Miláčku pt. 2

1K 136 7
                                    

Kehidupan Namjoon yang dulunya hanya terisi oleh kesibukannya sebagai salah seorang opsir dari satuan lalu lintas di kantor kepolisian tempatnya bertugas berubah seketika usai menyaksikan kepergian Seokjin, putera dari seorang kepala di satuan lalu lintas, setelah ia membuat pemuda berhidung tinggi itu tertahan bersamanya di sebuah restoran haejangguk.

Namjoon tak pernah tahu bahwa malam itu adalah awal dari semua penderitaan yang harus ia tanggung kini. Dimana saat jadwal kerja menjelang, ia mulai menjumpai kotak bekal makan siang yang terbaring dengan apik di atas meja kerjanya, dan hendak berlaku egois dengan memakan apa yang ada di dalamnya untuk dirinya sendiri karena telah melewatkan jam sarapan akibat bangun dengan sedikit terlambat.

Namun Namjoon yang sangat mengenal atasannya tentu saja segera mengenali milik siapakah kotak itu, karena ia sering melihat Kepala Kim membawa benda serupa ke kantor mereka, dan hal itu membuat Namjoon makin percaya pada cerita Seokjin di malam sebelumnya bahwa atasannya itu sungguh bergantung pada sang istri, dan mulai meyakini bahwa cerita pemuda itu akan keluarganya benar adanya seakan ada beberapa filamen yang saling menghubungkan.

Tak berpikir lama, Namjoon-pun segera meraih kotak bekal itu dan berniat mengembalikan pada si pemilik karena pikirnya Kepala Kim pasti lupa menaruh benda itu di sana. Bergegas sebelum ada yang melihat dan mengira ia tengah melobi sang atasan dengan sekotak nasi. Karena terkadang beberapa rekannya sangat sulit untuk diberitahu jika sudah berpikiran negatif.

Kaki Namjoon melangkah masuk ke dalam ruangan atasannya yang berjarak tak jauh dari meja kerjanya setelah mengetuk dan di izinkan masuk, tangannya yang membawa kotak bekal terangkat untuk ia tunjukkan pada sosok yang dimaksud dengan mimik ramah, "sepertinya Anda meninggalkan benda ini di mejaku, Pak."

"Oh," bibir Kepala Kim membulat, "itu untukmu."

Kening Namjoon sontak berkerut heran. Ruangan itu tidaklah besar, dan resonansi dari suara yang terdengar seharusnya cukup jelas untuk ditangkap rungunya. Namun rasanya masih sulit ia percaya.

"Seokjin memintaku memberikannya padamu. Aku tak tahu jika kalian dekat." Lanjut Kepala Kim sembari meraih sebuah berkas dari salah satu lemari di ruangannya. Lalu menoleh pada Namjoon yang masih menatapnya tabu.

"Memang tidak." Jawab Namjoon dengan tempo yang begitu singkat seakan ia tak perlu sedetik berpikir untuk menjawab, yang sontak saja membuat gerakan tangan atasannya yang tengah memeriksa sebuah berkas kasus terhenti, "kami memang sempat mengobrol karena suatu alasan kemarin, dan hanya itu saja, tidak lebih."

Berkas di tangan Kepala Kim berpindah ke atas meja, lalu kemudian terjadilah aksi saling tatap di antara keduanya yang sempat membuat Namjoon canggung tak karuan akibat transisi dari sikap sang atasan yang semula tenang kini berubah sedikit serius.

"Lalu kenapa Seokjin memintaku menyampaikan itu padamu? Setahuku di kantor ini hanya ada satu orang bernama Namjoon dan bermarga Kim, yaitu kau." Gumam Kepala Kim lalu menunjuk Namjoon di akhir ujarannya.

Namjoon hanya bisa menggedikkan bahu sembari menggeleng lemah karena ia pun tak tahu mengapa. Lalu dilihatnya Kepala Kim mengibaskan tangan, memberi perintah supaya Namjoon mendekat, dan ia belum siap untuk mengantisipasi hal lain yang mungkin saja terjadi.

"Berikan padaku jika kau tak suka."

Deg.

Sungguh, Namjoon tak sedikit pun bermaksud menyinggung perasaan atasannya itu. Ia sungguh tak tahu mengapa dan dari aspek apa Seokjin melakukan hal ini. Pandangannya kemudian bergerak bergantian antara kotak bekal di tangan dengan atasannya yang masih menunggu. Ia tak melihat kekecewaan di wajah Kepala Kim, jadi seharusnya ia bisa mengembalikan benda itu dengan lapang dada. Namun nyatanya Namjoon masih segan membuat kotak bekal itu berpindah tangan. Ada setitik perasaan bersalah jika sampai ia tidak menerimanya.

Namjin Oneshoot / Short story Collections Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang