27

7.9K 304 22
                                    

"Na, lo beneran gak papa kan?" tanya Caroline dengan cemas.

Saat ini mereka sedang di UKS sambil mengobat pipi Ana dengan salep.

"Gue gak papa kok. Tenang aja" ucapnya sambil tersenyum manis.

Palsu.

Senyumannya palsu.

Mereka semua tau, termasuk Caroline dan Christy.

"Lo pusing kan? Gue tau tamparan si cabe tadi gak main-main, Na"

Ana menganggukkan kepalanya dengan pelan. Memang benar kepalanya pusing, sangat pusing malah. Dia ingin berbohong, tapi tak bisa. Sakit nya tak main-main.

"Sini gue pijetin" ucap Christy memijat kening Ana. Ana memejamkan matanya merasa nyaman.

"Maafin kita Na. Bukan maksud buat jahatin lo. Bukan maksud buat khianatin persahabatan kita. Tapi gue gak mau, gue gak suka liat abang-abang lo pada benci sama lo-"

"Kecuali gue" tambah Arsya. Christy yang mendengarnya pun memutar bola matanya jengah.

"Tapi kan kemarin lo sama aja. Cuma diam disaat Ana lagi butuh seseorang" kesalnya.

"Ya tapi kan gue mau mastiin dulu. Bisa aja itu ben-" BEGO! Arsya menutup mulutnya merasa salah bicara. Dasar mulut sialan, ucapnya dalam hati.

Sedangkan Ana yang mengetahui apa yang mau di ucapkan abang nya pun hanya tersenyum maklum bercampur miris.

Pada kenyataan nya, semua orang lebih mempercayai apa yang mereka dengar tanpa mencari fakta terlebih dahulu-batinnya.

"Kalau aja lo gak tau gue penyakitan. Mungkin lo sekarang lagi bareng sama bang Rey dan bang Rangga kan?" ucap Ana masih memejamkan matanya. Namun suara gadis itu bergetar, dia berusaha menahan tangisannya. Maka dari itu dia memejamkan matanya.

"Bu-bukan gitu maksud abang Na"

"Andai aja aku gak penyakitan. Mungkin sekarang kalian lagi asik-asik sama Andin ya bang" ucap Ana lagi.

"Andai aja kemarin abang gak datang ke rumah sakit. Mungkin abang dengan senang hati jahatin aku juga" ucapnya kali ini dengan air mata yang mulai menetes satu persatu. Sedangkan yang lain hanya menyimak dalam diam. Mereka tau pembicaraan ini mulai bersifat pribadi. Namun mereka tidak dibiarkan Ana untuk pergi keluar.

"Mungkin kalau abang gak tau aku penyakitan. Abang cuma bakalan liat aku yang terbaring di peti mayat nantinya kan?" Ucapnya sambil tertawa -miris- masih dengan tangisannya.

"Na kamu gak boleh ngomong gitu" ucap Arsya mencoba menenangkan gadis itu. Namun yang dia dapat hanyalah tepisan.

"Abang sama aja kayak yang lain. Aku kecewa sama abang. Aku pengen minta sama Tuhan cabut nyawa aku sekarang aja! ARGHHHH!"

Diluar kendali. Gadis itu mengamuk di brankar UKS. Liam dan yang lainnya pun menjadi panik. Mereka segera mendekati dan memeluk Ana sambil mengucapkan kata penenang hingga gadis itu tertidur dalam tangisnya.

Namun sebelum tertidur, Arsya sempat mendengar kalimat yang membuat hatinya sakit.

"Maaf bang. Aku kecewa sama abang. Aku benci sama abang"

Begitulah ucap Ana sebelum terlelap dalam tidurnya dengan jejak air mata.

Sedangkan seseorang yang mendengar nya dari luar pun tersenyum senang.

Gue belum puas liat hidup lo hancur. Gue belum puas sebelum keluarga termasuk pacar lo yang bodoh itu liat lo mati. HAHAHAHA!-tawanya dalam hati. Sedangkan orang-orang yang tak sengaja melihat nya merasa merinding.

Stay? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang