Duka

53 2 0
                                    

XII Multimedia berduka. Salah satu teman sekelas mereka telah tiada. Selebaran foto dengan tulisan turut berduka cita pun terpampang jelas di mading. Juga pintu kelas. Meski pada mulanya tidak ada yang menyangka salah satu teman mereka akan pergi secepat itu, takdir berkata lain. Katakanlah Tuhan lebih sayang dia.

Sehingga hari ini tidak ada teriakan-teriakan seperti kemarin. Canda dan tawa yang terbiasa seolah redup seketika. Tanpa dikomando anak-anak XII Multimedia tidak ada yang berbicara. Sepi. Mereka hanya melakukan hal-hal yang membosankan. Seperti mendengarkan lagu melalui earphone atau tiduran malas di kelas. Lalu ada sekelompok anak yang bergabung menjadi satu di sebuah meja namun mereka mengatup mulutnya. Seolah sibuk dengan dunianya masing-masing.

Jo kepikiran sesuatu. Tentang percakapan-percakapan pagi kemarin, yang masih terngiang jelas di telinganya. Tentang video pocong-pocongan yang sempat viral dan berakhir duka. Tentang video pocong-pocongan yang menggelitik perut manusia lain. Tentang selembar kain kafan yang tidak tajam, namun merenggut nyawa. Lantas dia menggeleng kuat. Sangat kuat. Bahwa Sarip tidak mungkin tewas karena lakonnya sebagai pocong-pocongan. Itu mustahil!

"Masak kalian percaya sih sama tahayul itu!" salah satu dari mereka berontak, mencoba membunuh heningnya kelas.

Seperti mewakili pikiran Jo, ia pun tergugah. Beberapa pasang mata memandangi gadis di samping Jo alih-alih risih. Seperti tatapan para zombie dalam film Marz Runners.

"Kalo dipikir-pikir memang tidak mungkin," Sahut Jo.

"Jelas nggak mungkin! Mana ada setan memutilasi manusia? Apa lagi raganya!" ia kembali berucap.

Yang lain menghela napas mengisyaratkan keengganan untuk menyela.

"Semua sudah terjadi. Kita tidak bisa berbuat apa-apa selain mendoakan."

Dia diam. Tertunduk. Seperti kembali merasakan kepedihan yang sempat pergi. Lalu angin berhembus pelan seolah menghadirkan Sarip di sana. Baginya, itu tahayul. Kejadian tak masuk akal yang telah terjadi namun polisi sendiri belum mengungkap jelas sebab kematiannya.

Breaking News seputar temuan mayat di toilet sekolah kembali muncul petang ini. Kapolda Purwokerto kembali mengungkap bahwa, "Dari hasil autopsi diperkirakan Almarhum Sarip ini meninggal karena dibunuh. Hal ini terlihat dari bekas sayatan-sayatan benda tajam yang memisahkan tubuhnya. Namun sebenarnya hal ini masih dalam penyelidikan. Tidak ditemukan sidik jari di bagian tubuh mana pun dan tidak ada jejak mencurigakan di lokasi kejadian. Ini yang mempersulit kami,"

"Lalu apa langkah selanjutnya?" tanya wartawan.

"Kami akan terus menyelidiki kasus ini hingga tuntas guna keamanan dan kenyamanan hidup bersama. Terlebih siswa-siswi di sekolah ini."

"Ya, demikian Warta petang kali ini, jangan lupa saksikan berita lengkapnya pada pukul 17.00 WIB di Chanel kesayangan anda. Saya Purwanto, mohon pamit undur diri, selamat berakhir pekan, dan sampai jumpa."

Layar televisi kembali menayangkan iklan produk.

Lalu pada sebuah rumah berdimensi nyata, tinggalah sebuah keluarga lengkap nan bahagia. Keluarga dari Pita. Bersama ayah dan ibunya beserta dua orang adik dan abangnya. Pita memang belum bisa masuk sekolah setelah bokongnya mencium lantai. Jadi dokter memaksanya untuk istirahat di rumah, atau kalau tidak dia yang akan menunggui Pita sendiri. Ya, Dokter Haris adalah dokter langganan keluarga mereka. Dari Bang Zayn kecil kabarnya.

BATAS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang