowok itu menggenggam ponselnya, menelepon seseorang.

"Sudah aku antar, pih."

Pria di sebrang sana menyambutnya dengan seringaian. Bagus, gumamnya. Ini akan berjalan dengan mulus.

"Oke. Sekarang kamu bisa pergi kemana pun kamu mau. Asalkan ingat waktu."

Tuut tuut tut. Leo mengakhiri panggilan.
Lalu ia melajukan mobilnya ke sebuah tempat yang lumayan jauh dari posisinya semula.
Ya, sebelumnya ia mampir ke toko bunga dan membeli sebuket bunga warna ungu yang kemudian diletakkan di sampingnya.
Mobil kembali melaju, menyusuri aspal abu kehitaman dan berhenti di sebuah kos-kosan.

Ia memasuki sebuah ruangan 3x4 meter yang telah disulap menjadi ruang tamu. Terdapat sofa panjang yang mana terdapat seorang gadis jenjang terlelap seraya meringkuk dengan selimutnya. Leo tersenyum. Dilihatnya sebuah mug berisikan kopi susu yang tak habis tergolek bersama laptop yang tidak ditutup. Leo masih tersenyum. Pasti ia kelelahan bergadang menyelesaikan tugasnya. Pikir Leo demikian.
Lalu ia meletakkan buket bunga itu di meja dekat gadis itu tidur. Ya, ada sebuah harapan meski hanya dari sebuket bunga.

"Apa itu mas?" tanya Pita suatu ketika berbicara soal rasa.

"Kebahagian kita yang menyambut paginya meski kita tidak bersamanya," Ujar Leo demikian.

Lagi-lagi tersenyum. Di sebuah ruang kecil itu, yang ia saksikan seolah kebahagiaan hakiki tiada akhir dan tanpa perlu dicari. Leo membungkuk. Saksama memerhatikan lekuk wajah ayu gadis itu. Sejenak ia menjulurkan tangannya untuk mengusap lembut puncak kepala gadis itu nan halus harum shampo. Lalu ia mendaratkan kecupan di keningnya. Kembali menatapnya. Setelah dirasa semuanya kan baik-baik saja, tak berapa lama kemudian ia pergi dari sana. Pelan-pelan menutup pintunya. Menyisakan aroma parfume yang mengudara.

BATAS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang