Aku Kim Namjoon.
Dulunya aku baik-baik saja sebelum bertemu dengannya. Aku menjalani aktifitasku seperti biasanya. Makan seperti biasanya, dan berkencan dengan siapapun yang aku suka seperti biasanya.Ya, siapa saja. Wanita ataupun pria.
..
.
Aku dulunya memanglah seorang peminum dan perokok berat. Itulah yang menyebabkan ia benci sekali padaku. Dengan dalih kesehatan ia melarangku melakukan keduanya. Ia akan marah tiap melihatku mabuk ataupun mencium bau rokok dari pakaianku. Ia benar-benar terlihat seperti seorang istri yang mengomeli suaminya tiap hal itu terjadi.
Aku mulai merasa bahwa ia terlalu mengatur kehidupanku. Ibuku bahkan tidak secerewet dirinya. Aku jadi benci sekali padanya dalam hal ini.
Selama ini aku sudah terbiasa hidup dengan minuman keras dan juga rokok. Tapi hidupku baik-baik saja. Aku bahkan tak pernah merasakan sakit apapun, kecuali sakit kepala tiap bangun dari mabukku, dan itu merupakan hal yang wajar mengingat semua orangpun akan mengalaminya tiap habis minum.
"Apakah kau harus selalu seperti ini, Joon?!" Begitu yang sering Seokjin katakan saat menangkap basah aku.
"Aku sudah memasak makanan yang sehat untukmu, dan itu akan percuma jika kau terus seperti ini!" Terkadang seperti ini.
"Aku bersumpah, aku tak akan menemanimu jika kau sampai masuk rumah sakit karena kebiasaanmu ini!!" Seokjin benar-benar menjerit saat mengatakan ini.
"Apa kau menyumpahiku, Jinseok?" Ia hanya diam saat aku mengatakan ini. Saat aku memanggilnya Jinseok, panggilan sayangku untuknya, itu selalu berhasil membungkamnya. Tapi tetap saja wajah kesalnya tak menghilang semudah yang diharapkan.
Sampai suatu hari, dengan alasan itu, Seokjin minta putus dariku. Alasan yang bagiku hanya sekedar ancaman tak berarti darinya, dan tak cukup masuk akal untuk kuterima. Walau begitu, aku tetap membiarkannya pergi. Entah suatu kebodohan atau sebuah kesempatan agar aku bisa menjalani hidupku lagi tanpa omelannya.
.
.
.
Sebelumnya, selama tiga tahun aku menjalin hubungan dengan Seokjin, dan dalam dua tahun masa itu aku tinggal bersamanya di apartemenku.
Pada mulanya Seokjin adalah pemuda yang manis, sangat. Ia juga begitu perhatian. Seokjin selalu membuatkanku makanan yang apapun itu, tak pernah kutolak. Selalu habis tak tersisa. Karena memang masakan Seokjin selalu memiliki rasa yang menakjubkan. Sebagai seorang lelaki, Seokjin memang terbilang koki yang handal, dan ia selalu senang jika melihatku menghabiskan apapun yang dimasaknya. Ia akan merasa jikalau hasil kerjanya tak sia-sia.
.
.
.
Lalu tibalah hari ini. Hari di mana terselenggara reuni fakultas seni rupa tempatku dan Seokjin dulu menuntut ilmu saat kami kuliah. Sudah empat tahun berlalu sejak aku putus dengan Seokjin, dan di hari ini pulalah kemungkinan aku akan bertemu dengannya lagi.
Sebenarnya aku tidak tahu apakah Seokjin akan datang atau tidak. Karena semenjak kami putus Seokjin bagai ditelan bumi. Tak tahu di mana rimbanya. Aku bahkan tak pernah mendengar kabarnya dari teman-teman kami.

KAMU SEDANG MEMBACA
Namjin Oneshoot / Short story Collections
ContoWork ini berisi kumpulan oneshoot atau short story dengan OTP yaitu Namjin.